
Mujahidah
Kisah Hijrah Durrah Binti Abu Lahab
Kisah Durrah binti Abu Lahab juga menggambarkan bahwa Allah SWT akan selalu memberi hidayah bagi orang-orang yang Ia kehendaki.
Durrah binti Abu Lahab bin Abdul Muthalib merupakan sosok Muslimah yang berakhlak mulia. Sifatnya sangat jauh berbeda dari ayahnya, Abu Lahab, seorang kafir Quraisy yang amat sesat.
Nama Abu Lahab bahkan tercatat sebagai nama surat ke-111 dalam Alquran. ''Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.''
Berbeda dengan sifat sang ayah, Durrah merupakan salah seorang sahabat yang begitu dekat dengan Rasulullah SAW. Tak banyak kisah tentang Durrah sebelum putri paman Rasulullah SAW itu masuk Islam. Muhammad Ibrahim Salim dalam bukunya bertajuk Perempuan-Perempuan Mulia di Sekitar Rasulullah SAW mengungkapkan, setelah masuk Islam, Durrah hijrah menyusul Nabi SAW ke Madinah.
Imam adz-Dzahabi berkata, Durrah mempunyai sebuah hadis dalam al-Musnad dari riwayat putra pamannya, al-Harits bin Naufal (ath-Thabaqaat [8/34], al-Istii'aab [4/290], al-Ishaabah [7/634], dan Ushudul Ghaabah [5/449]).

Ibnu Hajar menyebutkan dalam al-Ishaabah bahwa ketika Durrah binti Abu Lahab datang ke Madinah sebagai muhajir, dia turun di rumah Rafi’ bin Mu’alla. Beberapa wanita bani Zuraiq berkata kepadanya, "Engkau putri Abu Lahab, yang Allah berfirman tentang dia. 'Binasalah kedua tangan Abu Lahab' (QS al-Lahab, 111:1). Maka hijrahmu tidak berguna bagimu."
Mendengar perkataan seperti itu, Durrah lalu mendatangi Rasulullah dan menceritakan pengalaman yang tak mengenakkan tersebut. Rasulullah SAW mempersilakan Durrah, ''Duduklah!'' Tak lama kemudian, Rasulullah SAW menjadi imam shalat Zhuhur, lalu duduk di atas mimbar selama satu jam.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Wahai manusia sekalian. Mengapa aku dicela atas keluargaku? Demi Allah, sesungguhnya syafaatku (pengampunan) akan diperoleh kerabatku, bahkan orang yang keras, lemah, serta besar sekalipun akan memperolehnya pada hari kiamat."
Ibnu Hajar menyebutnya dalam al-Ishaabah dengan perkataan: Diriwayatkan oleh Ibnu Ashim, Thabarani dan Ibnu Mandah, dari jalan Abdurrahman bin Basyar, dan ia adalah dhaif, dari Muhammad bin Ishaq, dari Nafi' dan Zaid bin Aslam, dari Ibnu Umar, dan Sa'id al-Maqbari dan Ibnu al-Munkadir, dari Abu Hurairah, dan dari Ammar bin Yasir. Mereka berkata, "Datang Durrah ... hingga akhir hadis ..." (al-Ishaabah, juz 7 hlm 634).
Nabi SAW bersabda: Seorang yang hidup tidak menanggung derita lantaran kejelekan yang diperbuat orang yang sudah mati.IMAM AD-DARUQUTHNI
Ad-Daruquthni meriwayatkan dalam kitabnya, bab Ukhuwah, dan Ibnu Ady dalam al-Kaamil serta Ibnu Mandah dari Durrah binti Abu Lahab, dia berkata, ''Nabi SAW bersabda, 'Seorang yang hidup tidak menanggung derita lantaran kejelekan yang diperbuat orang yang sudah mati.'''
Menurut Ibrahim Salim, berkaca dari riwayat tersebut, hendaknya seorang Muslim dan Muslimah tetap menghormati orang yang telah mendahului kita meskipun orang tersebut sangat memusuhi kita. Itulah salah satu akhlak mulia yang diajarkan agama Islam.
Kisah Durrah binti Abu Lahab juga menggambarkan bahwa Allah SWT akan selalu memberi hidayah bagi orang-orang yang dikehendakinya. Bukankah Abu Lahab adalah seorang pemimpin Quraisy yang sangat memusuhi Islam dan Rasulullah SAW? Namun, dari keluarga Abu Lahab, orang yang sangat dilaknat Allah SWT itu, hadir seorang Muslimah berakhlak mulia yang senantiasa membela dan membantu perjuangan agama Islam.
Durrah merupakan pribadi seorang putri paman Rasulullah yang kehadirannya menjadi cermin bagi semua Muslim. Cahaya keimanan yang menyinari kalbunya mampu mengalahkan pengaruh dan sifat-sifat buruk yang dicontohkan ayahnya, Abu Lahab. Kisahnya memberi kepada kita sebuah pelajaran penting, bahwa keburukan yang telah dilakukan oleh para pendahulu kita bukanlah derita yang harus ditanggung oleh anak dan cucunya.
Meski begitu, Islam tetap mengajarkan agar kita selalu mendoakan dan menghormati orang tua baik yang masih hidup maupun telah meninggal dunia. Begitu indah ajaran Islam.