Sepak Bola
Timnas Indonesia Harus Terinspirasi Maroko
Pemain-pemain Indonesia diminta banyak bermain di luar negeri.
JAKARTA -- Tim nasional sepak bola Maroko telah mengukir sejarah yang mengejutkan dunia. Tim berjuluk Singa Atlas itu berhasil menjadi tim Afrika pertama yang menembus semifinal Piala Dunia setelah menaklukkan Portugal di Al Thumama Stadium, Sabtu (10/12) malam WIB.
Gol semata wayang Youssef En-Nesyri pada menit ke-42 menjadi penentu pertandingan. Maroko memulai perjalanan mereka di fase grup yang cukup sulit bersama Kroasia, Belgia, dan Kanada.
Namun, tim asuhan Walid Regragui justru lolos sebagai juara Grup F ke babak 16 besar dengan dua kemenangan dan satu kali imbang. Selanjutnya, mereka menaklukkan Spanyol melalui adu penalti setelah bermain 120 menit tanpa gol. Kiper Maroko Yassine Bounou menjadi salah satu pemain kunci dengan hanya kebobolan satu gol sejauh ini.
View this post on Instagram
Pengamat sepak bola Indonesia Mohamad Kusnaeni mengakui Maroko adalah kuda hitam di Piala Dunia 2022 Qatar. Menurut dia, Maroko telah menghadapi kesulitan sejak di fase grup ketika harus berhadapan dengan tim seperti Kroasia dan Belgia.
Dia menilai yang menjadi kunci keberhasilan Singa Atlas adalah materi pemain yang sebagian besar bermain di Eropa dan klub-klub elite. "Jadi, memang tidak bisa dihindari fakta bahwa mereka ini meskipun peringkat FIFA-nya cukup rendah (peringkat ke-22—Red) dan sebagai negara tidak cukup dikenal, mereka punya materi pemain yang bagus, tidak kalah dengan pemain-pemain dari tim lain," kata Kusnaeni saat dihubungi Republika, kemarin.
Pria yang akrab disapa Bung Kus ini menegaskan, level kompetisi akan sangat menentukan kualitas pemain. Menurut dia, Maroko tidak kehabisan pemain berkualitas, bahkan di bangku cadangan. Salah satu contohnya adalah ketika bek Nayef Aguerd cedera mereka masih punya pengganti dengan level yang masih sama, yakni Jawad El Yamiq yang bermain di Real Valladolid.
Mungkin lawan tim-tim Eropa masih terlalu berat. Jangan terlalu tinggi juga, nanti mental. Secara bertahap pilih lawan yang berada di atas, tapi jangan yang terlalu jauh.
"Jadi, kompetisi itu sangat menentukan. Kalau level kompetisinya tinggi, hasilnya pemain yang kita miliki di timnas juga tinggi. Makanya dalam konteks Piala Dunia U-20 kita paham kenapa Shin Tae-yong (pelatih timnas Indonesia—Red) sangat menginginkan pemain-pemain yang punya pengalaman bermain di Eropa," katanya.
Mengenai pelajaran yang bisa diambil dari keberhasilan Maroko, Bung Kus mengatakan, pemain-pemain timnas Indonesia harus memperbanyak pengalaman mereka bermain di level tinggi. Di samping itu, timnas Indonesia juga harus lebih sering melakukan uji coba dengan tim-tim di level lebih tinggi, seperti saat melawan Curacao pada September lalu.
Kesuksesan Maroko juga menunjukkan bahwa negara-negara dunia ketiga menunjukkan geliatnya membangun sepak bola dan layak mendapatkan perhatian.
"Mungkin lawan tim-tim Eropa masih terlalu berat. Jangan terlalu tinggi juga, nanti mental. Jadi, pelan-pelan, secara bertahap pilih lawan yang berada di atas, tapi jangan yang terlalu jauh," ujarnya. "Untuk Piala AFF, seharusnya kita punya peluang menang, ya, setidaknya pastikan lolos dulu ke semifinal," ujar dia.
Di samping itu, Kus menilai kemenangan Maroko ini juga menjadi salah satu syiar Islam. Menurut Kus, hal yang dilakukan timnas Maroko di luar lapangan menunjukkan nilai-nilai keislaman yang sesungguhnya, terutama tentang bakti kepada orang tua.
Federasi sepak bola Maroko memberikan kesempatan kepada para pemain dan staf untuk membawa perwakilan dari keluarga mereka ke Qatar.
"Apa yang dilakukan Maroko di luar lapangan banyak menjadi syiar Islam, seperti bagaimana mereka menghadirkan ibu para pemain, merayakan selebrasi bersama ibunya, kemudian sujud syukur. Itu bagus sekali buat syiar, menunjukkan bagaimana orang Islam menghargai peran orang tua dan memuliakan mereka," ujarnya.
View this post on Instagram
Koordinator Save our Soccer Akmal Marhali mengatakan, kesuksesan Maroko menunjukkan bahwa tidak ada yang tidak mungkin dalam sepak bola. Menurut dia, itu salah satu hal penting yang bisa dipelajari oleh sepak bola Indonesia.
"Jadi, sejatinya kita punya kemampuan yang sama asalkan kemampuan itu bisa dikreasi, dibina, dan diorganisir dengan benar," kata Akmal kepada Republika.
"Kesuksesan Maroko juga menunjukkan bahwa negara-negara dunia ketiga menunjukkan geliatnya untuk membangun sepak bola dan layak untuk mendapatkan perhatian," ujarnya.
"Indonesia harus konsisten dalam pembinaan dan banyak mengirim para pemain untuk berani tampil di luar negeri."
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Memimpin dengan Akhlak
Ini bukti bahwa Nabi hadir sebagai contoh bagaimana berakhlak mulia.
SELENGKAPNYAMenimbang Jadi Guru
Jangan sampai janji perbaikan nasib guru harus menunggu kampanye Pemilu 2024.
SELENGKAPNYAImigrasi Bantah KUHP Mengganggu Iklim Pariwisata
Tidak ada yang perlu dikhawatirkan dengan adanya KUHP yang baru.
SELENGKAPNYA