Suasana kediaman istri mantan kadiv Propam Polri Irjen Ferdy Sambo, Putri Candrawathi di Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2022). | Republika/Thoudy Badai

Tajuk

Jaga Muruah Polri

Ketegasan Kapolri Listyo Sigit dalam menangani kasus ini patut diacungi jempol.

Penetapan Irjen FS  sebagai tersangka pembunuhan Brigadir Nofriansyah Yoshua (J) sungguh melegakan. Hari-hari ini masyarakat menunggu-nunggu, apakah Polri di bawah komando Jenderal Listyo Sigit Prabowo benar-benar ‘berani’ menjadikan FS sebagai tersangka atau tidak.

Sebelum kapolri mengumumkan FS sebagai tersangka, publik sudah menduga kuat dia adalah dalang di balik sandiwara peristiwa ‘tembak-menembak’ di rumah dinas mantan kadiv propam Polri itu. Terlalu banyak kejanggalan dalam peristiwa itu. Masyarakat tentu tidak bodoh menerima begitu saja apa yang disampaikan polisi sebelumnya.

Ketegasan Kapolri Listyo Sigit dalam menangani kasus ini patut diacungi jempol. Listyo menjawab keraguan masyarakat bahwa Polri tidak akan menuntaskan kasus ini. Tapi ternyata, bukan hanya FS dan tiga tersangka lainnya yang diciduk, melainkan  tiga perwira tinggi (pati) Polri ditahan terkait kasus kematian Brigadir J.

 
Ketegasan Kapolri Listyo Sigit dalam menangani kasus ini patut diacungi jempol.
 
 

Apa yang dilakukan oleh Irjen FS sungguh tak bisa diterima. Terlepas mungkin Brigadir J melakukan kesalahan, tetapi perlakuan terhadap ajudannya itu melukai rasa keadilan masyarakat. Jika terhadap sesama polisi saja aparat bisa melakukan tindakan sadis seperti itu, bagaimana dengan rakyat biasa?

Yang ‘lebih gila’ lagi, para aparat itu diduga berkomplot menutupi kejahatan, dengan merekayasa kejadian sebenarnya, merusak dan menghapus jejak kejahatan, dan menghalang-halangi penyelidikan. Sungguh tidak bisa diterima, polisi yang seharusnya melindungi dan melayani warga berubah menjadi sosok yang justru menginjak-injak hukum dan keadilan.

Kita menyadari kapolri mengalami dilema yang besar untuk mengusut tuntas kasus ini. Di satu sisi, jika kasus tersebur terbukti sebagai rekayasa yang dilakukan bersama-sama dan melibatkan sejumlah perwira tinggi Polri, itu adalah aib terbesar di dalam tubuh Polri. Tapi jika kepolisian tidak serius, masyarakat secara moral mungkin sudah tidak percaya lagi dengan polisi. Apa pun yang disampaikan dari hasil penyelidikan polisi, publik sudah mengambil kesimpulan sendiri.

 
Kita menyadari kapolri mengalami dilema yang besar untuk mengusut tuntas kasus ini. 
 
 

Kita menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya kepada kapolri dan jajarannya, yang memilih jalan kebenaran dibandingkan harus melindungi korpsnya sendiri. Institusi Polri harus dibersihkan dari oknum-oknum bermental bejat yang tidak peduli dengan nasib rakyat.

Kita percaya masih banyak polisi baik yang mengabdi untuk negara dan menjalankan tugasnya melindungi dan melayani warga. Ini saatnya Kapolri  Listyo Sigit Prabowo  melakukan bersih-bersih di tubuh kepolisian.

Ini momen masyarakat kembali percaya kepada institusi kepolisian. Sejak kasus ini mencuat di publik, masyarakat memberikan dukungan yang sangat besar kepada Polri. Mulai dari Presiden sampai rakyat jelata menaruh harapan yang sama: Buka kasus ini sejelas-jelasnya. Jangan ada yang ditutupi.

Kini kita bisa berharap lagi kepada polisi. Peristiwa ini semoga menjadi momen Polri untuk berbenah. Menjadi polisi yang melindungi dan melayani rakyat. Menjadi Polri yang dicintai rakyat.

Muruah Polri harus dijaga. Jadilah lebih baik. Bersihkan benalu-benalu yang merusak citra korps Bhayangkara.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Buku Agama Banyak Diborong di IBF 2022

Meskipun dialihbahasakan beberapa tahun lalu, buku terjemahan karya ulama tetap dicari.

SELENGKAPNYA

Izinkan Saya Menangis di Depan Ka'bah

Ajini mendapat hadiah pergi haji dari bupati pada 2011 lalu.

SELENGKAPNYA