Muhsin Yesilada | Ist

Laporan Utama

Satire Komika Muslim Tertawakan Barat

Muhsin menyisipkan materi Islamofobia yang menjadi materi penelitian untuk gelar doktornya.

Oleh RATNA AJENG TEJOMUKTI

Popularitas stand up comedy atau lawakan tunggal sudah terjadi sebelumnya di belahan bumi barat. Panggung yang terbuka untuk semua kalangan tanpa mengenal suku, ras, dan agama (sara) juga menjadi tempat komika Muslim untuk unjuk kebolehan.

Tidak Boleh Mengolok-olok Simbul Agama yang Ada di Negeri Ini - (Republika)

  ​

Dengan berani, mereka bahkan mulai membawakan materi yang berkaitan dengan Islam. Pesan tersebut mereka sajikan lewat bahasa humor dan satire yang mengundang gelak tawa penontonnya. Baca juga: Shumirun Nessa, Komika Tiktok Lawan Propaganda LGBT

Kian banyak komika Muslim yang bermunculan dan menjadi terkenal. Baru- baru ini, seorang komika yang juga seorang doktor psikologi baru saja berhasil melewati semifinal Chortle Student Comedy Award 2023. Dilansir dari laman Bristol Post Muhsin Yesilada yang kini masih berusia 26 tahun mampu bermain komedi yang cerdas.

Pemilik gelar PhD di bidang psikologi dari University of Bristol itu mulai tampil secara reguler pada 2021. Muhsin sekarang memainkan empat atau lima pertunjukan dalam sepekan. Pada usianya yang baru 26 tahun, komika ini telah tampil bersama beberapa figur terkenal. Dia bahkan tampil menjadi komika pembuka untuk acara Guz Khan yang ditonton hingga 800 orang.

photo
Muhsin Yesilada - (Ist)

Komedinya mengacu pada pengalaman tumbuh dalam keluarga Muslim dengan keluarga Inggris-Turki di Hertfordshire. Muhsin berkendara ratusan mil setiap pekan termasuk perjalanan pulang pergi satu hari sejauh 700 mil baru-baru ini ke Rochdale untuk pertunjukan.

“Saya masih ingat pertunjukan pertama saya, saya sangat gugup dan tidak bisa berhenti jalan mondar-mandir. Saya pikir saya akan melupakan apa yang ingin saya katakan, lalu saya benar-benar lupa apa yang ingin saya katakan," ujar dia.

 
Saya pikir saya akan melupakan apa yang ingin saya katakan, lalu saya benar-benar lupa apa yang ingin saya katakan.
MUHSIN YESILADA
 

“Dalam satu kompetisi awal saya dicemooh dalam satu menit, dan seorang wanita Amerika mendatangi saya setelah itu untuk memberi tahu saya betapa buruknya saya. Itu memberi saya semangat, dan saya kembali ke kompetisi yang sama dan memenangkannya. Banyak lelucon saya tentang pengalaman keluarga saya, tentang bagaimana kehidupan di rumah tangga Muslim Turki menurun, dan perbedaan budaya itu," ujar dia.

Muhsin juga bercanda tentang penelitian PhD-nya di University of Bristol, yang berfokus pada misinformasi dan ekstremisme. Dari satu pertunjukannya yang diunggah oleh @theblackoutcomedy, Muhsin menyinggung tentang latar belakang dirinya.

Dalam klip singkat, dia membahas isu sara. Muhsin yang terlihat seperti keturunan Arab juga sempat menyisipkan materi Islamofobia, yang juga menjadi materi penelitian untuk gelar doktornya. Muhsin tumbuh dengan menonton komedi di BBC dan “bersemangat” karena acaranya akan disiarkan pada 13 Juli 2023, sehari setelah kompetisi.

photo
Komika dakwah - (Pixabay)

Tak hanya Muhsin, beberapa komika Muslim yang juga membawakan materi terkait Islam. Dilansir dari The Detroit News mereka berbicara secara terbuka tentang keyakinan Islam mereka dalam pertunjukan stand-up. Mereka berusaha untuk menghancurkan stereotipe negatif tentang Islam.

Pada salah satu malam open-mic Acme Comedy Company tahun 2020, tiga dari 22 artis adalah Muslim, termasuk Ahmed Khalaf, yang keluarganya berimigrasi ke Minnesota dari Somalia ketika dia masih kecil.

"Saya tidak punya cerita tentang menghabiskan Natal dengan paman gila," kata dia. "Perayaan saya adalah Ramadhan. Itu liburan yang gila. Ini benar-benar hanya diet," ujar Khalaf (26 tahun).

Ramy Youssef, yang memenangkan penghargaan Golden Globe untuk aktor terbaik dalam serial komedi, tidak memiliki keraguan yang sama. Dalam salah satu serialnya, “Ramy”, talenta yang berkembang pesat mengolok-olok ritualnya. Dia menyediakan waktu untuk shalat hariannya, dengan cara yang sama seperti komik Katolik yang menemukan humor dalam pengakuan dosa.

Dalam pemutaran perdana pada April, Youssef dimarahi di masjidnya karena tidak mencuci sela-sela jari kakinya dengan benar. Kaki yang kotor ternyata merupakan kekurangannya yang paling kecil. Di episode berikutnya, dia menerima pekerjaan dengan kerabat seksis dan memulai perselingkuhan dengan wanita yang sudah menikah. Baca juga: Menertawakan Islamofobia di Panggung Stand Up Comedy

"Saya hanya ingin menunjukkan bahwa kita adalah manusia. Ini bukan panduan Bagaimana Menjadi Seorang Muslim. Ini bukan hasil dari Alquran. Ini adalah seseorang yang berjuang dan tidak menjadi Muslim yang baik. Saya akan menyebutnya 'Bad Muslim' jika bukan karena film 'Bad Santa'. Karena kami sangat kurang terwakili, ketika orang melihat kami, kami terus-menerus mencoba untuk meminta maaf atau membuktikan bahwa kami baik. Saya pikir apa yang benar-benar menunjukkan kebaikan seseorang adalah ketika mereka adalah manusia dan mereka berurusan dengan hal-hal nyata. Itulah yang dilakukan pertunjukan ini untuk pertama kalinya bagi umat Islam," ujar dia.

 
Ini bukan panduan bagaimana menjadi seorang Muslim. Ini bukan hasil dari Alquran. Ini adalah seseorang yang berjuang dan tidak menjadi Muslim yang baik.
RAMY YOUSSEF
 

Moe Ismail, seorang komedian Muslim yang tengah tenar di Kanada, misalnya. Tak sekadar manggung stand-up comedy, ia menjadi pengajar di sebuah sekolah dasar di Kanada. CBC News pada Rabu (4/1/2023) mengulas kisah Ismail.

Lewat ketekunannya menjalani hobi sebagai komika, Ismail membangun hubungan dengan orang-orang di sekitarnya sambil tetap menjaga jati diri sebagai seorang Muslim Kanada keturunan Mesir.

Bukan cuma Ismail, CBC News pada 2019 pernah merilis sejumlah komedian Muslim Kanada, yang kerap mematahkan stereotipe tentang Muslim. Misalnya, komedian Nour Hadidi yang diteriaki seorang penonton yang menyatakan tak menyukai Muslim kala dia manggung di Ontario. Baca juga:Komika Harus Punya Sense of Censorship

Setelah itu, Hadidi menyalurkan perasaannya dalam pertunjukan bagi para komedian untuk menjadi Muslim tanpa penyesalan. Di Denmark, komedian kelahiran Iran berusia 42 tahun Elle Jokar kerap membawakan materi ekstremisme dan kebangkitan politik sayap kanan di Eropa.

Pada 1984, ketika Jokar dan keluarganya melarikan diri dari Iran, dia ingat bahwa mereka awalnya disambut dengan hangat di masyarakat Denmark, tetapi sikap itu telah berubah dalam beberapa tahun terakhir.

Meski demikian, tidak semua komika Muslim memilih tema agama dalam penampilannya. Dave Chappelle, seorang mualaf yang masuk Islam pada tahun 1998, mengungkapkan, agama adalah salah satu dari sedikit hal yang tidak akan dia diskusikan dalam penampilannya.

“Saya biasanya tidak berbicara tentang agama saya secara terbuka, karena saya tidak ingin orang mengasosiasikan saya dan kekurangan saya dengan hal yang indah ini,” kata penerima Mark Twain Prize for American Humor mengatakan kepada majalah Time pada tahun 2005.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Komika Harus Punya Sense of Censorship

Bolehnya ngomongin agama itu pada tingkat norma

SELENGKAPNYA

Canda Rasulullah Hingga Humor Gus Dur

Rasulullah merupakan sosok yang murah senyum, ceria, dan selalu berkata santun.

SELENGKAPNYA

Kontroversi Materi Agama Para Komika

Komika diminta jangan mengambil materi kalau tidak benar-benar paham.

SELENGKAPNYA