Filantropi
Tingkatkan Kesadaran Bencana
Upaya mengedukasi masyarakat mengenai pengurangan risiko bencana harus lebih ditingkatkan.
OLEH SANTI SOPIA
Dalam sebulan terakhir, bencana alam di beberapa wilayah Indonesia terjadi cukup intens. Melihat hal tersebut, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) menyalurkan bantuan ke seluruh provinsi yang tertimpa bencana.
“Selain di Jabodetabek, ada di beberapa daerah lainnya, seperti Malang, Lumajang,” kata Direktur Pendistribusian Baznas Ahmad Fikri.
Menurut Fikri, cuaca ekstrem pada tahun ini mengalami intensitas meningkat di beberapa wilayah hingga menyebabkan banyak banjir bandang. Bencana longsor juga cukup meningkat di beberapa daerah.
Fikri juga melihat kesadaran masyarakat mengenai informasi, khususnya di media sosial, cukup meningkat. Sekarang masyarakat lebih terbuka daripada sebelumnya yang relatif masih kurang. Kesadaran itu dilihat menjadi satu hal yang baik di tengah masyarakat. Hal itu menunjukkan mereka kian peduli dengan kewaspadaan.
Jadi, kemauan untuk mengabarkan sebuah kejadian telah menjadi bagian dari kesadaran sehingga masyarakat bisa lebih waspada. Mereka dapat mempertimbangkan lebih matang ketika akan ke luar rumah.
Misalnya, baru-baru ini musibah yang menimpa seorang mahasiswi di Bogor sangat menyita perhatian. Mahasiswi tersebut diketahui terseret arus sungai hingga puluhan kilometer, dari Bogor sampai Jakarta.
“Kemudian akhirnya banyak masyarakat mewaspadai dengan tidak bepergian ke arah puncak, ke daerah aliran sungai, tebing. Nah, itu satu hal yang baik memang, untuk masyarakat di wilayah berpotensi bencana, perlu lebih ditingkatkan kewaspadaan,” kata Fikri lagi.
Upaya Baznas pada dua bulan terakhir termasuk melakukan pelatihan manajemen bencana tingkat lanjutan di beberapa regional. Wilayah itu termasuk Sumatra, Jawa-Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Salah satu di antaranya menguatkan kapasitas relawan dan mengedukasi kesadaran di tingkat masyarakat. Memang, kata Fikri, upaya mengedukasi masyarakat mengenai pengurangan risiko bencana harus lebih ditingkatkan.
Tujuan dari pengurangan risiko adalah memitigasi risiko-risiko yang dialami. Hal itulah yang dinilai perlu lebih ditingkatkan dan dikuatkan lagi.
Upaya membentuk semacam kelembagaan relawan di tingkat masyarakat harus lebih digencarkan. Pada peringatan bulan risiko bencana yang baru sudah dicanangkan bahwa persoalan bencana perlu kontribusi semua pihak, bukan hanya pemerintah atau lembaga terkait.
Maka dari itu, penting membangun kesadaran yang semakin menguat. Baznas sendiri berpandangan bahwa edukasi di masyarakat tidak hanya pada kelompok komunitas, tapi sudah masuk ke ranah pendidikan.
Mereka bisa diarahkan dan dilatih dari mulai pemahaman sampai keahliannya. Pelajar di sekolah perlu lebih banyak diedukasi sehingga diharapkan memahami situasi dan menjadi agen kontributor untuk melaporkan kondisi kebencanaan.
Hal yang sering terjadi, selain bencana alam seperti gempa atau tsunami, banjir bandang menjadi bencana yang tidak bisa diprediksi. Banjir ini rata-rata disebabkan longsor dari bukit yang menghalangi jalur sungai.
Kronologinya, begitu longsoran terjadi di atas bukit, itu akan menutup aliran sungai. Apabila hujan terjadi dengan intensitas tinggi, sungai bisa terbendung oleh longsoran tersebut. Setelah sungai tidak bisa menahan volume air, air tentu akan turun ke bawah dan menjadi efek bola salju yang besar.
Jika pelajar atau masyarakat mengetahui potensi longsor besar ataupun kecil dan bahayanya, mereka semua bisa menjadi agen untuk melaporkan ke lembaga terkait sehingga hal itu dapat diantisipasi.
Dalam menangani bencana, tim penyelamat Baznas Tanggap Bencana turut membantu untuk mengevakuasi korban, pendistribusian berbagai kebutuhan pokok para warga terdampak, seperti air mineral, makanan ringan, dan kebutuhan anak-anak. Dalam beberapa aksi penyelamatan bencana yang dilakukan Baznas, selain evakuasi juga disiapkan layanan kesehatan gratis pascabencana, penyaluran makanan siap saji, dan pemulihan trauma jika memang diperlukan, terutama terhadap anak-anak.
Sisi kesehatan juga menjadi perhatian Baznas karena jika ada bencana banjir, biasanya diikuti ancaman penyakit. Hal itulah yang diantisipasi Baznas berdasarkan pengalaman di berbagai lokasi bencana.
Melalui bantuan yang diberikan, diharapkan warga terdampak bisa segera bangkit dan beraktivitas normal seperti semula. Kebaikan untuk membantu sesama dapat membangkitkan saudara-saudara yang saat ini sedang mengalami masa sulit.
Berbagi Tugas Bantu Warga
Para relawan dari Pengurus Cabang (PC) Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBI NU) dan Banser Tanggap Bencana atau Bagana memberikan bantuan di wilayah Blitar, Jawa Timur. Ada setidaknya lima kecamatan yang terdampak banjir di Blitar. Beberapa desa dan kelurahan di lima kecamatan itu terendam air dengan ketinggian beragam.
Relawan memastikan para korban mendapatkan layanan di posko penampungan. Selain itu, relawan juga membersihkan sisa-sisa lumpur banjir. “Beratnya kadang setelah dibersihkan ternyata hujan turun lagi," kata Ketua PC LPBI NU Blitar Imam Karya Bhakti dalam rilis pers NU.
Untuk itu, dia bersama tim berbagi tugas untuk membantu warga. Ada dari mereka yang ikut memasak di dapur serta membantu membungkus nasi untuk dikirim ke warga yang terdampak dan pengungsi.
Setidaknya 14 rumah rusak, yakni di Desa Rejoso, Desa Salamrejo, dan di Desa Binangun. Di Kecamatan Wates, banjir mengakibatkan hantaran rusak, khususnya di Desa Tugurejo. Lalu, banjir di wilayah Kecamatan Wonotirto, pusat Desa Ngeni, menyebabkan ribuan ekor ayam hanyut, sapi hilang, dan puluhan kambing mati. Beberapa rumah juga terseret arus.
Untuk Kecamatan Panggungrejo, paling tidak dua desa terdampak banjir, yakni Desa Kalitengah dan Desa Serang. Akibatnya, 25 rumah dan mushala turut terendam.
Bantuan yang sementara ini masuk datang dari Baznas Kabupaten Blitar, obat-obatan dari Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU) dan NU Peduli Siaga Bencana. “Melihat kondisi saat ini, ada beberapa kebutuhan yang mendesak, di antaranya makanan dan sembako, air mineral, kebutuhan bayi, anak-anak maupun perempuan, kebutuhan lansia, hingga pakaian baru,” ungkap dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Dakwah Santri Harus Lebih Kreatif
Dengan masyarakat yang semakin terdigitalisasi, santri harus lebih kreatif berdakwah
SELENGKAPNYASaat Qisas Berganti Pemaafan
Mereka pun meminta eksekusi dibatalkan lantaran memilih pemaafan.
SELENGKAPNYAJalan Terjal Kaum Santri
Santri memiliki keunggulan luar biasa dalam hal life skills sehingga mampu bersaing
SELENGKAPNYA