
Dunia Islam
Mengenal Keluarga Imran
Keluarga Imran termasuk golongan yang dimuliakan oleh Allah.
Salah satu surah dalam Alquran adalah Ali Imran, yang berarti ‘keluarga Imran'. Allah SWT memasukkan kelompok nasab ini ke dalam golongan yang mulia di sepanjang sejarah. Dia berfirman:
إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى آدَمَ وَنُوحًا وَآلَ إِبْرَاهِيمَ وَآلَ عِمْرَانَ عَلَى الْعَالَمِينَ ذُرِّيَّةً بَعْضُهَا مِن بَعْضٍ وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga ‘Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing), (sebagai) satu keturunan yang sebagiannya (turunan) dari yang lain. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS Ali Imran: 33-34).
Nama keluarga itu diambil dari seorang tokoh yang bernama Imran bin Matsan bin al-Azar bin al-Yud. Ia merupakan keturunan Nabi Sulaiman bin Nabi Daud AS. Dalam bahasa Ibrani, nama Imran disebut sebagai Imram. Adapun dalam karangan orang-orang Nasrani pra-Islam, sebutannya adalah Yuhaqim.
Keluarga Imran memiliki cukup banyak anggota. Beberapa di antaranya masyhur karena namanya disebutkan dalam Alquran atau hadis Nabi Muhammad SAW. Misalnya, istri Imran yang bernama Hannah binti Faquda. Ia merupakan seorang Muslimah yang taat beribadah.
إِذْ قَالَتِ امْرَأَتُ عِمْرَانَ رَبِّ إِنِّي نَذَرْتُ لَكَ مَا فِي بَطْنِي مُحَرَّرًا فَتَقَبَّلْ مِنِّي إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
“(Ingatlah), ketika istri ‘Imran berkata, ‘Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau (Allah) anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang saleh dan berkhidmat (di Baitul Maqdis). Karena itu terimalah (nazar) itu dari padaku. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (QS Ali Imran: 35).
Imran memiliki sejumlah anak. Yang pertama adalah seorang putri bernama Asy-ya’. Wanita ini kemudian menikah dengan Nabi Zakariya AS. Pasangan ini dikaruniai seorang putra yang menjadi utusan Allah, Nabi Yahya AS.
Anak keduanya adalah Maryam. Nama Muslimah ini diabadikan dalam sebuah surah di Alquran. Ia adalah ibunda yang melahirkan Nabi Isa AS. Rasulullah SAW memuliakan perempuan tersebut, semisal dalam sebuah hadis.
كَمَلَ مِنَ الرِّجالِ كَثِيرٌ، ولَمْ يَكْمُلْ مِنَ النِّساءِ إلَّا مَرْيَمُ بنْتُ عِمْرانَ، وآسِيَةُ امْرَأَةُ فِرْعَوْنَ
“Ada banyak lelaki yang sempurna. Tidak ada wanita yang sempurna selain Maryam binti Imran dan Asiyah istri Firaun” (HR Bukhari-Muslim).
Alquran pun mengisahkan bagaimana Maryam pada saat proses persalinan. Orang-orang Yahudi lantas menudingnya sebagai pelaku zina. Atas petunjuk Allah SWT, wanita mulia ini berdiam diri dan semata-mata mengisyaratkan mereka agar berbicara langsung kepada bayi yang dilahirkannya.
“Maka dia (Maryam) menunjuk kepada (anak)-nya. Mereka berkata, ‘Bagaimana kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?’ Dia (Isa) berkata, "Sesungguhnya aku hamba Allah, Dia memberiku Kitab (Injil) dan Dia menjadikan aku seorang nabi.
Dan Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada, dan Dia memerintahkan kepadaku (melaksanakan) shalat dan (menunaikan) zakat selama aku hidup; dan berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. Dan kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku, pada hari kelahiranku, pada hari wafatku, dan pada hari aku dibangkitkan hidup kembali” (QS Maryam: 29-33).
Sosok berikutnya dari keluarga Imran, tentunya, adalah Nabi Isa AS. Hubungannya dengan Imran adalah cucu. Allah Ta’ala menjadikan putra Maryam itu sebagai nabi dan rasul-Nya yang diutus kepada Bani Israil untuk mengajak mereka agar teguh bertauhid.
إِنَّمَا الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ رَسُولُ اللَّهِ وَكَلِمَتُهُ أَلْقَاهَا إِلَىٰ مَرْيَمَ وَرُوحٌ مِنْهُ
“Sesungguhnya al-Masih, Isa putra Maryam itu, adalah utusan Allah dan (yang diciptakan dengan) kalimat-Nya yang disampaikan-Nya kepada Maryam, dan (dengan tiupan) roh dari-Nya” (QS an-Nisa: 171).
وَإِذْ قَالَ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ يَا بَنِي إِسْرائيلَ إِنِّي رَسُولُ اللَّهِ إِلَيْكُمْ مُصَدِّقاً لِمَا بَيْنَ يَدَيَّ مِنَ التَّوْرَاةِ وَمُبَشِّراً بِرَسُولٍ يَأْتِي مِنْ بَعْدِي اسْمُهُ أَحْمَدُ فَلَمَّا جَاءَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ
“Dan (ingatlah) ketika Isa bin Maryam berkata, ‘Hai Bani Israil, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu, membenarkan kitab sebelumku, yaitu Taurat, dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad).’
Maka tatkala rasul itu datang kepada mereka dengan membawa bukti-bukti yang nyata, mereka berkata, ‘Ini adalah sihir yang nyata” (QS ash-Shaf: 6).
Tokoh berikutnya dari keluarga Imran adalah Nabi Yahya AS. Bersama dengan ayahnya, Nabi Zakaria, namanya disebut dalam Alquran. Kisahnya kerap dikaitkan dengan keajaiban doa.
Nabi Zakaria ketika itu telah lanjut usia. Dengan penuh keimanan, sang nabi berdoa agar kiranya Allah mengaruniai keturunan kepadanya.
هُنَالِكَ دَعَا زَكَرِيَّا رَبَّهُ قَالَ رَبِّ هَبْ لِي مِن لَّدُنْكَ ذُرِّيَّةً طَيِّبَةً إِنَّكَ سَمِيعُ الدُّعَاء فَنَادَتْهُ الْمَلآئِكَةُ وَهُوَ قَائِمٌ يُصَلِّي فِي الْمِحْرَابِ أَنَّ اللّهَ يُبَشِّرُكَ بِيَحْيَـى مُصَدِّقًا بِكَلِمَةٍ مِّنَ اللّهِ وَسَيِّدًا وَحَصُورًا وَنَبِيًّا مِّنَ الصَّالِحِينَ
“Di sanalah Zakariya mendoa kepada Tuhannya seraya berkata, ‘Ya Tuhanku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik.
Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa.’ Kemudian Malaikat (Jibril) memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya), ‘Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi termasuk keturunan orang-orang saleh” (QS Ali Imran: 38-39)
Nabi Yahya termasuk istimewa. Belum pernah sebelumnya ada satu orang pun yang bernama Yahya.
يَٰزَكَرِيَّآ إِنَّا نُبَشِّرُكَ بِغُلَٰمٍ ٱسْمُهُۥ يَحْيَىٰ لَمْ نَجْعَل لَّهُۥ مِن قَبْلُ سَمِيًّا
“Wahai Zakaria, sesungguhnya Kami memberi kabar gembira kepadamu akan (beroleh) seorang anak yang namanya Yahya, yang sebelumnya Kami belum pernah menciptakan orang yang serupa dengan dia” (QS Maryam: 7).
Nabi Muhammad SAW pun memujinya. Dalam sebuah hadis, disebutkan bahwa beliau bersabda, “Tidak pantas bagi siapapun untuk mengatakan bahwa aku lebih baik daripada Yahya bin Zakariya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, mengapa demikian?”
Nabi SAW menjawab, “Tidakkah kalian mendengar bagaimana Allah menyebutknya di dalam Alquran, ‘Hai Yahya, ambillah al-Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-sungguh. Dan Kami berikan kepadanya hikmah selagi ia masih kanak-kanak?’”
Rasulullah SAW kemudian membaca hingga firman Allah, yakni surah Ali Imran ayat ke-39.
Nabi Yahya AS wafat lantaran dibunuh komplotan jahat.
ما قتل يحيى بن زكريا إلا في امرأة بغي قالت لصاحبها لا أرضى عنك حتى تأتيني برأسه، فذهب فأتاها برأسه في طست
“Yahya terbunuh gara-gara seorang wanita pelacur. Ia berkata kepada pasangannya, ‘Saya tidak ridha padamu sampai engkau datangkan kepala Yahya kepadaku.’ Laki-laki itu lantas pergi dan membawa kepala Nabi Yahya dalam suatu wadah.”
Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa an-Nihayah menuturkan, dahulu kala terdapat seorang raja di Syam. Sang penguasa hendak menikahi seorang wanita yang menurut syariat kala itu haram untuk dinikahi. Nabi Yahya AS pun melarang pernikahan demikian.
Si wanita menjadi amat murka. Atas persetujuan raja tersebut, seseorang dikirim untuk membunuh nabiyullah itu.
ChatGPT dan Revolusi Pendidikan
Para pengajar kini lebih banyak memilih tugas di kelas atau ujian lisan.
SELENGKAPNYAProses Hukum Mutilasi Mimika Mencurigakan
Dakwaan yang diterapkan dikhawatirkan meringankan pelaku.
SELENGKAPNYA