Kawasan Najran, Arab Saudi. Di sinilah tempat terjadinya peristiwa nahas yang dialami para korban Ashabul Ukhdud. | DOK WIKIPEDIA

Kisah

Ashabul Ukhdud: Keteguhan Hati Orang-orang Beriman

Nabi Muhammad SAW menuturkan kisah para korban Ashabul Ukhdud dalam sebuah hadis panjang.

Berikut ini adalah hadis Nabi Muhammad SAW yang menuturkan kisah para korban Ashabul Ukhdud di Najran. Mereka ditindas raja zalim yang memerintah Kerajaan Himyar bernama Dzu Nuwaas.

“Dahulu, ada seorang raja dari kalangan bangsa sebelummu. Sang raja mempunyai tukang sihir. Ketika usia si tukang sihir semakin tua, ia berkata kepada si raja, ‘Aku telah lanjut usia. Karena itu, kirimkan seorang pemuda yang akan kuajari ilmu sihir.’ Raja itu pun mengirimkan seorang pemuda untuk diajari ilmu sihir.

Di tengah perjalanan menuju rumah si tukang sihir, pemuda itu berjumpa dengan seorang pendeta (Nasrani). Sang pemuda singgah di tempatnya dan mendengarkan ucapannya (dakwah agama tauhid).

Ketika pemuda itu sampai di tempat si tukang sihir, ia dipukul (dihukum karena terlambat). Sang pemuda mengadukan hal itu kepada si pendeta.

Pendeta itu lalu berkata, ‘Jika kamu tiba di rumah tukang sihir, katakanlah bahwa kamu terlambat karena urusan keluarga. Jika tiba di rumahmu sendiri, katakanlah (kepada keluargamu) bahwa kamu terlambat karena ada urusan di rumah si tukang sihir.’

Suatu hari, dalam perjalanan menuju rumah si tukang sihir, sang pemuda melihat seekor harimau yang sangat besar menghalangi jalan. Tidak ada seorang pun warga yang berani melalui jalan itu.

 
Akan kubuktikan, mana (ajaran) yang lebih baik, apakah si tukang sihir atau pendeta.

Pemuda tersebut berkata dalam hati, ‘Akan kubuktikan, mana (ajaran) yang lebih baik, apakah si tukang sihir atau pendeta.’

Lalu, ia mengambil batu dan berkata, ‘Ya Allah, jika ajaran si pendeta lebih Engkau sukai daripada ajaran si tukang sihir, maka bunuhlah binatang itu agar orang-orang bisa lewat.’

Sang pemuda menimpuk binatang itu dengan batu, dan harimau besar itu pun mati.

Sang pemuda menuturkan hal itu kepada si pendeta. ‘Anakku,’ kata sang pendeta, ‘sekarang, kamu lebih baik kedudukannya daripada diriku. Kehebatanmu sudah mencapai tingkat yang tinggi, sebagaimana yang aku saksikan. Kelak, kamu akan menerima cobaan yang berat. Jika kamu mengalaminya, jangan sampai kamu menunjukkan keberadaanku.’

Sang pemuda juga bisa menyembuhkan kusta, kebutaan, dan berbagai macam penyakit.

Kemudian, seorang pengawal raja yang mengalami kebutaan mendengar berita itu. Lalu, ia mendatangi pemuda itu dengan membawa banyak hadiah. Katanya, ‘Wahai anak muda, semua ini akan menjadi milikmu jika kamu bisa menyembuhkanku.’

 
Bukan aku yang menyembuhkan, tetapi Allah-lah yang menyembuhkanmu.

Pemuda itu menjawab, ‘Bukan aku yang menyembuhkan, tetapi Allah-lah yang menyembuhkanmu. Jika kamu beriman kepada Allah, aku akan berdoa kepada-Nya, dan Dia-lah yang akan menyembuhkanmu.’

Ia (pengawal raja) beriman, dan Allah memberikan kesembuhan kepadanya.

Setelah itu, pengawal ini datang menemui raja. Raja berkata, ‘Siapa yang menyembuhkan matamu?’

Ia menjawab, ‘Tuhanku.’

‘Apakah kamu mempunyai Tuhan selain aku?’

‘Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah.’

Pengawal itu pun ditangkap dan disiksa sampai ia membocorkan keberadaan sang pemuda.

Pemuda itu pun diperintahkan menghadap si raja. ‘Anak muda,’ kata raja tersebut, ‘sihirmu telah mampu menyembuhkan kebutaan dan penyakit kusta. Kamu juga mampu melakukan berbagai hal.’

Pemuda itu menjawab, ‘Aku tidak mampu menyembuhkan siapapun. Yang menyembuhkan adalah Allah Yang Mahatinggi.’

Lalu, pemuda itu ditangkap dan disiksa sampai menunjukkan keberadaan si pendeta (yang mengajarinya tauhid).

Pendeta itu pun ditangkap. Raja berkata, ‘Tinggalkan agamamu.’ Pendeta itu tidak mau. Raja menyuruh pengawalnya untuk mengambil sebuah gergaji. Maka, diambillah sebuah gergaji. Tubuh pendeta itu lalu digergaji (dari arah kepala) hingga terbelah menjadi dua bagian.

Pengawal raja (yang sudah beriman) didatangkan. Raja berkata kepadanya, ‘Tinggalkan agamamu.’ Pengawal itu menolak. Maka, tubuhnya pun digergaji (dari arah kepala) hingga terbelah menjadi dua bagian.

Kemudian, pemuda itu didatangkan lagi. Raja berkata kepadanya, ‘Tinggalkan agamamu.’ Anak muda itu menolak.

Maka, raja menyerahkannya kepada para pengawal. Raja berkata, ‘Bawalah pemuda ini ke puncak gunung itu. Jika ia mau meninggalkan agamanya, lepaskanlah dia. Jika ia tidak mau, lemparkanlah dia dari puncak gunung.’

 
Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.

Begitu sampai di puncak gunung, pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, selamatkanlah aku dari mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.’ Tak lama kemudian, gunung itu bergetar hebat, dan para pengawal pun berjatuhan dari puncak gunung.

Pemuda itu kembali menghadap raja. ‘Apa yang telah dilakukan para pengawalku?’ tanya si raja.

‘Allah Yang Mahatinggi telah menyelamatkanku dari keburukan mereka.’

Lalu, pemuda itu diserahkan kepada para pengawal yang lain. Raja memerintahkan, ‘Naikkan pemuda ini ke perahu, dan bawalah ke tengah laut. Jika ia mau meninggalkan agamanya, lepaskanlah dia. Jika tidak, lemparkanlah ia ke laut.’

Sesampainya di tengah laut, pemuda itu berdoa, ‘Ya Allah, selamatkan aku dari mereka dengan cara yang Engkau kehendaki.’ Maka, perahu itu pun karam, dan para pengawal raja tersebut tenggelam.

Pemuda itu kembali menghadap raja. Raja berkata, ‘Apa yang dilakukan para pengawalku?’

‘Allah yang Mahatinggi telah menyelamatkanku dari keburukan mereka.’

Lalu, anak muda itu berkata kepada si raja, ‘Engkau tidak akan bisa membunuhku kecuali jika engkau melakukan perintahku.’

‘Apa itu?’

‘Kumpulkan rakyat di tanah lapang. Kemudian, ikatlah aku pada sebuah pohon. Ambil satu anak panah dari kantong panahku dan letakkan di busur. Ucapkanlah, ‘Dengan menyebut nama Allah, Tuhan pemuda ini.’ Setelah itu, bidikkan anak panah ke arahku. Jika itu engkau lakukan, engkau akan dapat membunuhku.’

Raja mengumpulkan seluruh rakyat di tanah lapang, dan mengikat anak muda itu pada sebuah pohon. Kemudian, raja itu mengambil anak panah dari kantong panah pemuda itu. Diletakkannya anak panah itu di busur panah, dan ia mengucapkan, ‘Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak muda ini.’

 
Dengan menyebut nama Allah, Tuhan anak muda ini.

Setelah itu, anak panah dilepaskan, tepat mengenai pelipis pemuda itu. Pemuda itu meletakkan tangannya di pelipis, lalu meninggal dunia.

Rakyat yang hadir di tempat dan menyaksikan kejadian itu berkata, ‘Kami beriman kepada Tuhan pemuda ini.’

Seseorang datang menemui raja dan berkata, ‘Apakah engkau telah melihat apa yang pernah kau takutkan. Sungguh, yang kau takutkan itu benar-benar terjadi. Mereka (rakyat Najran) telah beriman kepada Tuhan pemuda itu.’

Raja memerintahkan para bawahannya untuk membuatkan parit api. Kemudian, ia berseru, ‘Barangsiapa yang tidak meninggalkan agamanya, maka lemparkanlah mereka ke dalam parit api ini.’

Perintah itu pun dilaksanakan. (Satu per satu warga Najran yang beriman digiring ke parit api.)

Ketika tiba giliran seorang wanita yang menggendong anaknya, wanita itu sempat ragu. Tiba-tiba, bayi yang ada dalam gendongannya berkata, ‘Bersabarlah wahai Ibu, karena engkau berada di jalan yang benar.’”

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat