Sosialisasi Menutup Aurat Komunitas Islam yang tergabung dalam Solidaritas Peduli Jilbab( SPJ) melakukan aksi damai long march sosialisasi menutup aurat saat berlangsungnya Hari Bebas kendaraan bermotor (HBKB) di Jl. Jenderal Sudirman, Jakarta, Ahad (19/ | Republika/Rakhmawaty La

Modis

Hari Hijab Sedunia, Apa Artinya Bagi Wanita Muslim

Masih banyak Muslimah yang menjadi sasaran pelecehan dan diskriminasi karena memakai hijab.

Selama bertahun-tahun jilbab telah digunakan sebagai umpan utama bagi media yang terpesona dan muak dengannya. Konsep hijab juga telah dibahas secara luas selama beberapa dekade, oleh wanita Muslim, kelompok feminis, dan xenofobia yang menolak memahami mengapa seorang wanita ingin menutupi kepalanya.

Dengan meningkatnya diskriminasi terhadap jilbab, Nazma Khan memutuskan sesuatu yang perlu dilakukan untuk membawa narasi yang lebih positif ke depan, yakni dengan konsep Hari Hijab Sedunia. “Saya mendirikan World Hijab Day pada tahun 2013 setelah menyadari bahwa saya bukan satu-satunya yang menghadapi diskriminasi karena mengenakan hijab,” kata penggagas World Hijab Day, Nazma Khan dilansir dari New Arab, Selasa (7/2/2023).

Menurut Nazma, masih banyak saudari Muslimnya di dunia yang juga menjadi sasaran pelecehan dan diskriminasi karena memakai hijab. Oleh karena itu, hatinya tergerak untuk membantu, paling tidak, meringankan situasi mereka dengan membawa kesadaran yang lebih besar tentang hijab dan mempromosikan kebebasan pribadi untuk berekspresi dalam beragama. 

“Jadi, saya meminta wanita dari setiap latar belakang dan kepercayaan untuk mengenakan jilbab pada tanggal 1 Februari setiap tahun, sebagai solidaritas dengan wanita Muslim di seluruh dunia,” ujar Nazma.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

 

Nazma, seorang imigran Bangladesh yang datang ke Amerika pada usia muda, mengenang bagaimana tinggal dan tumbuh di New York sebagai minoritas. “Saya menghadapi banyak diskriminasi, baik secara verbal maupun fisik karena mengenakan jilbab di sekolah dan universitas. Di sekolah, siswa sering mengejek dan menghina saya dengan memanggil saya dengan nama seperti 'batman', 'ninja', dan 'Bunda Teresa'.”

Namun, setelah serangan 9/11, yang menyebabkan eskalasi pelecehan seperti yang Nazma rasakan. "Saya dikejar di jalanan dan dicap sebagai teroris dan Usamah bin Ladin, hanya karena terlihat seperti wanita Muslim," ujarnya. 

Terlepas dari tantangannya, Nazma mengaitkan banyaknya wanita kuat dalam keluarganya, sebagai inspirasi dan kekuatannya. “Saat tumbuh dewasa, saya melihat ibu, nenek, bibi, dan saudara perempuan saya mengenakan pakaian luar panjang yang indah yang dikenal sebagai abaya. Mereka juga akan menutupi kepala mereka dengan hijab," katanya melanjutkan. 

“Ketika mereka melewati saya, saya akan sangat kagum. Saya merasa seolah-olah ratu melewati saya. Bagi saya, mereka terlihat cantik, terhormat, dan feminin. Saya selalu ingin tampil cantik seperti mereka, jadi saya memutuskan untuk memakai hijab juga,” katanya.

Hari Hijab Sedunia pun kini dirayakan di seluruh dunia oleh wanita Muslim dan non-Muslim. Nazma, mengungkapkan bahwa tujuan pada masa depannya, adalah mengatasi Islamofobia di lingkungan perusahaan dan lembaga pendidikan dengan menyediakan lokakarya keragaman dan inklusi tentang budaya Muslim.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

“Ketika Anda melakukan sesuatu yang bermanfaat, Anda akan menghadapi tentangan. Itulah indahnya melakukan sesuatu yang berarti. Kita tidak bisa membiarkan kebencian menghancurkan semangat kita dan mengalihkan kita dari membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik,” ujar dia.

Hafsa Issa-Salwe, salah satu pendiri klinik kesehatan dan kulit naturopati Botanical Mission membahas perjalanan hijabnya sendiri. “Saya mulai mengenakan jilbab di akhir masa remaja saya setelah melakukan perjalanan yang mengubah hidup ke Uni Emirat Arab (UEA) pada 2008 selama Ramadhan,” katanya kepada The New Arab.

Ia mengenakan hijab selama sebulan penuh, shalat Tarawih di masjid dan berhubungan dengan orang yang ia cintai. Itu juga tahun ketika dia mulai shalat secara konsisten dan untuk belajar lebih banyak.

“Teman-teman saya sangat berpengaruh. Mereka memberi saya rasa kebersamaan sehingga saya tidak merasa sendirian. Mereka tahu toko mana yang harus dikunjungi, apa yang akan dikenakan, dan mereka menghubungkan saya dengan semua tip dan trik mereka," ujarnya. 

 

 
Saya selalu ingin tampil cantik seperti mereka, jadi saya memutuskan untuk memakai hijab juga. 
NAZMA KHAN, Penggagas World Hijab Day
 
 

Fikih Peradaban dan Legitimasi Piagam PBB

Perbincangan fikih peradaban absen dalam kanon-kanon fikih yang ditulis para ulama.

SELENGKAPNYA

Benteng Kokoh Itu Pun Runtuh

Selama Kekaisaran Ottoman, kastil diperluas dan dibentengi saat Gaziantep tumbuh sebagai pusat militer, politik, dan budaya.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya