
Kisah
Usaid, Sang Sahabat dan Qari Bersuara Merdu
Usaid bin al-Hudhair adalah sahabat Nabi SAW dan juga seorang qari.
Usaid bin al-Hudhair adalah salah seorang sahabat Nabi Muhammad SAW. Sebelum memeluk Islam, pemimpin Suku Aus itu termasuk golongan yang menentang dakwah Rasulullah SAW.
Bagaimanapun, hatinya melunak setelah mendengarkan pembacaan ayat-ayat suci Alquran. Bahkan, begitu menjadi Muslim dirinya ahli dalam melantunkan Kalamullah.
Seperti dikutip dari buku 65 Kisah Kehidupan Sahabat karya Dr Abdurrahman Ra'fat al-Basya, perkenalan Usaid bin al-Hudhair dengan Islam terjadi ketika Mus'ab bin Umair mulai berdakwah di Yastrib --nama lama Madinah. Saat itu, Ibnu Umair mengislamkan banyak anggota kaumnya.
Perkenalan Usaid bin al-Hudhair dengan Islam terjadi ketika Mus'ab bin Umair mulai berdakwah di Yastrib.
Hal itu membuat Usaid geram sehingga dirinya mendatangi Ibnu Umair sambil membawa tombak. Dijumpainya sang dai berada di tengah kerumunan. Orang-orang terkejut karena melihat seorang tokoh mereka mengacungkan senjata tajam.
"Apa yang membuat kalian datang ke kampung kami lalu membujuk orang-orang lemah kami?! Enyahlah kalian dari daerah ini jika masih ingin hidup!” kata Usaid kepada mereka.
Ibnu Umair menoleh ke arahnya dan berkata dengan tenang, “Wahai pemimpin suatu kaum, apakah engkau ingin mendapatkan kebaikan?"
"Apa maksudmu!?"
"Duduklah bersama kami dan dengarkan pembicaraan kami. Jika engkau senang dengan apa-apa yang kami katakan, maka terimalah. Jika engkau tidak menyukainya, kami akan pergi dan tidak akan kembali.”
Usaid terdiam sesaat, dan berkata, "Itu lebih adil." Ia menaruh tombaknya di atas tanah, lalu duduk.
Maka Ibnu Umair menjelaskan kepadanya tentang hakikat Islam. Dibacakan pula untuknya beberapa ayat Alquran. Tampaklah roman kebahagiaan pada wajahnya.
Usaid berkata, “Betapa indahnya kalimat yang telah engkau ucapkan. Betapa agung ayat yang telah kau bacakan. Apa yang mesti diperbuat jika seseorang hendak masuk ke dalam Islam?"
Betapa indahnya kalimat yang telah engkau ucapkan. Betapa agung ayat yang telah kau bacakan.
Mus'ab lalu menjawab, “Mandilah dan bersihkan pakaianmu, dan bersaksilah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan Allah. Lalu lakukanlah shalat dua rakaat."
Usaid segera pergi ke sumur dan bersuci dengan air. Kemudian, di hadapan Mus'ab bin Umair ia bersyahadat. Resmilah dirinya memeluk Islam.
Keislamannya memuluskan jalan bagi persebaran dakwah, khususnya di tengah masyarakat Suku Aus. Islamnya Usaid pun menjadi jalan hidayah bagi Sa'd bin Muadz. Dan, keduanya menstimulus diseminasi agama tauhid di tengah penduduk Yastrib.
Pada akhirnya, Islam menjadi populer di kota itu sehingga menarik perhatian Rasul SAW untuk hijrah dari Makkah ke sana.
Kecintaan pada Alquran
Usaid bin al-Hudhair begitu mencintai Alquran sejak mendengar Kalamullah itu pertama kali dari Mus'ab bin Umair. Ia selalu datang kepada Alquran, bagaikan seorang pengembara yang kehausan mendekati oasis di tengah gurun pasir nan terik. Ia menjadikan Alquran sebagai kesibukannya yang baru.
Dalam arti, ia adalah seorang mujahid yang berjihad di jalan Allah. Kalau tidak demikian, dirinya beriktikaf dalam masjid sambil membaca Kitabullah.
Usaid selalu datang kepada Alquran, bagaikan pengembara yang kehausan mendekati oasis di tengah gurun.
Ia memiliki suara yang merdu. Di samping itu, pelafalannya pun jelas. Para sahabat dan Nabi SAW sendiri mengenalnya sebagai seorang qari yang andal.
Usaid pun senang membaca Alquran. Kebiasaannya adalah bertadarus pada malam hari. Termasuk ketika malam semakin larut, saat mata banyak orang sudah terpejam, dan jiwa mereka telah terbang dibawa mimpi.
Para sahabat Rasul SAW sering kali menanti Usaid membaca Alquran. Mereka begitu senang mendengarkannya mengaji.
Sa'd termasuk orang yang sering mendengarkan bacaan Alquran Usaid. Baginya, suara sang qari begitu merdu dan syahdu.
Pada suatu malam, Usaid sedang duduk di teras belakang rumahnya. Anaknya yang bernama Yahya tidur di sampingnya. Kudanya yang ia siapkan untuk berjihad di jalan Allah sedang terikat dengan jarak yang tidak jauh darinya.
Malam begitu tenang. Langit begitu bersih. Cahaya bintang menyapa bumi dengan lembut.
Jiwa Usaid bin al-Hudhair mengharumi udara yang segar itu. Segera ia lantunkan ayat-ayat suci Alquran. Ia membaca surah al-Baqarah ayat pertama hingga keempat dengan suara yang indah.
Kudanya mendengarkan bacaan itu. Hewan tersebut langsung berputar-putar dan hampir membuat tali kekangnya putus. Maka, Usaid berhenti membaca dan kudanya langsung diam.
Saat sudah tenang, ia kembali meneruskan tadarus. Namun, kudanya lagi-lagi lagi berputar dengan begitu kuat.
Saat sudah tenang, ia kembali meneruskan tadarus. Namun, kudanya lagi-lagi lagi berputar dengan begitu kuat. Bahkan, lebih kuat dari sebelumnya. Kemudian, Usaid menghentikan bacaannya dan kudanya pun berhenti berputar.
Hal itu terus terjadi berulang-ulang. Usaid menjadi khawatir bila anaknya akan terkena pijakan sang kuda. Ia pun menghampiri sang anak untuk membangunkannya.
Pada saat itulah, di langit tampak seberkas awan yang berbentuk sebuah payung besar. Di bawahnya, tergantung benda-benda seperti lampu. Maka seluruh langit menjadi terang benderang. Benda-benda itu terus naik ke langit sehingga tak terlihat lagi.
Keesokan paginya, Usaid menghadap Nabi SAW dan menceritakan apa yang telah dilihatnya semalam.
Beliau lalu bersabda kepadanya, “Itu adalah para malaikat yang mendengarkan bacaanmu. Ya Usaid! Jika engkau teruskan bacaanmu, pasti manusia melihat mereka sehingga tidak samar lagi bagi manusia untuk melihat malaikat!" (HR Bukhari dan Muslim).
Usaid bin al-Hudhair meninggal pada masa khulafaur rasyidin, tepatnya pada era kepemimpinan Umar bin Khattab.
Film Inspiratif untuk Mengejar Impian
Banyak inspirasi yang bisa memperkaya hidup kita melalui berbagai judul film.
SELENGKAPNYAHalal dan Perppu Cipta Kerja
Menyambut penerapan wajib halal per 2024 dengan mayoritas usaha mikro kecil bukanlah hal mudah.
SELENGKAPNYA