Nasional
Edukasi Cegah Stunting Dimulai dari Keluarga
Edukasi dinilai bisa membantu menurunkan angka kekerdilan di Indonesia.
JAKARTA -- Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) tahun 2021 menemukan prevalensi stunting berada pada angka 24,4 persen atau terjadi pada 5,33 juta balita. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Erna Mulati mengatakan, keluarga memiliki peran penting dalam menurunkan angka stunting atau kekerdilan.
Ia mengungkapkan 23 persen anak lahir dengan kondisi sudah stunted (perawakan pendek) akibat ibu hamil sejak masa remaja kurang gizi dan anemia. Sementara, risiko stunting meningkat signifikan pada usia 6 hingga 23 bulan, dikarenakan kurangnya asupan protein hewani pada makanan pendamping ASI (MPASI), yang mulai diberikan sejak usia 6 bulan.
"Peran keluarga mencegah stunting penting pakai banget. Keluarga menjadi pendukung utama mencegah anaknya menjadi stunting," tegas Erna, Rabu (3/8).
Edukasi dinilai bisa membantu menurunkan angka kekerdilan di Indonesia. Kemarin Forum Istri Anggota Holding Farmasi (FIADIFA) meluncurkan buku dengan judul “Cegah Stunting Itu Penting’’ dalam rangkaian hari ulang tahun Bio Farma ke 132.
Ketua Umum FIADIFA Ita Honesti Basyir mengatakan, pentingnya edukasi tentang stunting dimulai dari keluarga. FIADIFA memberikan perhatian besar atas isu stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat dari kekurangan gizi kronis. "Permasalahan stunting merupakan permasalahan yang cukup kompleks dan membutuhkan kerja sama semua pihak dan keterlibatan semua elemen masyarakat, " tuturnya.
Hadir dalam kesempatan yang sama, Ketua IIP BUMN Elizabeth Thohir. Ia mengatakan, satu dari lima tahapan besar visi Indonesia yang disampaikan melalui pidato Presiden RI pada 14 Juli 2019 adalah pembangunan SDM yang menjadi kunci Indonesia di masa mendatang.
Presiden, kata Elizabeth, menyebutkan bahwa pembangunan SDM dimulai dari upaya menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, balita dan anak usia sekolah. "Penanganan stunting dan upaya untuk mengatasi kematian ibu dan bayi sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan,” ujar Elizabeth.
Pemerintah dalam menurunkan stunting secara konsisten melakukan berbagai upaya dan melibatkan banyak pihak baik di tingkat pusat maupun daerah. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2018, prevalensi angka stunting mengalami penurunan dari 37,2 persen pada 2013 menjadi 30,7 persen di tahun 2017.
Tren ini terus berlanjut pada tahun 2019 dan diharapkan akan terus mengalami penurunan untuk mencapai target nasional 14 persen di tahun 2024 . Untuk mencapai target ini dibutuhkan peran serta semua elemen masyarakat dari tingkat keluarga, tempat kerja, non-profit maupun organisasi lainnya.
"Keberadaan keluarga sangat penting, kemajuan bangsa tak lepas dari kualitas keluarga, dan kualitas keluarga dibentuk dari asupan gizi sehingga target Indonesia bebas stunting dapat tercapai," harap Elizabeth.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Quo Vadis Atlet Difabel
Pengurus NPCI diminta mendata agar pemerintah bisa membantu mengarahkan masa depan atlet lebih baik.
SELENGKAPNYALiterasi Keuangan Syariah
Sebagai langkah awal, diperlukan edukasi literasi keuangan syariah bagi generasi digital.
SELENGKAPNYARiset Genetik-Arkeologi Jawab Asal Usul Manusia Indonesia
Perpaduan data artefak arkeologi dan riset genetika bisa menjawab asal usul manusia Indonesia.
SELENGKAPNYA