Sastra
Insomnia
Puisi-puisi Abdullah Muzi Marpaung dan Yusran Arifin
Puisi-puisi Abdullah Muzi Marpaung:
Insomnia
Di ruang keluarga yang belum lagi ada,
seorang tua menanti obrolan malamnya
dengan sesiapa pun yang masih terjaga.
Istrinya sudah lama tertidur.
Anak-anaknya sudah lama tertidur.
Meja kerjanya sudah lama tertidur.
Sampai-sampai ia berada di antara ingat dan lupa
adakah ia pernah beristri, punya anak, dan meja kerja.
Sepi telah membuyarkan rencana-rencananya.
Sepi telah meremukkan pikiran warasnya
sehingga tak sanggup lagi ia hadapi
kerumitan yang dituturkan oleh jarum jam.
Ia ingin tidur sebenarnya,
tetapi ia insomnia.
Mata tua lelaki itu menatap hampa
kepada sepiring makan malam yang disalahartikan
sebagai kebahagiaan yang panjang.
Lalu kepada vas tanah liat yang lama tak diisi kembang,
tetapi terus menjerat udara dengan wewangian.
Lalu kepada matanya sendiri yang mudah percaya
pada apa yang dimaksudkan oleh kata-kata.
Sang tua terus menanti obrolan malamnya.
Tetapi selain insomnia, ia juga amnesia
bahwa di rumah semacam yang ditempatinya
obrolan hanya terjadi di ruang keluarga,
sementara, ruang itu belum lagi diselesaikannya.
2022
Aku Hanya Perlu Terbiasa
aku hanya perlu terbiasa dengan tiada
agar bisa jatuh cinta kepada cinta
juga memaklumi bahwa luka
adalah bentuk lain dari bahagia
aku hanya perlu terbiasa dengan tiada
agar paham bagaimana semesta
mengekalkan yang fana
sorot mata menggantikan kata
denyut nadi tak memerlukan sorot mata
cahaya menjadikan denyut nadi tiada
aku hanya perlu terbiasa dengan tiada
agar bisa kupahami sepenuhnya
apa yang tak pernah diucapkan oleh lara
kepada setiap yang meragukannya
atau apa yang disembunyikan makna
dari pemandangan yang memanjakan mata.
2022
Anak Dara dan Ayahnya
seorang anak dara menanti ayahnya di mulut jalan
pada satu sore menjelang matahari terbenam
wajahnya tak dapat menyembunyikan cemas
menyaksikan gelap seperti datang bergegas
sementara sang ayah tertahan
oleh percakapan penting yang membosankan
di suatu ruang rapat perusahaan
yang jauh lebih luas daripada yang ia perkirakan
anak dara berkali-kali melirik jarum jam
sang ayah berkali-kali melirik jarum jam
setiap orang pernah menjadi anak dara itu
setiap orang pernah menjadi ayah dari anak dara itu.
2022
Begitulah, Sepi Itu Diwariskan
Seorang anak bangun pagi-pagi sekali
lalu duduk melamun di teras
menunggu ayahnya yang tak pulang tadi malam.
Hari itu ayahnya berjanji mengajaknya ke tanah lapang
bermain gelembung sabun lalu menaikkan layang-layang.
Ia terus membayangkan, musim libur kali ini akan berbeda.
Sang ayah memenuhi janji untuk sekali saja.
Tetapi embun di dedaunan menyusut, lalu tiada.
Anak lelaki itu mengemas angan-angannya
lalu waktu membekukan ia dalam suatu album keluarga.
Tak banyak yang mengenali foto buram di album itu
adalah engkau yang kini selalu punya alasan
buat melewatkan makan malam
sementara anak lelakimu memainkan gawainya dengan girang
di kamar tidurnya yang nyaman.
Ia telah kehilangan gairah
buat menanti ulat menjadi kupu-kupu.
2022
Abdullah Muzi Marpaung lahir di Kijang, Bintan, Kepulauan Riau, pada 23 Juni 1967. Ia seorang dosen di Program Studi Teknologi Pangan di Swiss German University. Ia sudah aktif menulis puisi sejak remaja dan mulai menulis cerita pendek sejak 2015. Ia sudah menerbitkan satu buku kumpulan cerita pendek, Lelaki yang Tak Pernah Bertemu Hujan dan satu buku kumpulan puisi, Catatan Hari Kemarin.
-----------------------
Puisi-puisi Yusran Arifin:
Sebidang Wakaf
Ada sebidang sawah
Di halaman amalmu
Luas dan membentang
Seluas keikhlasan
Sepanjang hayat dan matimu
Sawah yang tak minta hujan
Dan kemarau taklah kerontang
Hanya sekali tanam
Dan kau tak lagi menyiram
Setiap saat akan kau panen
Limpahan berkahnya
Mengalir selamanya
Ke lumbung pahalamu
Hingga tubuhmu ditimbang
Di pengadilan akan datang
2022
Doa Seorang Peladang
Sungguh rahmat itu
Ditumpahkan dari langit kasih sayang
Seperti hujan
Dari subuh hingga petang jatuh
Selamanya dan setiap saat
Akan kau rasakan deras limpahannya
Merembes ke celah jiwamu yang kerontang
Ricik air akan terus mengalir ke hilir
Ke segala debar takdir
Ke ladang-ladang nista, ke huma rahasia
Yang digenggam para pendusta
Ke sawah-sawah yang pasrah
Dan patuh pada segala tuah
Ladangmu akan selalu basah
Bercak hikmah akan kau cecap
Dari setiap gembur likat lumpurnya
Berjanjilah, kau akan mengolahnya penuh gairah
Selayak menggauli kekasih yang terindah
Ketulusanlah biji terbaik dari segala benih
Yang kau tanam di ladang usia
Ladang warisanmu
Adalah usiamu yang kerap kau lupa
Yang hanya sekejap akan sirna
Dirampas pemilik sejatinya
Kau hanya peminjam cuma-cuma
Cangkulmu adalah akalmu
Yang kau asah di lahan-lahan resah
Maka bajaklah selagi bisa
Dan siangilah ia
Kerna dari setiap pohon yang tumbuh
Akan tumbuh pula tunas keburukannya
Yang akan membuatmu sengsara
Hingga panen tiba
2022
Ibu
Selokan abadi
Mengalirkan kasih sayang
Tanpa henti
Ke ladang hidupmu
Sawahmu gembur
Benih yang kau semai
Tumbuh subur
Hingga kau tuai
Lumbung amalmu
Akan melimpah ruah
Penuh berkah
Hingga ruang istirah
2022
Doa Petani di Ambang Senja
Langit kian murung
Jauh di ufuk sana, matahari redup cahayanya
Udara lembap seperti merindukan hujan
Ladang di hatiku telah lama dibasahi kecemasan
Tapi aku ingin terus menanami waktu
Menaburkan doa pada akar-akarnya
Aku terkesima berdiri dan tengadah
Di ambang remang senja dan malam tiba
2022
Yusran Arifin adalah penyair yang lahir di Tasikmalaya, aktif di Sanggar Sastra Tasik (SST). Menulis dalam bahasa Indonesia dan Sunda. Menulis puisi, cerpen, carpon, cerbung, esai budaya, fiksi mini, dan lain-lain. Tulisan-tulisannya dimuat di media nasional dan lokal. Puisi-puisinya terhimpun juga dalam belasan antologi bersama, antara lain: Orasi Kue Serabi (GKT, 2000), Sauk Seloko (Dewan Kesenian Jambi, 2012), Di Dalam Jendela (Parbud Jabar, 2012), Komunitas Dari Negri Poci (Jakarta). Kini tinggal di Jl Air Tanjung, Kawalu, Kota Tasikmalaya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Akhlak Muslimah Calon Tetangga Rasulullah SAW di Surga
Ada sepuluh akhlak bagi Muslimah yang ingin menjadi tetangga Rasulullah SAW kelak di surga.
SELENGKAPNYAInspirasi dari Ayat Bencana
Akal manusia tak akan mampu menangkap maksud mengapa Allah mendatangkan gempa.
SELENGKAPNYAPendapatan Suami tidak Cukup, Apakah Istri Harus Bekerja?
Peran istri yang bekerja tetap dikategorikan sebagai ihsan seorang istri dan bukan menjadi kewajiban.
SELENGKAPNYA