Tajuk
Duka Malam Halloween di Itaewon
Mari kita berharap, para korban yang selamat dapat segera pulih dan tragedi yang sama tidak akan terulang pada masa mendatang.
Korea Selatan berduka atas tragedi perayaan Halloween yang terjadi di Itaewon, Seoul, pada Sabtu (29/10) malam. Sejauh ini dilaporkan, 151 orang tewas dan puluhan lainnya terluka. Para korban termasuk 19 warga negara asing.
Korea Selatan menggelar acara Halloween pertama dalam tiga tahun setelah negara itu mencabut pembatasan Covid-19. Sebagian besar pengunjung pesta mengenakan masker dan kostum Halloween.
Pada Ahad (30/10) pagi, kostum dan barang-barang pribadi yang bercampur dengan bercak darah tercecer di jalanan sempit di Itaewon. Korban selamat berkumpul di bawah selimut darurat di tengah kerumunan pekerja darurat (penyelamat), polisi, dan media.
Saksi mata menggambarkan kerumunan menjadi semakin tidak terkendali saat malam semakin larut. Kekacauan meletus tepat sebelum pukul 22.20 waktu setempat. Orang-orang mulai berdesakan dan polisi yang berada di lokasi kewalahan dalam mengendalikan massa.
Saksi mata menggambarkan kerumunan menjadi semakin tidak terkendali saat malam semakin larut.
Insiden di Itaewon ini termasuk yang paling mematikan di Korea Selatan sejak tenggelamnya kapal feri pada 2014, yang menewaskan 304 orang, terutama siswa sekolah menengah. Saat itu, tenggelamnya Kapal Sewol mengirimkan gelombang kejut ke seluruh Korea Selatan.
Menurut Kantor Pemadam Kebakaran Yongsan dan Departemen Kepolisian Yongsan, penyelidikan masih berlangsung untuk mengonfirmasi penyebab utama tragedi Itaewon. Akan tetapi, berdasarkan pernyataan sejumlah saksi mata, penyebab dari insiden itu adalah dorongan paksa.
Melihat berbagai rekaman yang beredar di media sosial, kita dapat merasakan kengerian yang terjadi pada malam itu. Terlihat kerumunan yang penuh sesak dengan orang-orang berteriak. Rekaman yang lain menunjukkan, seseorang mencoba melarikan diri dari tumpukan manusia dengan memanjat dinding.
Ada juga rekaman yang menunjukkan beberapa orang, baik petugas penyelamat maupun warga, secara bersamaan melakukan tindakan pertolongan medis CPR (Cardiopulmonary resuscitation) kepada orang-orang yang tergeletak berserakan di jalan. Video juga menunjukkan puluhan orang ditutupi dengan lembaran plastik biru di pinggir jalan.
Melihat berbagai rekaman yang beredar di media sosial, kita dapat merasakan kengerian yang terjadi pada malam itu.
Kemudian terlihat petugas medis darurat membawa korban ke jalan yang telah dibersihkan dari kerumunan. Bahkan, anggota kepolisian tampak kesulitan saat membantu untuk menarik dan mengeluarkan orang-orang yang terjepit di kerumunan manusia.
Karena banyaknya korban jiwa dalam peristiwa tersebut, Presiden Yoon Suk-yeol pun mengumumkan masa berkabung nasional yang berlangsung hingga 5 November. Akibat tragedi itu, Pemerintah Korea Selatan bahkan membatalkan serangkaian acara.
Mulai dari Kementerian Keuangan yang membatalkan konferensi pers dengan media asing. Kemudian pejabat lokal membatalkan sejumlah acara, termasuk pesta Halloween dan upacara pembukaan salah satu festival penjualan terbesar di Korea.
Para pemimpin dunia, termasuk dari Amerika Serikat, Prancis, Kanada, Inggris, Jerman, dan Indonesia pun telah menyampaikan ucapan belasungkawa dan kata-kata dukungan untuk Korea Selatan. Mereka berharap, para penyintas dapat cepat pulih.
Para pemimpin dunia, termasuk dari Amerika Serikat, Prancis, Kanada, Inggris, Jerman, dan Indonesia pun telah menyampaikan ucapan belasungkawa.
Sementara itu, Kedutaan Besar RI untuk Korea Selatan memastikan, ada dua warga negara Indonesia (WNI) yang turut menjadi korban luka. Keduanya mengalami luka ringan akibat terdesak-desak selama perayaan Halloween dan telah pulang dari rumah sakit.
Tentunya, kita semua ikut berduka dengan adanya kejadian tersebut. Apalagi, Indonesia juga mengalami kejadian serupa belum lama ini di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, awal Oktober lalu.
Pada tragedi yang terjadi usai laga antara Arema FC kontra Persebaya yang digelar mulai pukul 20.00 WIB itu berakhir dengan kericuhan. Berdasarkan data per 21 Oktober 2022, tercatat sebanyak 794 orang menjadi korban dengan 135 orang meninggal dunia. Banyaknya korban yang meninggal pun menjadikan insiden Kanjuruhan sebagai salah satu tragedi, dengan jumlah korban terbanyak dalam sepanjang sejarah sepak bola.
Mari kita berharap, para korban yang selamat dapat segera pulih dan tragedi yang sama tidak akan terulang pada masa mendatang.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Hoaks Seputar Kongres Pemuda Indonesia Kedua
Hingga awal 1970-an, hoaks mengenai Kongres Pemuda Indonesia Kedua terus berkembang.
SELENGKAPNYAHukum Membeli Mystery Box
Objek jual beli harus jelas atau tidak samar, dan harganya pun harus jelas
SELENGKAPNYA