Wali Allah adalah orang yang mendekat dan menolong agama Allah SWT. | Republika

Hikmah

Menjadi Wali Allah

Wali Allah adalah orang yang mendekat dan menolong agama Allah SWT.

Oleh AUNUR ROFIQ

Wali Allah adalah orang yang mendekat dan menolong agama Allah SWT atau orang yang didekati atau orang yang ditolong Allah SWT.

Ada suatu kisah seorang syekh zuhud yang kehidupannya dari hasil tangkapan dari laut. Hasil tangkapan disedekahkan kepada yang berhak dan sebagian untuk kebutuhan sendiri.

Ada kawan syekh yang mau bepergian ke suatu daerah. Syekh itu berpesan, "Ketika kamu memasuki daerah itu, temuilah saudara Fulan. Sampaikan salam dariku dan aku mohon didoakan olehnya. Dia seorang wali Allah."

Sesampai di daerah tujuan, maka kawan syekh bertanya dan mencari rumah saudara syekh. Setelah ketemu rumahnya, kawan syekh ini terkejut karena rumahnya tidak pantas dihuni kecuali oleh para raja.

Akhirnya bertemulah dengan orang yang dicari, dan heran karena orangnya datang dengan kendaraan yang megah dan pakaian mewah. Di rumahnya terlihat beberapa pelayan dan para pengawal.

Akhirnya kawan syekh itu bertanya, "Saudaramu Fulan menyampaikan salam untukmu.”

Lalu saudara syekh itu bertanya, "Apakah kamu bertemu dengannya?” Dijawab, "Ya."

Saudara syekh kembali bicara, "Jika kamu pulang, sampaikan kepadanya, hingga kapan dia sibuk dengan dunia? Sampai kapan dia berurusan dengan dunia? Sampai kapan dia menginginkan dunia?"

Kawan syekh ini heran dengan saudara sang syekh karena pesannya dan kehidupannya memberikan kesan berlawanan.

Setelah kawan syekh ini kembali ke rumah dan bertemu dengan syekh yang zuhud, kemudian dia bertanya, "Apakah kamu bertemu dengan saudaraku?"

Aku mengangguk. Syekh kembali bertanya. "Apa yang dia sampaikan kepadamu?"

Aku jawab, "Tidak mengatakan apa-apa." Syekh ragu dan berkata, "Ceritakanlah kepadaku apa yang dia sampaikan?"

Dan setelah diceritakan pesannya, syekh tersebut menangis cukup lama. Kemudian syekh itu berkata, "Memang benar apa yang disampaikan saudaraku itu. Allah SWT telah mencuci hatinya dari dunia. Allah SWT menempatkan dunia di tangannya, sementara aku masih menempatkan dunia di hatiku.”

Bagaimana setelah membaca kisah ini, apakah bisa kita ambil hikmahnya?

Seorang syekh yang hidupnya zuhud dan saudaranya yang disebut wali justru hidupnya mewah. Sementara dia (wali) berpesan kepada sang syekh untuk berhenti berurusan dengan dunia.

 
Keadaan para wali yang kekasih Allah SWT tidak dapat diukur dengan kemiskinan atau kekayaan.
 
 

Maka kita simak pendapat Ibnu Atha’illah bahwa keadaan para wali yang kekasih Allah SWT tidak dapat diukur dengan kemiskinan atau kekayaan. Wilayah kewalian merupakan wilayah hati. Tiada yang mengetahuinya (manusia) kecuali Zat yang mengistimewakannya.

Maka siapa pun yang menghadap Allah SWT dengan kebaikan-Nya, maka dia wajib bersyukur dari segala karunia-Nya. Jika tidak bersyukur, maka dia membiarkan kenikmatan dan karunia-Nya hilang dari dirinya.

Yang menarik bagi kita adalah bagaimana bisa menyucikan hati dari keberadaan, keinginan, kenikmatan dunia? Dunia memang diciptakan untuk manusia, sedangkan manusia diciptakan untuk akhirat.

Jadi "dunia" merupakan ladang atau tempat manusia menjalankan kehidupannya. Dalam kehidupan itu, ada yang berupa amalan dan ada kemaksiatan.

Seseorang yang bergelimang kekayaan seakan dunia ada di tangannya. Namun hatinya bersih dan semua yang di tangannya hanyalah untuk memenuhi perintah-Nya. Hatinya tidak tersangkut secuil pun dunia, hanya ada Zat yang Mahakuasa.

Maka jadilah dalam golongan orang yang bersyukur atas nikmat-Nya, bertafakur, dan selalu merenungkan apa yang diberikan Allah SWT kepada kita. Dunia yang di tangannya hanya untuk memenuhi perintah Allah SWT merupakan amalan yang kelak menjadi "kekasih" dan menemani sampai Padang Mahsyar saat dilakukan hisab.

 
Dunia yang di tangannya hanya untuk memenuhi perintah Allah SWT merupakan amalan yang kelak menjadi "kekasih" dan menemani sampai Padang Mahsyar saat dilakukan hisab.
 
 

Maka jangan tinggalkan dunia dan jangan remehkan. Isilah dunia dengan tujuan untuk memenuhi perintah dan menjauhi larangan-Nya. Kuasailah ilmu pengetahuan dan teknologi karena "alat" ini yang menuntun manusia menjadi bermakna, bukannya merusak dan menebarkan kehancuran.

Simaklah surah al-A’la ayat 3, "Dan Dia yang mengatur dan memberi petunjuk.”

Sebenarnya kehidupan seorang hamba di dunia sudah ditata, diatur, dan diberi petunjuk oleh-Nya. Janganlah menjadi sombong jika berhasil dalam kehidupan dunia.

Jadikan ukuran keberhasilan itu saat “pulang” dalam keadaan husnul khatimah. Dunia itu mengandung pelajaran bagi orang yang mau mengambil pelajaran. Kekasih Allah SWT telah melewati dunia sesuai dengan petunjuk dan pertolongan-Nya.

Bagaimana dengan kita dalam mengisi kehidupan dunia ini? Barang siapa yang ridha Allah SWT menjadi Tuhannya, niscaya dia menyerahkan diri secara total pada-Nya.

Barang siapa yang ridha Islam menjadi agamanya, dia akan mengamalkan ajarannya. Barang siapa yang ridha Muhammad SAW menjadi Nabinya, dia akan meneladan. Maka wujudkanlah keridhaan tersebut secara menyeluruh (semuanya sekaligus).

Semoga dengan petunjuk-Nya kita semua mengisi kehidupan dunia dan akhirat dengan selamat.

Nyawa tanpa Nilai

Generasi muda kita seolah kehilangan teladan, kehilangan harapan, dan tak lagi memiliki impian.

SELENGKAPNYA

Jejak Arab

Migrasi warga Arab diawali setelah terjadinya perpecahan besar di antara umat Islam.

SELENGKAPNYA

Ramadhan Bulan Penguatan Akhlak Mulia

Ramadhan menjadi bulan pembiasaan dan penguatan akhlak mulia.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya