
Silaturahim
Maulid untuk Berzikir
Dengan adanya beragam kitab maulid, umat Islam menghayati sejarah hidup Rasulullah
Salah satu cara untuk mengenal dan mempertebal kecintaan kepada Rasulullah SAW adalah dengan sering membaca kitab-kitab maulid. Beberapa kitab maulid yang populer dibaca umat Islam di Indonesia seperti kitab al-Barzanji karya Syekh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad al-Barzanji.
Kemudian Simthud Duror karya Habib Ali bin Muhammad bin Husein al-Habsyi, Maulid Diba' karya Imam Wajihuddin Abdur Rahman bin Muhammad bin Umar bin Ali bin Yusuf bin Ahmad bin Umar ad-Dibai, Burdah karya Imam al-Bushiri, dan adh-Dhiyaul Lami' karya Habib Umar bin Hafidz. Kitab-kitab maulid tersebut berisi sejarah hidup, shalawat, dan pujian kepada Rasulullah SAW.
Bahkan, memasuki Rabiul Awwal yang menjadi bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, sebagian besar umat Islam di Indonesia memperbanyak membaca kitab maulid. Wakil Mudir Aam Idaaroh Aliyah Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah (Jatman) yang juga Mustasyar Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Habib Umar Muthohar mengatakan, membaca maulid dan manaqib adalah amalan yang dikerjakan oleh para habib dan ulama.
Mereka membaca maulid untuk mempertebal kecintaan kepada Rasulullah dan meneladan akhlaknya. Dengan adanya beragam kitab maulid, umat Islam menghayati sejarah hidup Rasulullah. Maka, menurut dia, sangat baik bagi seorang Muslim untuk sering membaca kitab maulid.
"Itulah yang dikerjakan para habib, para kiai, dalam rangka membina umat diajak maulidan, diajak tambah cinta pada nabi yang insya Allah buah dari ada cinta itu mengikuti Nabi SAW," kata Habib Umar Muthohar dalam pengajian akbar yang diselenggarakan Jatman Idaroh Wustho Daerah Istimewa Yogyakarta di Stadion Maguwoharjo Sleman, beberapa waktu lalu.
Habib Umar yang juga Pengasuh Pondok Pesantren al-Madinah Cepoko, Gunungpati, Semarang, menjelaskan bahwa dengan sering membaca maulid akan muncul kecintaan pada nabi. Dengan kecintaan tersebut maka seorang Muslim akan meneladani perangai mulia Rasulullah.
Selain membaca maulid, Habib Umar juga mengajak umat untuk sering membaca manaqib para kekasih Allah. Manaqib merupakan kitab berisi biografi perjalanan hidup seorang wali Allah. Seperti membaca manaqib Syekh Abdul Qadir al-Jailani, Imam Abu Hasan as-Syadzily, dan lainnya.
Menurut Habib Umar Muthohar membaca manaqib bertujuan agar seseorang mengenal para wali dan meniru dan mengikuti jalannya sehingga menjadi hamba yang dicintai Allah SWT. Orang-orang yang membaca manaqib para wali Allah akan dapat membuka dan melapangkan hatinya sehingga jauh dari kesumpekan hidup. Para ulama sering membaca manaqib para wali Allah dalam rangka mengambil ibrah atau pelajaran dari kehidupan wali-wali Allah.
Mengambil ibrah dari perjalanan hidup orang-orang terdahulu yang dicintai Allah sejatinya tersirat dalam Alquran. Habib Umar mengatakan, sebagian daripada Alquran berisi tentang kisah para nabi dan rasul terdahulu serta orang-orang saleh yang dicintai Allah SWT.
Sebagaimana ditegaskan dalam surah Hud ayat 120 dapat dipahami bahwa semua kisah tentang para nabi dan rasul yang diceritakan dalam Alquran adalah untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad.
“Berarti kisah para nabi itu ada dalam Alquran untuk memantapkan hati nabi Muhammad, hati kita. Demikian juga kita membaca riwayatnya para wali, orang-orang saleh itu untuk mengikuti jejak mereka, memantapkan hati, dan menambahkan cinta pada mereka," kata Habib Umar Muthohar.
Sementara itu, dalam Alquran surah al-Luqman ayat 15, terdapat perintah bagi setiap Muslim untuk mengikuti jalan orang-orang yang kembali pada Allah. Yakni, para wali Allah, ulama dan orang-orang saleh. Karena itu, menurut Habib Umar, sangat baik untuk mengikuti jalan ulama-ulama terdahulu dalam mendekatkan diri pada Allah.
Banyak tarekat yang mu'tabar yang dapat diikuti sebagaimana terhimpun dalam Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh al-Mu’tabaroh an-Nahdliyyah. Misalnya saja tarekat Qodiriyah yang mengikuti Syekh Abdul Qodir al-Jailani, tarekat Naqsabandiyah yang mengikuti Syekh Bahaudin al-Bukhari an-Naqsyabandi, tarekat Syadzilyah mengikuti Syekh Abu al Hasan Ali asy-Syadzili.
Maka, menurut habib Umar Muthohar, orang yang bertarekat bukan sekadar melakukan baiat. Namun, harus mengikuti amaliyah yang dilakukan oleh ulama-ulama tariqah tersebut hingga mendapatkan rahasia dalam tarekat itu.
"Dan dengan berdoa dan tawasul kepada guru-guru tarekat kita akan menempuh jalan mereka dan dimudahkan Allah SWT," katanya.
Kain yang Mengubah Fashion Dunia
Setidaknya ada 11 jenis kain impor yang diminati masyarakat Jawa kuno, khususnya oleh kelompok bangsawan.
SELENGKAPNYAAnies Sudah Tempatkan Satu Kaki di Pilpres
Anies dan Nasdem masih harus bekerja sama dengan partai lain agar pencalonannya mulus.
SELENGKAPNYAMenjaga Inflasi tak Meninggi
Masih banyak peluang untuk menjaga inflasi sesuai koridor yang aman.
SELENGKAPNYA