Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Motivasi Alquran

Puasa Menghancurkan Keserakahan

Puasa hadir untuk mendidik hamba-hamba Allah SWT agar selamat dari penyakit serakah.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Banyak kasus orang-orang yang jatuh dalam korupsi adalah karena keserakahan. Jatuh dalam perzinaan karena keserakahan ingin menikmati semua wanita, padahal sudah Allah SWT berikan istri yang halal.

Jatuh dalam kedengkian karena keserakahan, ingin mempunyai semua apa yang dimiliki orang lain.

Puasa hadir untuk mendidik hamba-hamba Allah SWT agar selamat dari penyakit serakah. Sebab, hakikat puasa adalah manahan (alimsaak). Menahan gejolak hawa nafsu dari perbuatan dosa seperti kezaliman, pembunuhan, penipuan, dan sebagainya.

Perhatikan orang-orang yang berpuasa telah menahan diri dari makan, minum, dan hubungan suami istri selama sebulan Ramadhan. Padahal, semua itu dihalalkan oleh Allah SWT. Ditambah lagi mereka menahan pandangan dari yang haram dan hati dari niatan buruk.

Sebuah penelitian pesikologis menunjukkan bahwa kebiasaan yang diulang setiap hari minimal selama 20 hari, maka kebiasaan tersebut akan menjadi karakter. Allah Mahatahu apa yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya.

 
Bisa dipastikan bahwa kebiasaan baik yang ditempa selama sebulan penuh oleh hamba-hamba Allah SWT akan menjadi karakter kesalehan.
 
 

Puasa Ramadhan ditentukan selama sebulan dalam setahun. Bisa dipastikan bahwa kebiasaan baik yang ditempa selama sebulan penuh oleh hamba-hamba Allah SWT akan menjadi karakter kesalehan.

Inilah makna ayat dalam surah al-Baqarah [2]: 183. "La’allakum tattaquun” (Agar kamu bertakwa). Jadi hakikat takwa yang Allah SWT inginkan adalah karakter kesalehan yang dengannya semua orang di muka bumi tidak hanya merasa aman, tetapi juga mendapatkan keberkahan.

Lalu pada tahun berikutnya diperbaharui lagi, sehingga sepanjang hidupnya para hamba tidak saja saleh secara peribadi, tetapi juga membawa kasalehannya kepada orang lain.

Lihatlah bagaimana kaum muslimin selama Ramadhan. Mereka siangnya berpuasa, malamnya menegakkan shalat, lalu bangun sebelum fajar untuk melakukan Tahajjud dan sahur.

 
Hakikat takwa yang Allah SWT inginkan adalah karakter kesalehan yang dengannya semua orang di muka bumi tidak hanya merasa aman, tetapi juga mendapatkan keberkahan.
 
 

Di celah-celah waktu tersebut mereka memperbanyak membaca Alquran dan bersedekah. Jadi tidak mungkin jika ada orang beriman masih terjangkiti penyakit serakah. Sebab dengan puasa akan tertanam dalam jiwanya minimal tiga karakter kesalehan.

Pertama, sabar (ashshabru). Para ulama menjelaskan bahwa sabar ini harus meliputi tiga dimensi sabar dalam ketaatan kepada Allah SWT dan Rasul-Nya (ashshabru ‘alath thaa’ati), sabar dalam menjauhi maksiat (ashshabru ‘anil ma’shiyati), dan sabar dalam menjalani ujian (ashshshabru ‘alal balaai).

Dari segi taat, banyak orang yang berhasil, tetapi dari segi menjauhi maksiat masih banyak orang yang belum sabar. Puncaknya adalah dengan tercapainya dua dimensi kesabaran tersebut, maka akan meningkat keimanan.

Lalu sejalan dengan ini akan datang ujian. Di sini harus ada dimensi yang ketiga, yaitu kesabaran dalam menjalani ujian. Dengan cara ini seorang hamba akan terbebas dari penyakit serakah.

Kedua, syukur (asysyukru). Maksudnya, menggunakan nikmat Allah SWT sesuai dengan ketentuan-Nya. Bila Anda mendapatkan nikmat mata, maka gunakanlah mata tersebut dalam ketaatan kepada-Nya.

Demikian juga nikmat-nikmat lain, seperti telinga, lisan, tangan, kaki, termasuk juga nikmat kesehatan. Ditambah lagi nikmat yang jauh lebih mahal daripada itu semua, yaitu nikmat kehidupan lebih mahal lagi nikmat iman, semua itu harus kita syukuri dengan ketaatan kepada-Nya.

Dengan syukur ini seorang hamba akan selamat dari keserakahan.

Ketiga, ridha (arridha) atas semua nikmat yang Allah SWT berikan. Dalam hal ini tidak perlu membanding-bandingkan apa yang kita dapatkan dengan rezeki orang lain. Sebab, masing-masing ada jatahnya dari Allah SWT (Wafis samaai rizqukum) (QS adz-Dzariyat [51]: 22).

Maka siapa yang tidak ridha dengan pembagian-Nya, otomatis akan selalu kecewa dengan takdir-Nya. Dari sini akan lahir penyakit serakah yang akan terus menghantui hidupnya.

Kisah Talut Melawan Jalut, Momen Krusial Bani Israil

Pasukan Talut berhasil melawan Jalut sehingga Bani Israil pun kembali berkuasa.

SELENGKAPNYA

Contoh Buruk Orang Berilmu, Si Manipulator Ayat Alquran

Inilah kisah Abdullah bin Sarah, orang berilmu tetapi memanipulasi ayat Alquran.

SELENGKAPNYA

Ketika Nabi Sulaiman Dituduh Berbuat Sihir

Orang-orang fasik ini menuduh Nabi Sulaiman berbuat sihir.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya