
Kitab
Untaian Cerita Penuh Hikmah
Dengan karyanya ini, Syekh Syihabuddin menghimpun kisah-kisah nan inspiratif.
Cerita dapat menjadi sarana untuk mengasah kepekaan batin. Dengan mendengarkan kisah orang alim dan saleh, individu atau masyarakat terinspirasi untuk meningkatkan ketakwaan. Demikian pula dengan narasi tentang kaum pembangkang serta akibat-akibat buruk yang mereka terima. Semua itu dapat menjadi pelajaran bagi setiap Muslim.
Seorang ulama Mesir, Syekh Syihabuddin al-Qalyubi, menghimpun cerita-cerita yang penuh inspirasi dalam sebuah buku. Karya itu berjudul An-Nawadir. Sosok yang wafat pada tahun 1069 Hijriyah itu merangkum lebih dari 200 kisah nyata yang pernah terjadi di masa silam.
Buku tersebut telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa. Edisi Indonesia diterbitkan oleh Diva Press menjadi An-Nawadir: Kumpulan Kisah-kisah Menakjubkan Pelembut Hati. Seperti tampak pada judulnya, kitab itu hadir untuk memberikan manfaat bagi penyucian hati (tazkiyatun nafs).
Ulama Mesir, Syekh Syihabuddin al-Qalyubi, menghimpun cerita-cerita yang penuh inspirasi dalam sebuah buku.
Penulisnya bernama lengkap Ahmad bin Ahmad bin Salamah Abu al-Abbas Syihabuddin al-Qalyubi. Ia berasal dari daerah Qalyub, Mesir. Di sepanjang hayatnya, ulama ini telah menghasilkan banyak karya. Bukan hanya An-Nawadir, tetapi juga berbagai kitab tentang ilmu nahwu, logika, dan fikih. Orang-orang terutama yang hidup sezaman dengannya mengenal dai ini sebagai fakih dan sekaligus sufi.
Banyak pengamat menggolongkan An-Nawadir sebagai sebuah kitab tasawuf. Hal itu cukup beralasan. Sebab, di dalamnya ada berbagai kisah yang dapat menjadi sarana untuk lebih mengenal Allah (ma’rifatullah). Cerita-cerita yang sang penulis himpun bisa menstimulus pencerahan spiritual.
Dalam bahasa Arab, kata an-nawadir berarti ‘langka’ atau ‘anekdot.’ Syekh Syihabuddin al-Qalyubi menamakan karyanya itu untuk lebih mengesankan para pembaca. Mereka diyakinkan bahwa cerita-cerita yang dikumpulkannya cukup jarang terdengar sebelumnya. Tidak hanya itu, kisah-kisah dalam buku ini juga dibawakan dengan gaya tutur yang ringan dan bahkan diselingi humor yang baik.
Isi buku tersebut diawali dengan hikayat yang bertajuk keutamaan basmalah.
Isi buku tersebut diawali dengan hikayat yang bertajuk keutamaan basmalah. Syekh Syihabuddin mengisahkan, dahulu kala terdapat seorang perempuan yang memiliki suami. Berbeda dengan wanita itu, sang suami cenderung memiliki sifat munafik.
Sang istri mempunyai kebiasaan untuk selalu membaca basmalah setiap hendak memulai pekerjaan. Karena merasa tidak senang akan hal itu, suaminya pun membuat rencana jahat, “Aku akan melakukan sesuatu yang bisa membuatnya malu.”
Pada waktu yang telah direncanakan, suami tersebut memberikan kantong kepada istrinya. “Jagalah benda ini!” katanya. Demi mematuhi perintah kepala keluarga, wanita itu pun segera menaruh kantong tersebut di suatu tempat yang tersembunyi dan tersimpan rapat-rapat.
Hari demi hari berlalu. Sang suami sengaja tidak lagi membicarakan perihal kantong itu agar istrinya lupa. Diam-diam, pada suatu malam lelaki itu membuang benda tersebut ke dalam sumur. Keesokan harinya, ia menyuruh pasangannya untuk mengambilkannya kantong yang dahulu dititipkan olehnya.
Sang istri lalu mendatangi tempat penyimpanan kantong. Lisannya mengucapkan basmalah. Syekh Syihabuddin menuturkan, pada saat itu seketika malaikat mengambil kantong tersebut dari kedalaman sumur, dan mengembalikannya ke tempat semula. Maka, sang suami terkejut karena benda yang dititipkannya itu kembali seperti sedia kala. Ia pun langsung bertobat kepada Allah.
Sang suami terkejut karena benda yang dititipkannya itu kembali seperti sedia kala. Ia pun langsung bertobat kepada Allah.
Tidak hanya mengenai keutamaan membaca basmalah. Tentunya, An-Nawadir memuat berbagai kisah tentang keutamaan-keutamaan lainnya. Misalnya, faedah merutinkan shalat malam, meningkatkan ketaatan kepada Allah, serta menjaga sifat ikhlas dan tawakal.
Melalui karyanya ini, Syekh Syihabuddin mengungkapkan beragam kisah langka yang sarat nasihat luhur. Cerita-cerita yang disampaikan dalam kitab ini juga berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari Muslim. Misalnya ketika ia menuturkan narasi ihwal fadilah mandi pada hari Jumat.
Diceritakan, pada suatu hari Nabi Isa bertemu dengan seorang pemburu. Lelaki itu membentangkan jerat perangkap untuk meringkus hewan buruan. Akhirnya, seekor kijang terkena jebakan itu. Dalam keadaan terbelenggu, hewan tersebut kemudian melihat pada sang nabi. Bahkan, binatang ini berbicara kepada sang putra Maryam.
“Wahai Ruh Allah (Isa), sesungguhnya aku mempunyai anak-anak yang masih kecil. Sementara aku terikat oleh jerat ini selama tiga hari. Maka, pintakanlah kepada pemburu agar aku dapat kembali kepada anak-anakku dan menyusui mereka.”
Nabi Isa kemudian memberitahukan hal itu kepada si pemburu. Lelaki tersebut berkata, “Kalau aku turuti, pasti kijang ini tidak akan kembali lagi."
Ibnu Maryam lalu menyampaikan pernyataan pemburu tadi kepada si kijang. Hewan itu pun berkata, “Apabila tidak kembali, maka aku lebih jelek daripada orang-orang yang menemukan air pada hari Jumat, sementara mereka tidak mandi.”
Diceritakan, pada suatu hari Nabi Isa bertemu dengan seorang pemburu.
Begitulah cuplikan salah satu kisah yang diceritakan Syekh Syihabuddin dalam buku ini. Dari sekian banyak cerita, mungkin ada satu yang tidak kalah menarik. Inilah hikayat tentang seorang lelaki yang diberikan pilihan, apakah mau kaya dalam usia muda atau di masa tua.
Syekh Syihabuddin mengisahkan, dahulu kala di kalangan Bani Israil terdapat pasangan suami-istri. Keduanya sama-sama bertakwa dan rutin melakukan amal-amal saleh. Allah kemudian mewahyukan kepada nabi pada masa itu agar mengunjungi mereka.
Sang nabi lalu menyampaikan wahyu Illahi kepada suami dan istri itu. “Allah akan menjadikan setengah dari jatah usiamu (dalam keadaan) kaya, dan setengahnya lagi miskin. Apabila kalian memilih kaya pada masa muda, maka Dia akan membuatmu kaya dalam masa muda, tetapi kalian menjadi miskin saat nanti berusia tua. Begitu pula, kalau kalian memilih kaya pada usia tua, maka itulah yang terjadi, tetapi saat berusia muda, kalian miskin.”
Kemudian, sang suami memberitahukan pesan dari nabi itu kepada istrinya. “Apa pendapatmu, wahai istriku?”
“Silakan engkau yang memilih,” jawab wanita itu.
“Menurutku,” kata lelaki itu, “kita memilih fakir pada waktu muda. Sebab, aku kuasa dalam keadaan fakir dan menunaikan ibadah kepada Allah. Ketika tua, kita pun masih mempunyai bekal, maka kita mampu menjalankan ketaatan kepada Allah.”
Kemudian sang istri menimpali, “Wahai suamiku, apabila pada waktu muda kita fakir, kita tidak mampu taat kepada Allah SWT. Sebab, kita akan sibuk dengan keadaan, tidak akan mampu bersedekah dan sebagainya. Kalau memilih kaya pada waktu muda, kita masih mampu beribadah sebab tenaga masih kuat.”
“Baik, ini pilihan kita,” kata suami.
Selanjutnya, Allah menurunkan wahyu kepada nabi tersebut untuk berkata kepada pasangan suami dan istri tersebut. “Sekiranya kalian mendahulukan taat kepada Allah, meluangkan usaha kalian untuk beribadah kepada-Nya, dan menyatukan niat untuk melakukan kebaikan, maka Allah akan menjadikan seluruh umur kalian dalam keadaan kaya.”
“Oleh karena itu, taatlah kalian berdua. Jujurlah dalam setiap keadaan. Dengan rahmat-Nya, kalian akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat. Allah Maha Kaya dan Terpuji,” kata sang nabi.
Taatlah kalian berdua. Jujurlah dalam setiap keadaan. Dengan rahmat-Nya, kalian akan memperoleh kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Masih banyak kisah menarik lainnya di dalam buku ini. Misalnya, cerita tentang sebab-sebab tidak makbulnya doa. Dahulu kala, Nabi Musa menjumpai seorang laki-laki yang berdoa kepada Allah. Ia hendak meminta suatu keinginan dengan sungguh-sungguh.
Nabi Musa kemudian bermunajat, “Wahai Tuhanku, seandainya hajat lelaki itu berada dalam genggamanku, niscaya aku penuhi.”
Kemudian, Allah menurunkan wahyu kepada nabi-Nya itu, “Wahai Musa, ia mempunyai seekor kambing, sedangkan hatinya condong pada kambing itu. Maka, Aku tidak akan mengabulkan doa hamba yang meminta kepada-Ku, sementara hatinya condong kepada yang lain.”
Budaya berkisah yang baik dan memotivasi kiranya perlu terus dihidupkan, khususnya pada zaman kini yang sarat perkembangan teknologi digital
Setelah itu, Nabi Musa memberitahukan hal itu kepada si laki-laki. Setelah menyadari kekeliruannya, ia pun bertobat. Mulai saat itu, seluruh hati dan pikirannya tertuju kepada-Nya. Akhirnya, doa lelaki tersebut dikabulkan oleh Allah.
Kisah-kisah tersebut memiliki banyak hikmah dan ibrah, khususnya bagi umat Islam untuk bertindak. Semua hikayat yang dikumpulkan Syekh Syihabuddin al-Qalyubi dalam karyanya ini dapat menginspirasi pembaca.
Budaya berkisah yang baik dan memotivasi kiranya perlu terus dihidupkan, khususnya pada zaman kini yang sarat perkembangan teknologi digital. Sebab, cerita mempunyai kekuatan dalam membentuk kepribadian seseorang.
Karya ini penuh kisah-kisah langka yang menakjubkan dan memuat catatan-catatan yang berharga. Buku karangan Syekh Syihabuddin ini dapat menyegarkan kembali kegersangan spiritual dan meneguhkan jiwa tauhid dalam diri para pembaca.

DATA BUKU
Judul: An-Nawadir: Kumpulan Kisah-kisah Menakjubkan Pelembut Hati
Penulis: Syekh Syihabuddin al-Qalyubi
Penerjemah: Awy Amru
Penerbit: Diva Press
Tebal: 536 halaman
Kawin Lari, Bagaimana Hukumnya?
Kawin lari terjadi manakala hubungan sepasang kekasih tak direstui orang tua.
SELENGKAPNYATanwir Tetapkan 27 Calon Tetap PP Nasyiatul Aisyiyah
Muktamar NA diharapkan menghasilkan calon pemimpin muda ‘Aisyiyah pada masa depan.
SELENGKAPNYAMeneguhkan Dakwah Purifikasi Sosial
Metode dakwah kultural menekankan pentingnya berdakwah melalui beragam budaya.
SELENGKAPNYA