Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin kepada siswa Sekolah Dasar (SD) Negeri X Jatiasih di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (16/11/2021) | ANTARA FOTO/Suwandy/rwa.

Nusantara

IDAI Ingatkan Bahaya Campak, Rubella, Difteri

Penularan penyakit-penyakit tersebut bisa menyebabkan radang hingga kematian.

JAKARTA -- Anggota Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Soedjatmiko mengingatkan anak-anak Indonesia kini dalam kondisi berbahaya ketika terkena penyakit campak, rubella, pertusis hingga difteri. Penularan penyakit tersebut bisa menyebabkan radang hingga kematian.

"Balita dan anak-anak ini berbahaya ketika terkena campak, rubela, pertusis yang sekarang sedang meningkat di 30 provinsi. Jadi, hampir semua provinsi di Indonesia ada campak, rubela, pertusis," ujarnya, Ahad (4/12/2022).

Soedjatmiko menjelaskan, campak bukan hanya sekadar mengakibatkan demam dan ruam. Ia menambahkan, campak harus dikhawatirkan karena kalau anak belum diimunisasi atau mendapatkan imunisasinya sudah lama kemudian terkena campak bisa menyebabkan radang paru-paru, radang otak, diare, dan meninggal dunia. "Jadi, masalah campak, difteri, pertusis itu berbahaya," katanya.

photo
Sejumlah siswa menunggu giliran untuk disuntik vaksin saat kegiatan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) di SDS Santa Maria, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (8/10/2022). Program BIAS Difteri Tetanus (DT) dan Tetanus Difteri (TD) yang digelar rutin sebanyak dua kali dalam setahun ke sejumlah sekolah di kota tersebut guna menjamin pelajar mendapatkan perlindungan terhadap penyakit difteri dan tetanus. - (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Ia menjelaskan, anak-anak mendapatkan vaksin campak sebanyak tiga kali. Vaksin campak tidak cukup hanya sekali. Anak yang sudah divaksin campak pun masih bisa terkena campak, tetapi gejalanya lebih ringan.

Sodjatmiko juga menjelaskan, jika anak terserang penyakit difteri bisa menyerang tenggorokan hingga menyumbat dalam napas. Akibatnya leher anak yang terpapar penyakit ini terpaksa harus dilubangi. Kemudian, kalau racunnya menyerang jantung maka akibatnya jantungnya bisa lumpuh dan meninggal dunia. 

"Selama 2016 sampai 2018 tercatat sebanyak 600 sekian anak-anak meninggal dunia," katanya. Artinya, ia mengingatkan difteri juga sangat berbahaya untuk anak. Imunisasi untuk penyakit-penyakit ini perlu dikejar karena memiliki tujuan baik yaitu melindungi anak-anak dari campak, difteri atau pertusis berbahaya.

photo
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin Difteri Tetanus (DT) kepada murid kelas satu saat bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) di Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 Kediri, Jawa Timur, Selasa (14/12/2021). - (ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/hp.)

Indonesia menggabungkan vaksin difteri dengan pertusis dalam vaksin DPT. Pertusis juga dikenal sebagai batuk rejan, yaitu infeksi pernapasan yang sangat menular.

Pertusis menyebar dengan mudah dari orang ke orang, terutama melalui droplet yang dihasilkan oleh seseorang yang batuk atau bersin. Penyakit ini paling berbahaya pada bayi dan merupakan penyebab signifikan penyakit dan kematian pada kelompok usia ini.

Batuk rejan jarang ditemukan atau gejalanya ringan pada remaja dan orang dewasa, terutama mereka yang telah mendapat vaksinasi. Imunisasi untuk penyakit-penyakit ini disediakan pemerintah secara gratis untuk melindungi anak-anak dan cucu.

"Setiap orang tua yang sayang anak, usahakan lindungi anak dari sakit yang menyebabkan sakit berat bahkan meninggal dunia. Bagaimana caranya? Yaitu dengan melengkapi imunisasi sejak bayi sampai usia sekolah," katanya.

photo
Sejumlah siswa menunggu giliran untuk disuntik vaksin saat kegiatan bulan imunisasi anak sekolah (BIAS) di SDS Santa Maria, Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Selasa (8/10/2022). Program BIAS Difteri Tetanus (DT) dan Tetanus Difteri (TD) yang digelar rutin sebanyak dua kali dalam setahun ke sejumlah sekolah di kota tersebut guna menjamin pelajar mendapatkan perlindungan terhadap penyakit difteri dan tetanus. - (ANTARA FOTO/Makna Zaezar)

Vaksin untuk penyakit-penyakit tersebut diberikan tidak hanya sekali. Ia mencontohkan pemberian vaksin DPT yaitu total sebanyak tujuh kali. Kemudian, kalau hanya mendapatkannya dua kali tidak cukup karena kekebalan lama-lama habis, sehingga orang tua perlu melanjutkan imunisasi.

Kalau di sekolah tak ada maka orang tua bisa mencarinya ke pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit, dokter, hingga pos pelayanan terpadu. "Setelah divaksin sebenarnya masih bisa kena tetapi jauh lebih ringan," ujarnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Jangan Buru-buru Menikah Mengapa?

Cara komunikasi perlu menjadi refleksi bagi pasangan suami istri.

SELENGKAPNYA

Bunda Pun Belanja dengan Nyaman 

Para ibu perlu solusi cerdas dan tepat untuk menghadapi setiap tantangan yang dihadapi.

SELENGKAPNYA

Mengembalikan Pesona Planetarium Jakarta

Planetarium Jakarta kini tenggelam di antara bangunan gedung-gedung tinggi.

SELENGKAPNYA