Nusantara
Wali Kota Blitar Sempat Dianiaya
Tim gabungan mendalami sejumlah kelompok yang diduga sebagai pelaku.
SURABAYA -- Wali Kota Blitar, Santoso menceritakan peristiwa perampokan yang terjadi di rumah dinasnya di Jalan Sudanci Suprijadi Nomor 18, Kota Blitar, Jawa Timur pada Senin (12/12), dini hari. Menurut dia, kawanan perampok itu sempat menganiaya dirinya dan mengancam berbuat asusila terhadap istrinya.
Santoso mengatakan, saat itu dirinya sedang tidur. Tiba-tiba ada tiga orang masuk ke dalam kamarnya lewat pintu kamar sebelah timur. Ia tidak melihat secara jelas karena dalam kondisi setengah sadar. Mereka langsung menyekap Santoso dan istrinya. "Saya langsung disergap suruh tengkurap, langsung dilakban mulut dan mata saya," ujarnya, Selasa (13/12).
Santoso mengungkapkan, para pelaku tidak membawa senjata api. Namun, salah satunya memegang parang. "Kalau senjata api ke saya tidak, tapi salah satunya bawa parang," ujarnya.
Setelah mata dan mulutnya ditutup lakban, Santoso diminta berdiri dan menunjukkan brankas tempat penyimpanan uang. Namun, Santoso mengaku tidak memilikinya karena tidak menyimpan banyak uang. Hal itu membuat para perampok itu geram dan mulai menganiaya Santoso.
"Dia minta kepada saya untuk menunjukkan brankasnya. Saya kan selama ini enggak punya brankas. Saya ditendang, dipukul dalam posisi disekap karena saya dikira tidak mau menunjukkan brankasnya. Di bagian kaki dan tubuh (ditendang dan dipukulnya)," kata Susanto.
Bukan itu saja, pelaku yang kalap mengancam akan menelanjangi istrinya jika tidak mau menunjukkan tempat penyimpanan uang. Santoso yang khawatir akan keselamatan istrinya pun langsung menunjukkan lemari yang di dalamnya terdapat tas berisi uang tunai. Lemari itu bahkan tidak dikunci.
"Dia ngomong waktu itu kalau tidak segera memberitahukan, istri saya mau dutelanjangi. Dia ngancam seperti itu. Saya berpikir bagaimana keselamatan istri saya kalau mereka sampai melakukan yang enggak baik, kan kasihan. Makanya saya silahkan ambil di lemari itu di tas," kata Santoso.
Santoso mengaku tidak bisa melihat apa saja yang dilakukan para perampok terhadap isi lemarinya. Ia hanya mendengar mereka mengobrak abrik isi lemari dan mengambil barang berharga yang ada di sana. Selain uang, perampok juga mengambil sejumlah perhiasan milik istrinya.
Santoso mengaku tidak bisa melihat apa saja yang dilakukan para perampok terhadap isi lemarinya.
"Diobrak abrik lemari saya, termasuk sedikit perhiasan milik istri saya. Kalung yang masih dipakai itu juga dilepas, terus gelang, cincin itu, ada juga yang dibawa. Setelah itu kira-kira jam 03.30 WIB, dia (para perampok) udah mulai melarikan diri," ujarnya.
Menurut keterangan polisi, kawanan yang masuk ke rumah Santoso berjumlah lima orang. Mereka menggunakan minibus berpelat nomor merah yang diduga palsu. Sebelum masuk ke rumah, mereka lebih dulu menyerang tiga orang personel Pol PP Blitar yang menjaga rumah tersebut. Ketiga penjaga itupun disekap dengan tangan dan mata dilakban.
Sementara, barang yang diambil di antaranya satu ponsel milik Santoso dan uang tunai sekitar Rp 400 juta. Mereka juga mengambil perhiasan istri Santoso, yaitu kalung dan jam tangan dengan nilai total Rp 15 juta. Sebelum meninggalkan lokasi, pera pelaku merusak rekaman CCTV yang ada di rumah tersebut.
Wakil Wali Kota Blitar, Tjutjuk Sunario prihatin dengan kejadian tersebut. Apalagi, terjadi di rumah dinas yang ada penjaganya. Sunario meminta agar kasus tersebut segera terungkap. "Kami berharap ini kejadian terakhir, apalagi ini tahun di politik," kata dia, kemarin.
Kepala Polres Blitar Kota, AKBP Argo Wiyono mengatakan, tim gabungan dari Polres dan Polda Jawa Timur masih menyelidiki para pelaku perampokan tersebut. Sampai Selasa kemarin, petugas masih memeriksa sejumlah saksi tambahan. "Perkembangan Insya Allah positif. Mudah-mudahan ada titik terang segera," ujarnya, kemarin.
Argo melanjutkan, saat proses olah TKP, pihaknya menemukan sejumlah sidik jari yang diduga milik pelaku perampokan. Sidik jari yang ditemukan itu pun, kini dalam pemeriksaan penyidik gabungan. Termasuk, melakukan kroscek data kependudukan secara manual di dinas kependudukan. "Iya sedang dicek (sidik jari) dengan manual di Dispenduk," kata dia.
Menurut dia, ada beberapa kelompok yang teridentifikasi, tapi masih didalami oleh tim gabungan. "Sementara belum bisa kita share karena teknis. Update-nya sementara kita masih lakukan pemeriksaan tambahan untuk saksi," ujarnya.
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Dirmanto pada Senin (12/12) mengaku penyidik telah mengantongi ciri-ciri pelaku."Salah satu saksi sempat melihat salah satu pelaku menggunakan jaket warna cream dengan lambang bendera Indonesia," ujarnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Monas yang tak Kunjung Dimandikan Hingga Sewindu
Tugu peringatan yang terletak di Jakarta Pusat itu belum dipastikan bisa dibersihkan pada 2023.
SELENGKAPNYAUMP DKI Rp 4,9 Juta Berlaku 1 Januari 2023
Pengusaha dilarang membayar upah lebih rendah dari UMP DKI 2023
SELENGKAPNYAUU KUHP Memicu Reaksi Asing
UU KUHP yang baru ini memang penuh kontroversi sekaligus momentum bersejarah.
SELENGKAPNYA