Laporan Utama
Mindset Harus Diubah dari Charity Menjadi Hak
Penyelenggaraan pendidikan bagi mereka masih menghadapi tantangan
Oleh Dr Bahrul Fuad
Saluran pendidikan keagamaan termasuk pesantren bagi penyandang disabilitas seharusnya bisa terwadahi. Sejumlah pesantren khusus difabel atau pesantren inklusi sudah muncul di beberapa kota besar di Nusantara.
Meski demikian, penyelenggaraan pendidikan bagi mereka masih menghadapi tantangan. Bagaimana sebenarnya perkembangan pesantren inklusi di Indonesia? Untuk mengulas ini, Wartawan Republika Andrian Saputra mewawancarai pegiat inklusi disabilitas, Dr Bahrul Fuad, MA. Berikut kutipannya.
Bagaimana perkembangan pesantren inklusi di Indonesia?
Hingga saat ini pesantren inklusi belum berkembang dengan baik. Sebagian besar pondok pesantren di Indonesia belum ramah dengan disabilitas baik menyangkut fasilitas fisik, metode pengajaran, dan layanan. Meski demikian, terdapat beberapa pesantren yang telah menerima santri disabilitas, seperti disabilitas netra dan disabilitas daksa.
Untuk pesantren yang menerima santri tuli masih belum banyak, namun sepanjang yang saya tahu ada sebuah pondok pesantren di Sleman Yogyakarta yaitu Pondok Pesantren Darul A’shom yang merupakan pesantren khusus untuk tuli.
Apakah pesantren-pesantren itu sudah sesuai standar dalam memfasilitasi santri difabel?
Belum. Sebagian besar pesantren di Indonesia belum ramah disabilitas baik dari fasilitas fisik, metode pembelajaran, layanan, dan bahan ajar belum memenuhi kebutuhan khusus disabilitas.
Seperti apa tantangan bagi pesantren ketika berupaya memfasilitasi para santri difabel?
Tantangannya adalah perubahan mindset para pengelola pesantren. Mindset mereka harus diubah dari cara pandang charity (belas kasihan) kepada penyandang disabilitas, menjadi cara pandang berbasis pada hak. Bahwa setiap penyandang disabilitas memiliki hak yang sama untuk mendapatkan akses pembelajaran keagamaan dan praktik keagamaan.
Menurut saya pesantren yang ideal adalah pesantren yang dapat memfasilitasi semua jenis disabilitas untuk dapat belajar keagamaan di pesantren. Sehingga pengelola pesantren harus menyediakan fasilitas pendukung pembelajaran sesuai dengan kebutuhan khusus berbagai jenis disabilitas, disabilitas netra, santri tuli, santri disabilitas daksa, dan disabilitas lainnya. Sehingga santri disabilitas dapat belajar dengan nyaman sebagaimana santri yang bukan disabilitas.
Bagaimana perhatian pemerintah terhadap perkembangan pesantren inklusi sejauh ini?
Pemerintah belum memberikan perhatian dan dukungan yang penuh terhadap perkembangan pesantren inklusi di Indonesia. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama, perlu memberikan dukungan baik dalam bentuk dukungan pembiayaan untuk renovasi fasilitas fisik pesantren agar ramah disabilitas.
Kementerian Agama juga perlu memberikan dukungan peningkatan kapasitas pengetahuan dan keterampilan para pengasuh pesantren agar memiliki perspektif dan kepekaan inklusi disabilitas.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mindset Harus Diubah dari Charity Menjadi Hak
Penyelenggaraan pendidikan bagi mereka masih menghadapi tantangan
SELENGKAPNYAPenuhi Kebutuhan Alquran Braille
Permintaan Alquran Braille biasanya meninggi saat menjelang Ramadhan
SELENGKAPNYA