Nostalgia
Ratu Adil dari Masa ke Masa
Gerakan ratu adil di Indonesia memiliki sejarah panjang.
OLEH PRIYANTONO OEMAR
Di sela berita-berita mengenai hasil survei calon presiden, ada berita Presiden Jokowi menyatakan, “Setelah ini jatah Pak Prabowo.” Prabowo Subianto bersama Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan selalu menempati posisi tiga besar calon presiden terkuat berbagai lembaga survei.
Ketika Jokowi muncul sebagai calon presiden pada 2014, banyak yang membicarakan ratu adil, Satrio Piningit. Apakah Prabowo, Ganjar, dan Anies juga akan disebut-sebut sebagai sosok Satrio Piningit yang akan menjadi ratu adil bagi Indonesia?
Gerakan ratu adil di Indonesia memiliki sejarah panjang. Diponegoro I juga disebut sebagai ratu adil yang muncul pada 1720. Sejarah mencatatnya sebagai pemimpin pemberontakan Diponegoro. Lalu, pada 1925 Diponegoro II juga disebut sebagai ratu adil. Diponegoro II juga melakukan pemberontakan terhadap kolonialisme Belanda.
Apakah Prabowo, Ganjar, dan Anies juga akan disebut-sebut sebagai sosok Satrio Piningit yang akan menjadi ratu adil bagi Indonesia?
Menurut Sartono Kartodirdjo dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia IV, gerakan ratu adil ini muncul sebagai tuntutan untuk menyelamatkan rakyat. Ada pihak yang membuat keberadaan rakyat terancam, tidak menikmati keadilan, tidak menikmati kesetaraan, yaitu kolonialisme. ratu adil merujuk kepada ramalan Jayabaya, yaitu ramalan mengenai munculnya raja yang akan memerintah secara adil.
Pada 1871, pemimpin gerakan ratu adil, Achmad Ngisa, meramalkan kedatangan Pangeran Erucakra. Hantu, setan, binatang berbisa disebut-sebut sebagai pasukan militer ratu adil yang akan datang itu. Ia akan datang untuk mengusir penjajah.
Jika penjajah ini bisa diusir, akan muncul tiga kekuatan, yaitu dari Majapahit, Pajajaran, dan Kalisasak, Pekalongan. Orang-orang akan tetap tinggal di tanah kelahiran masing-masing. Hampir berbarengan dengan gerakan ratu adil Achmad Ngisa itu, muncul gerakan ratu adil yang dipimpin Nur Hakim.
Pada 1923, Bulkim muncul dengan menyebut dirinya sebagai Suropati Ngalogo, lalu ada juga Pak Jebrak. Ia mengaku sebagai keturunan Raja Damarwulan dan memiliki pusaka besi kuning Menakjinggo yang direbut Damarwulan. Polisi kolonial menangkap Pak Jebrak sebelum Pak Jebrak merebut kekuasaan Belanda di Mojokerto. Pak Jebrak dikirim di Lawang untuk diperiksa kesehatannya.
Pada 1871, pemimpin gerakan ratu adil, Achmad Ngisa, meramalkan kedatangan Pangeran Erucakra.
Hingga 1970-an, di Jawa masih beredar cerita lisan soal kesaktian Bung Karno yang disebut memiliki pusaka besi kuning dan ajian lembu sekilan. Terkait dengan penangkapan Bung Karno pada 1929, Rongowarsito pernah meramalkan akan ada kejadian pada 1930. Lalu, pada Januari 1930, koran milik Budi Utomo, Darmo Kondo, menurunkan tulisan mengenai ramalan Ronggowarsito itu.
Ramalan itu dikaitkan dengan kemungkinan Indonesia merdeka pada 1930. Bersatu lagi dalam wilayah yang besar dengan pemerintahan yang adil, seperti di masa kejayaan Majapahit, tempat Sabdo Palon mengabdi kepada raja Majapahit.
Ini bukan gerakan, melainkan hanya keyakinan di masyarakat akan adanya kedatangan ratu adil yang diramalkan Ronggowarsito. Bung Karno juga tidak menyebut dirinya sebagai ratu adil yanag ditunggu-tunggu itu, sebagaimana halnya pemimpin-pemimpin gerakan ratu adil yang muncul sebelum-sebelumnya.
Majalah berbahasa Sunda yang diterbitkan oleh Volkslectuur, lembaga yang dibentuk pemerintah, memuat iklan buku yang dikaitkan dengan akan adanya kejadian pada 1930 itu. Ti taun pungkur keneh jalma-jalma satanah Pasundan guyur ibur, pada mareunang beja yen dina tahun 1930 bakal aya kajadian anu aneh.
Demikian bunyi kalimat pembuka iklan buku mengenai Pangeran Kornel yang dikutip Sukarno dalam pembelaannya yang berjudul “Indonesia Menggugat”. Artinya: Dari tahun lalu orang-orang se-Tanah Pasundan gempar, mendapat kabar bahwa pada 1930 akan ada kejadian aneh.
“Tidakkah ini suatu bukti bahwa ramalan dan kepercayaan tentang 1930 itu di dalam kalangan rakyat memang sudah tak aneh lagi dan memang sudah sebagai keadaan biasa belaka?” tanya Sukarno dalam pembelaannya di Landraad Bandung pada 2 Desember 1930.
Sukarno ditangkap pada Desember 1929. Ada kegaduhan yang sebenarnya muncul bukan karena akibat tindakan Sukarno, melainkan Sukarno dituduh sebagai penghasutnya. Sukarno dituduh telah menghasut rakyat mengenai rencana Indonesia memerdekakan diri pada 1930 itu.
Munculnya gerakan ratu adil biasanya, selain berpatokan pada ramalan-ramalan yang sudah pernah ada, pemimpin gerakannya juga menjadikan bisikan yang ia terima sebagai dasar gerakan, seperti yang pernah dialami oleh Diponegoro. Di masa Perang Diponegoro, slogan yang diajarkan kepada Diponegoro adalah “rebutlah”. Diponegoro mendapatkan bisikan ketika bersemedi bahwa Keraton Yogyakarta akan mendapat masalah tiga tahun kemudian.
Munculnya gerakan ratu adil biasanya, selain berpatokan pada ramalan yang sudah pernah ada, pemimpin gerakannya juga menjadikan bisikan yang ia terima sebagai dasar gerakan.
Benedict Anderson pada 1981 mengutip Harry J Benda membahas bisikan yang diterima Diponegoro itu. Bisikan itu menyebut, ketika Yogyakarta dalam masalah, Diponegoro diperintahkan untuk memimpin segenap pasukan turun ke medan laga guna merebut kembali Yogyakarta dari cengkeraman Belanda. Di masa revolusi kemerdekaan, slogan “rebut” dipakai dalam lagu “Halo-Halo Bandung” sebagai pengobar semangat untuk merebut kembali Bandung dari tangan Belanda.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rebut diberi makna ambil dengan paksa (barang orang). Menurut Anderson, ketika Diponegoro mendapat perintah “rebutlah” bukan “bebaskanlah”, Diponegoro ditempatkan pada posisi berada di luar sistem kekuasaan Belanda di Yogyakarta --karena dia memang berada di luar keraton.
Ini berbeda dengan slogan para tokoh pergerakan kemerdekaan yang pada awalnya “hanya” menginginkan “pemerintahan sendiri” pada dekade 1910-an lalu berkembang menjadi “membebaskan diri dari Belanda”. Mereka memang berada dalam sistem kekuasaan Belanda lewat pemerintahan kolonial Hindia Belanda.
Di Jawa Barat, pernah muncul juga Garakan Ratu Sunda. Lumayan, ada beberapa gerakan yang muncul. Merujuk surat Residen Priyangan 20 Desember 1871, Sartono menyebut Gerakan Ratu Sunda pernah muncul pada 1832, 1839, 1841, 1853, dan 1863.
Jika sekarang masyarakat Indonesia masih menunggu ratu adil, ditunggu untuk melawan kekuatan siapa? Sementara, Indonesia sudah menjadi negara yang memiliki pemerintahan sendiri.
“Memang gerakan itu haruslah dipandang sebagai gerakan yang bersifat revolusioner dalam pengertian bahwa gerakan itu menghendaki suatu perubahan mutlak,” tulis Sartono dan kawan-kawan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Teladan Ibnu Ummi Maktum
Keterbatasan fisik tidak lantas melemahkan ketaatan Ibnu Ummi Maktum kepada Allah dan Rasul SAW.
SELENGKAPNYATragedi Itaewon, Tak Cukup Hanya Bunga
Anak-anak muda Korea Selatan mengkritik pemerintahnya yang tak mengantisipasi Tragedi Itaewon.
SELENGKAPNYAMenjaga Inflasi tak Meninggi
Masih banyak peluang untuk menjaga inflasi sesuai dengan koridor yang aman.
SELENGKAPNYA