Prof KH Nasaruddin Umar | Ilustrasi : Daan Yahya

Tasawuf

Makna Esoteris Kumandang Azan (1)

Azan adalah panggilan sakral, kerinduan seorang manusia kepada Tuhannya.

OLEH PROF KH NASARUDDIN UMAR  

Azan secara harfiah berarti memanggil, mengajak, mengingatkan. Menurut ulama fikih, azan ialah lafaz-lafaz tertentu yang digunakan untuk mengingatkan dan mengajak orang-orang untuk melaksanakan shalat.

Dalam pandangan batin, azan adalah panggilan suci yang mengajak setiap orang untuk menghadirkan suasana batinnya, mengingat Allah Zat Yang Maha Agung. Suara-suara azan adalah panggilan atau “suara akhirat” bagi mereka yang hanyut dan fana dengan kehidupannya yang serbaduniawi.

Azan adalah panggilan sakral, kerinduan seorang manusia kepada Tuhannya. Pada saat bersamaan, azan merupakan panggilan orang mukmin untuk menziarahi rumah Tuhan (masjid, mushala, langgar, dan surau).

Azan adalah seruan dan undangan untuk seorang mukmin untuk menjalani isra dan mi’raj menjumpai dan pada saatnya menyatu dengan Tuhannya. Lebih jauh, menurut ulama tasawuf, suara azan dan jawaban yang mendengarnya memperbaharui ikrar dan keimanan seseorang.

photo
Muadzin mengumandangkan adzan di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, Jakarta, Rabu (23/2/2022). Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menerbitkan Surat Edaran Menteri Agama No SE 05 tahun 2022 tentang Pedoman Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musala, sebagai upaya untuk merawat persaudaraan dan harmoni sosial di lingkungan masyarakat Indonesia yang memiliki keberagaman dari sisi agama maupun keyakinan. Republika/Putra M. Akbar - (Republika/Putra M. Akbar)
SHARE    

Secara fikih, setiap lafaz azan wajib dijawab oleh para pendengarnya yang mukmin karena Allah SWT selalu menjawab permohonan hamba-Nya. Jawabannya ialah pada umumnya pengulangan terhadap lafaz-lafaz azan itu sendiri keculai beberapa lafaz yang berbeda, yaitu lafaz hayy 'alas shalah dan hayya 'alal falah dijawab dengan wala haula wala quwwata illa billah. Sementara, lafaz imbauan as-shalatukhairun minan naum saat Subuh harus dijawab dengan shadaqta wa barakta wa ana minas syahidin.

Sesudah azan dikumandangkan dilanjutkan dengan doa azan sebagaimana yang sudah kita hafal. Doa sesudah azan tersebut intinya untuk mengingatkan kelemahan kita sebagai hamba dan keagungan Allah SWT yang wajib disembah. Tiada penyelamatan tanpa penyembahan.

Selain untuk melembutkan jiwa yang kasar, membersihkan hati yang kotor, dan meluruskan pikiran yang bengkok, suara-suara azan juga diharapkan dapat menurunkan gelombang otak kita dari beta ke alfa atau mungkin ke gelombang yang lebih rendah, yaitu teta. Penurunan gelombang energi otak bisa membantu seseorang untuk lebih tenang dan lebih khusyuk di dalam shalat.

Keutamaan azan dan iqamah banyak dijelaskan di dalam hadis Nabi. Di antaranya, “Seandainya orang tahu keutamaan azan maka semua orang pasti berlomba-lomba menjadi muazin.” (Hadis).

“Shalat yang diawali dengan azan dan iqamah akan ikut dihadiri para malaikat dua shaf, kalau hanya iqamah diikuti hanya satu shaf malaikat.” (Hadis).

“Orang yang menjadi muazin selama tujuh tahun, datang di hari kiamat tanpa dosa.” (Hadis).

“Para malaikat yang mendengarkan suara muazin mengatakan ini suara-suara umat Nabi Muhammad SAW dengan penuh keyakinan terhadap Tuhannya lalu mereka serentak mendoakan umat Nabi Muhammad.” (Hadis).

Keutamaan azan akan menjadi lebih sempurna jika diiringi dengan iqamah dengan segala ketentuannya. Seperti halnya dengan azan, iqamah juga memiliki persyaratan (akan dijelaskan dalam artikel mendatang).

Iqamah lebih pendek dan lebih praktis dibandingkan azan. Idealnya sebelum shalat dilakukan azan lalu diikuti dengan iqamah sebagai isyarat shalat akan dimulai. Jika seorang sudah azan dalam suatu tempat, tidak perlu lagi shalat diawali dengan azan bagi orang yang baru mau melaksanakan shalat. Mereka dianggap cukup dengan iqamah saja, tidak perlu lagi azan. (Bersambung).

Masjid Agung Sumenep, Warisan Sejarah di Madura

Masjid Agung Sumenep yang berdiri sejak 1779 ini memadukan pelbagai gaya arsitektur.

SELENGKAPNYA

Sejarah di Rabiul Akhir

Dalam penanggalan Hijriyah, Rabiul Akhir merupakan bulan keempat.

SELENGKAPNYA

Jasad Syuhada yang Terjaga

Allah SWT memperkenankan doa sahabat Nabi SAW. Jasadnya tak disentuh kaum kafir.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya