Petugas memeriksa unit pengisian daya kendaraan listrik di Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) The Apurva Kempinski Bali, Badung, Bali, Selasa (30/8/2022). PLN menyiapkan 70 unit SPKLU Ultra Fast Charging, 21 unit SPKLU Fast Charging dan 200 | ANTARA FOTO/Fikri Yusuf

Ekonomi

Kenaikan BBM, Momentum Kejar Target Bauran Energi Nasional

PLN berupaya menjaring usaha rintisan atau start-up di bidang energi baru dan terbarukan (EBT).

JAKARTA -- Kenaikan harga minyak dunia yang berdampak terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dinilai jadi momentum untuk mengejar target bauran energi nasional 2025. Salah satunya melalui optimalisasi gas bumi yang dinilai langkah strategis sebagai tahap transisi menuju penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih besar sebagai sumber energi primer utama pada masa depan.

Ketua Komisi VII DPR, Sugeng Suparwoto, mengatakan penggunaan minyak bumi saat ini masih dominan sebagai sumber energi sekunder. Hal ini kerap menjadi masalah terutama ketika harga minyak dunia naik signifikan.

Ketika harga minyak bumi naik tinggi, pada satu sisi akan berdampak pada kenaikan harga BBM sehingga harus menambah besaran subsidi yang memberatkan APBN. "Sebab kebutuhan rata-rata BBM kita perhari itu 1,4 juta barel sedangkan produksi minyak kita hanya sekitar 600-700 ribu barel per hari. Sehingga ketergantungan terhadap impor BBM semakin tinggi,” ucap Sugeng.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by SUGENG SUPARWOTO (@sugengsuparwoto)

Sugeng mengungkapkan, sejatinya DPR terus mendorong upaya pengurangan ketergantungan kepada minyak sebagai energi primer. Salah satunya dengan mengupayakan optimalisasi gas bumi.

"Pemanfaatan gas bumi, khususnya gas alam, harus didorong menjadi kebijakan utama dalam konteks energi. Dimana gas harus menjadi energi transisi untuk menuju optimalisasi EBT. Baik untuk kepentingan transportasi, industri, maupun rumah tangga,” ungkapnya.

Meskipun tidak renewable, menurutnya, gas bumi merupakan energi bersih. Selain itu, Indonesia memiliki produksi dan cadangan gas bumi yang besar melebihi minyak. "Cadangan minyak kita sekarang ini mungkin tidak sampai 10 tahun jika tidak ditemukan sumber baru. Sedangkan gas bumi, yang sudah tereksploitasi saja bisa sampai 22 tahun ke depan ditambah lagi ada cadangan ditemukan baru yang kandungannya lebih besar,” terangnya.

Maka DPR meminta pemerintah memiliki sikap yang tegas terkait optimalisasi gas bumi. Momentum kenaikan harga minyak dan BBM saat ini perlu dioptimalkan untuk merealisasikannya.

"Saya menyesalkan sebetulnya dengan sikap pemerintah yang tidak firm dalam pemanfaatan gas bumi, gas alam. Memang kita harus duduk secara tegas ini, mau apa policy kita. Secara cadangan memang betul lah sudah tidak lagi Migas (minyak dan gas). Harus Gasmi (gas bumi). Karena cadangan gas lebih besar kan,” tegasnya.

Senada, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad mengatakan, kenaikan harga BBM adalah momen mengejar target bauran energi nasional melalui optimalisasi gas bumi. "Misalnya PLN, sumber energinya berubah tidak lagi menggunakan BBM maka harus menggunakan energi lain. Misalnya, menggunakan dari gas bumi untuk menghasilkan listrik. Kemudian yang memungkinkan kendaraan umum,” ucapnya. 

 
Misal dengan cara pengurangan pajak. Selain itu, pembiayaan harus didorong. Karena ini bagian dari penerapan environmental, social, and governance (ESG).
 
 

Khusus terkait penggunaan BBG untuk transportasi umum, kata Ahmad, meskipun tidak semua daerah di Indonesia bisa menjalankannya namun tetap bisa berdampak positif dan secara bertahap bisa diupayakan lebih merata. ”Oleh karena itu pemerintah harus tanggung pembangunan stasiun pengisian gas atau pemerintah kasih insentif supaya daerah lain bisa mengembangkan kendaraan gas,” sarannya.

Ahmad mengatakan optimalisasi gas bumi memang butuh kebijakan yang tegas dari pemerintah supaya aplikatif. ”Kebijakannya harus benar-benar bisa diimplementasikan. Terutama dimulai dari kementerian dan lembaga misalnya mulai dari kendaraan dinas, bisa menggunakan gas. Supaya konversinya cepat dan benar-benar dilakukan,” terusnya.

Insentif ke pelaku usaha juga diperlukan supaya konversi ke gas bumi semakin optimal. ”Misal dengan cara pengurangan pajak. Selain itu, pembiayaan harus didorong. Karena ini bagian dari penerapan environmental, social, and governance (ESG)” kata dia.

Sementara itu, PT PLN (Persero) berupaya menjaring usaha rintisan atau start-up di bidang energi baru dan terbarukan (EBT). PLN pun meluncurkan program PLN Elevation guna mencari 20 start-up terbaik untuk ikut serta dalam inkubasi bisnis. Selanjutnya, akan ada tiga start-up terpilih yang akan mendapatkan dukungan dana pengembangan usaha hingga Rp 450 juta serta dukungan pembinaan oleh para mentor kelas dunia.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by PLN (@pln_id)

“Sesuai arahan Menteri BUMN Erick Thohir, ini adalah upaya bagaimana fondasi dari ekosistem BUMN melakukan inkubasi terhadap anak-anak muda generasi milenial sehingga bisa mewujudkan ide-idenya,” ujar Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo seusai peluncuran PLN Elevation Watts Up di Jakarta, Senin (12/9).

Darmawan menjelaskan, PLN berkolaborasi dengan Lestari untuk mengakselerasi solusi serta mencegah adanya bubble burst. Kondisi ini ditandai dengan start-up yang cepat berkembang, tapi juga cepat mengalami penurunan nilai.

"Dalam inkubasi ini, kita dengarkan idenya, kita bimbing, dan kita dampingi mereka. Sehingga dari sinilah muncul keberanian anak muda. Ada bisnis, ada investasi, dan ketika menghadapi tantangan akan kita dampingi agar bisa diselesaikan," ujar Darmawan.

Direktur Lestari Cynthia Krisanti menyampaikan, saat ini telah ada 500 usaha rintisan yang mengikuti program PLN Elevation. Dia menyampaikan, ada tiga fokus untuk seleksi tersebut, yakni bidang energi hijau, ekosistem elektrik, dan aset digital end to end. "Poin utamanya, kita akan beri mereka kesempatan mengimplementasikan pilot project mereka di PLN," ujar Cynthia.

Sinergi untuk Literasi

Masyarakat Indonesia secara umum tak bermasalah dengan kemampuan membaca aksara dan angka. Namun, aktivitas membaca belum jadi budaya.

SELENGKAPNYA

Orientasi Memimpin

Sekurang-kurangnya ada tiga oreintasi pemimpin yang sejatinya melakat dalam diri.

SELENGKAPNYA

'PSSI Jangan Mengambinghitamkan JIS'

Bisa jadi alasan sebenarnya adalah biaya sewa yang terlalu mahal.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya