
Kisah Mancanegara
Orang Jawa dan Islam di Kaledonia Baru
Meski jauh dari kampung halaman, orang Jawa masih memegang teguh nilai-nilai agama dan adat mereka
Mendengar nama Kaledonia Baru boleh jadi masih asing bagi sebagian orang Indonesia. Padahal, seperti halnya Suriname, Kaledonia Baru juga cukup banyak dihuni oleh orang-orang berdarah Jawa. Tak aneh pula bila populasi Muslim di kepulauan elok yang berada di Samudra Pasifik bagian selatan ini cukup berkembang.
Meski demikian, bukan orang Jawa yang pertama kali membawa Islam ke Kaledonia Baru, melainkan orang Arab. Hal ini terjadi sekitar 100 tahun lalu pada masa penjajahan Prancis. Hingga saat ini pun, Kaledonia Baru masih dimiliki Prancis.
Dalam bahasa Prancis, Kaledonia Baru disebut Nouvelle-Caledonie. Ada pula yang menamainya Kanaki yang diambil dari nama penduduk asli kepulauan itu.
Lantas, bagaimana orang Jawa bisa tiba di sini? Dulu, mereka tiba di Kaledonia Baru untuk menjadi kuli kontrak atau mencari kehidupan yang lebih baik di negeri asing.
Ketika kontrak kerja habis, kebanyakan di antara mereka pulang ke Jawa, terutama pada rentang 1930 dan 1935 setelah terjadi malaise ekonomi pada 1929. Kondisi yang sama kembali terulang antara 1948 dan 1955 dengan jumlah yang lebih besar.
Nyatanya, tak semua orang Jawa itu pulang ke kampung halaman. Sebagian memilih tetap tinggal di Kaledonia Baru dan kemudian beranak pinak. "Para pekerja Indonesia dan keturunannya saat ini telah diterima dengan baik oleh masyarakat setempat dan juga telah memberikan sumbangsih terhadap pembangunan Kaledonia Baru,” kata Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk Kaledonia Baru Ade Sukendar.
Mereka membangun komunitas Jawa dengan menjadi warga negara Kaledonia Baru. Kini, jumlah orang Jawa ditaksir 7.000 orang dengan 2.000 orang di antaranya tetap berstatus warga negara Indonesia (WNI).
Sementara, jumlah penduduk Kaledonia Baru kini mencapai sekitar 240 ribu jiwa. Sebanyak 25 ribu di antaranya atau lima persen dari populasi adalah Muslim. Mayoritas penduduk, yakni 75 persen, masih memeluk agama Katolik Roma, sementara penganut Protestan 15 persen dan animisme lima persen.
Selain dari Jawa, umat Islam di Kaledonia Baru juga berasal dari negara-negara Muslim, seperti Aljazair, Somalia, negara-negara Arab, dan Maroko. Muslim asal Aljazair dahulunya adalah tahanan politik yang dikirim ke Kaledonia Baru pada 1872. Umat Islam kebanyakan tinggal di bagian utara Kaledonia Baru.
Pusat Islam
Saat ini, sebuah pusat kegiatan keislaman (Islamic centre) telah dibangun di Noumea, ibu kota Kaledonia Baru, dan rencananya akan dibangun Islamic centre yang lain.
Pusat Islam Noumea merupakan tempat utama penyelenggaraan ibadah Islam di Kaledonia Baru. Lembaga ini menyelenggarakan perayaan hari-hari besar Islam, seperti Idul Fitri, Maulid Nabi, Isra Mi’raj, dan lainnya. Lembaga ini dan Konsulat Jenderal RI juga selalu menghidupkan malam-malam pada Ramadhan dengan menggelar shalat Tarawih dan tausiyah agama.
Ketua Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya di Kaledonia Baru (PMIK) Djintar Tambunan menyatakan, khusus bagi penduduk yang berasal dari Jawa, aktivitas keagamaan dan adat masih terus dilaksanakan meskipun jauh dari kampung halaman. “Masih ada sunatan, pernikahan, atau upacara kematian yang tetap dilakukan hingga saat ini, termasuk yang dilakukan di Wisma Indonesia untuk memperkenalkan dan meneruskan kebudayaan Indonesia,” kata Djintar.
Pusat Islam di Noumea juga menyediakan informasi tentang kebutuhan makanan halal bagi Muslim. Sebenarnya, tak sulit menemukan restoran halal di Kaledonia Baru. Sebab, sejumlah Muslim asal Jawa dan Arab membuka restoran halal, kebanyakan di sekitar Islamic centre.
Geliat Dakwah Islam
Tanpa perlu gembar-gembor, Kaledonia Baru rupanya tak pernah sepi dari kegiatan dakwah Islam. Upaya untuk mengokohkan dan mengembangkan Islam itu dilakukan oleh sejumlah organisasi Islam, utamanya dari negara-negara Arab dan Malaysia. Mereka sangat aktif melakukan promosi Islam ke wilayah ini.
Dari upaya yang mereka lakukan, Muslim di Kaledonia Baru kini tak hanya berasal dari kaum imigran, tetapi juga dari masyarakat lokal. Banyaknya masyarakat lokal yang beralih keyakinan menjadi Muslim salah satunya disebabkan oleh mudahnya proses perpindahan agama menjadi Islam. Tak dikenakan bayaran ataupun diminta melakukan ibadah tertentu yang tidak masuk akal.
Muslim di Kaledonia Baru diwadahi oleh New Caledonia Muslim Association (Association des Musulmans de Nouvelle Caledonie). Lembaga ini dibangun pada 1975 dan merupakan lembaga Muslim pertama yang dibangun di wilayah ini. Umat Islam di Kaledonia Baru juga termasuk dalam komunitas Muslim di wilayah Pasifik bersama Kepulauan Fiji, Papua Nugini, Solomon, Vanuatu, dan Pulau Palau.
Organisasi-organisasi Islam dunia juga secara aktif menyumbangkan dana untuk penyebaran Islam di Kaledonia Baru meskipun sebenarnya wilayah itu tidak miskin. Perekonomian Kaledonia Baru mengandalkan tambang nikel, bantuan dari Pemerintah Prancis, serta industri pariwisata yang menjadikan pendapatan per kapita wilayah ini sebesar 35 ribu dolar AS pada 2008 atau masuk dalam perekonomian maju di daerah Samudra Pasifik.
Jamaah Tabligh dari Australia juga aktif berdakwah ke kepulauan ini. Saat ini, Jamaah Tabligh Australia memang tak hanya mengarahkan sasaran dakwahnya ke Melbourne, Sydney, Perth, Darwin, dan kota-kota lain di Australia, tapi juga meluas ke kepulauan Pasifik Selatan, seperti Vanuatu, Samoa, Fiji, Kaledonia Baru, bahkan juga ke Cina, Eropa, Afrika, dan Asia Tenggara.
Kebanyakan aktivis Tabligh di Australia adalah keturunan kaum imigran. Dan, mereka akan menjadi pasukan dakwah yang ‘kuat’ secara psikologis bila dikirimkan ke negeri nenek moyangnya.
Kebanyakan pendakwah asal Australia menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar utama. Hal ini sebenarnya sangat baik karena bahasa Inggris adalah bahasa internasional.
Sayangnya, fakta ini malah menjadi kelemahan tersendiri dalam penyampaian dakwah di Kaledonia Baru. Sebab, kebanyakan orang Kaledonia Baru berbahasa Prancis, Arab, ataupun Indonesia.
Kendala bahasa ini membuat komunitas Muslim di negeri tetangga, seperti Australia dan Fiji, kesulitan mentransfer ajaran Islam kepada saudara-saudara seiman mereka di Kaledonia Baru.
Disadur dari Harian Republika Edisi Ahad 30 September 2012
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Ajakan Puasa Senin-Kamis Pak Habibie Kala Maulid Nabi
Mereka menyambut baik ajakan berpuasa yang disebut Habibie sebagai proses pembudayaan
SELENGKAPNYAKesederhanaan Sang Penakluk
Rasulullah sering harus berpuasa lantaran tak ada makanan yang bisa dimakan
SELENGKAPNYACerita Pohon Gaharu yang Kian Langka
Para pemburu merusak pohon dengan cara ditebang sampai habis
SELENGKAPNYA