
Opini
Anak adalah Fitnah, Apa Maksudnya?
Masih banyak orang yang mengira bahwa dengan banyak anak akan membuat susah dan kesulitan.
ABU HASAN MUBAROK; Ketua Bidang Dakwah dan Keumatan PW. IKADI Kaltim, Ketua Umum MUI Kab. PPU Kaltim
Keturunan merupakan salah satu hal yang membuat bahagia pasangan hidup. Tanpa keturunan, orang bisa berbuat apa saja, agar memiliki keturunan. Bahkan ke negeri China pun akan dilalui hanya untuk memeriksakan apakah ada yang salah dari pasangan tersebut. Dari mulai usaha empiris pengobatan sampai usaha ritual mantra juga dilakukan agar memiliki keturunan. Bahkan sampai pada istilah pengadopsian anak, di dalam agama Islam disebut dengan tabanni.
Bahkan Rasulullah saw pun menganjurkan agar setiap pasangan memiliki banyak keturunan. Diriwayatkan oleh Abi Umamah al Bahili RA bahwa Rasulullah saw bersabda:
تزوجوا فإنى محايل بكم الأمم
Artinya: Menikahlah, karena sesungguhnya saya ini membanggakan kalian dari umat-umat yang lain.
Derajat hadits ini sahih, sebagaimana diterangkan oleh Syaikh Syu’aib al Arnauth. Al Imam al Manawi dalam idhah ma’ani wa fiqhuhu al hadits menjelakan bahwa hadits ini sebagai alasan perintah untuk menikah. Adapun yang dimaksud dengan ummat di atas, adalah ummat-umat yang terdahulu.
Masih banyak orang yang mengira bahwa dengan banyak anak akan membuat susah dan kesulitan. Jawabannya, memang betul. Namun, yang harus diingat adalah bahwa Allah swt yang akan menjamin kehidupan mereka, dan bukan orang yang berpandangan seperti itu.
Sebagaimana telah disebutkan didalam firman Allah swt surat al An’am ayat 151
وَلَا تَقۡتُلُوۤا۟ أَوۡلَـٰدَكُم مِّنۡ إِمۡلَـٰقࣲ نَّحۡنُ نَرۡزُقُكُمۡ وَإِیَّاهُمۡۖ
Artinya:dan janganlah kalian membunuh anak-anak kalian lantaran takut miskin. Kami yang akan memberi rizki kepada kalian dan kepada mereka.
An Naqqash mengatakan bahwa al imlaq bermakna al juu’ atau kelaparan. imlaq bentuk masdar dari amlaqa juga bermakna aftaqara. Aftaqara artinya orang yang tidak memiliki apapun, tidak punya simpanan, dan bahkan tidak punya kemampuan. Lihat Tafsir al Qurthubi.
Dalam banyak ayat, al qur’an memang banyak menggambarkan anak dalam ragam dimensi. Salah satunya adalah anak sebagai fitnah. Apa sih sesungguhnya yang dimaksud? Apakah maksudnya adalah seperti halnya persepsi kita tentang kata fitnah, yang bermakna negatif. Bagaimana sesungguhnya?
Betul, al qur’an membahasakan anak sebagai fitnah. Namun, itu tidak berdiri sendiri. Anak dibahasakan fitnah setelah sebelumnya disebut kata amwaal (harta). Lihat firman Allah swt surat al Anfal ayat 28 berikut ini.
وَٱعۡلَمُوۤا۟ أَنَّمَاۤ أَمۡوَ ٰلُكُمۡ وَأَوۡلَـٰدُكُمۡ فِتۡنَةࣱ وَأَنَّ ٱللَّهَ عِندَهُۥۤ أَجۡرٌ عَظِیمࣱ
Artinya: dan ketahuilah oleh kalian, bahwasanya harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah, dan sesungguhnya di sisi Allah adalah pahala yang amat sangat besar.
Al Baqa’i dalam nadzmu ad durari mengatakan bahwa harta itu baik sedikit ataupun banyak, baik dapat membuat kalian bahagia atau sengsara, dan juga anak, keduanya adalah ujian bagi kalian, apakah dengan ujian itu, kalian menuruti hawa nafsu ataukah menuruti petunjuk Allah. Maka beuntunglah bagi yang nafsunya ditundukan kepada Allah swt.
Anak adalah fitnah adalah memang betul adanya. Anak dengan dibahasakan sebagai awlad disebutkan di dalam al qur’an dan disandingkan bersama amwaal atau harta. Kedua-duanya adalah fitnah atau ujian. Ujian yang bisa menghantarkan seseorang menjadi selamat, atau kiamat.
Disebutkan dalam sebuah riwayat dari Ya’la al ‘Amiri RA bahwa suatu ketika kedua cucu Rasulullah saw sedang berlarian menuju beliau saw. Lalu Rasulullah saw pun mendekapnya dan berkata;
الْوَلَد مَجْبَنَة مَبْخَلَة
Artinya: anak itu bisa menjadikan orang tua pengecut dan juga kikir. HR. Ibnu Majah, hadits sahih
Ibu Kota Nusantara, Kamis, 3 November 2022 M.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.