Kabar Utama
Lonjakan Harga Bebani Pedagang dan Konsumen
Pemerintah diminta memberikan perlakuan khusus terhadap cabai dan bawang merah.
TASIKMALAYA -- Lonjakan harga cabai dan sejumlah komoditas bahan pokok menyulitkan pedagang dan konsumen. Pemerintah diharapkan dapat segera mencari solusi atas kenaikan harga.
Di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, harga cabai, bawang merah, dan telur tak kunjung normal. Seorang pemilik warung nasi, Atik (47 tahun) mengatakan, kenaikan harga bahan baku untuk usahanya naik sejak sekitar sebulan terakhir. Sebagai penjual makanan, kenaikan harga cabai sangat berdampak dan mengganggu usahanya.
"Cabai keriting harganya Rp 25 ribu seperempat. Itu sudah sebulan belum turun-turun," kata dia kepada Republika, Selasa (12/7).
Tak hanya cabai, harga bawang merah juga disebut masih tinggi. Ia mengatakan, harga bawang merah di pasar pagi kawasan Simpang Lima Kota Tasikmalaya sebesar Rp 17 ribu untuk seperempat kg. Padahal, harga bawang merah dalam kondisi normal hanya Rp 7.000 hingga Rp 8.000 per seperempat kilogram.
"Sudah dua pekan harganya seperti itu. Jadi biasanya beli seperempat, sekarang cuma belanja Rp 10 ribu, kurang dari seperempat,” ujar dia.
Sebagai pedagang kecil, Atik mengaku sangat terbebani dengan kenaikan harga cabai dan bawang, yang notebene menjadi kebutuhan pokok untuk usahanya. Alhasil, ia hanya membuat menu makanan seadanya.
Ia pun harus memutar modal yang dimiliki. Sebagian modal yang biasanya ia gunakan untuk membeli barang dagangan lain, harus dialihkan untuk menambah pembelian cabai dan bawang.
Warga Tasikmalaya, Annisa (30) juga merasa terbebani dengan tingginya harga kebutuhan pokok. Saat berbelanja ke pasar pada Selasa pagi, ia hanya mendapat sejumput cabai rawit dengan uang sebesar Rp 7.000.
"Mahal. Tadi beli cabai domba Rp 7.000 cuma sedikit. Segenggam gak penuh," kata dia.
Berdasarkan laporan harga kebutuhan pokok di Pasar Cikurubuk, Tasikmalaya per Selasa (12/7), harga cabai merah lRp 120 ribu per kg dan cabai merah keriting Rp 90 ribu per kg. Sedangkan harga bawang merah sekitar Rp 60 ribu per kg.
Harga sejumlah jenis cabai di Kota Bandung, Jawa Barat, juga terpantau terus melonjak. Di Pasar Kosambi, harga cabai rawit menginjak Rp 120 ribu per kilogram.
Seorang ibu rumah tangga, Yani, kaget dengan naiknya harga cabai yang cukup fantastis. “Betul-betul naiknya drastis sekali, sampai 50 persen lebih kenaikannya,” kata Yani, kemarin.
Yani pun harus menyiapkan uang belanja ekstra demi akibat kenaikan harga “Atau dikurangi pembelian cabainya. Semoga harga cabai dan bahan pokok lainnya dapat kembali normal.”
Di luar Pulau Jawa, pedagang cabai di Pasar Atas Baturaja, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), bernama War mengatakan, harga cabai terus merangkak naik sejak satu bulan terakhir dan kini berada di kisaran Rp 120 ribu per kg.
Ia mengeluh karena tingginya harga jual tidak sebanding dengan daya beli masyarakat. Menurut dia, penjualan turun tajam hingga mencapai 50 persen karena harganya mahal.
Ketua Umum Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) Abdullah Mansuri menuturkan, tingginya harga cabai sudah berlangsung hampir sebulan.
Menurut dia, komoditas cabai dan bawang merah belum mendapatkan sentuhan optimal dari pemerintah. Pihaknya selalu mengingatkan pemerintah sejak beberapa bulan yang lalu, namun upaya stabilisasi harga tak kunjung membuahkan hasil.
Ikappi meminta pemerintah untuk fokus pada beberapa komoditas pangan tersebut. "Jangan hanya minyak goreng yang diurus. Komoditas lain juga harus mendapatkan perhatian khusus, banyak konsumen dan pedagang menjerit karena harganya terlalu tinggi," katanya.
Kementerian Pertanian (Kementan) menyatakan akan bekerja sama dengan Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk mengintervensi pasar. Tujuannya agar fluktuasi harga kebutuhan pokok atau sembako tidak terlalu tinggi.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo pada awal pekan mengatakan, selama ini sistem logistik dan pengaturan pasar itu sepenuhnya dilakukan pemerintah daerah. “Pengaturannya (logistik) sudah cukup bagus, tetapi kami bersama Kemendag akan mengintervensi langsung. Fluktuasi harga itu berarti logistik dan sistem suplai, semuanya harus dikendalikan," ujar Syahrul, di Makassar, Sulawesi Selatan.
Syahrul mengatakan di beberapa penghasil cabai di Sulawesi Selatan stoknya mencukupi. Namun tetap terjadi disparitas harga antara pasar satu dan lainnya.
Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengeklaim harga pangan mulai stabil dan ketersediaan pangan terjangkau bagi masyarakat. Kemarin, Zulkifli melakukan pertemuan dengan kepala daerah se-Provinsi Lampung untuk membahas upaya stabilitas harga pangan.
“Terkait ketersediaan pangan terjangkau, khususnya minyak goreng, memang harganya sempat tinggi. Namun sekarang mulai turun dan terkendali di pasaran, salah satunya di sini," katanya. Dia menegaskan Kemendag akan berupaya menjaga stabilitas harga pangan dan ketersediaan pasokan bagi masyarakat.
Berdasarkan data dari laman Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan pada Senin (11/7), ada sejumlah bahan pokok di Lampung yang mengalami kenaikan. Harga minyak goreng kemasan sederhana naik dari Rp 21.300 per liter menjadi Rp 22.300 per liter.
Selanjutnya, komoditas cabai merah besar dari Rp 87.700 per kg naik menjadi Rp 112.300 per kg. Adapun komoditas yang mulai ikut-ikutan mengalami kenaikan harga adalah bawang putih dari Rp 19.800 per kg menjadi Rp 20.300 per kilogram.
Melandai Akhir Bulan
Harga komoditas cabai dan bawang diprediksi melandai pada akhir bulan ini seiring masuknya periode musim panen. Meski demikian, tingkat permintaan konsumen juga sangat menentukan penurunan harga komoditas pangan ke depan.
Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Abdul Hamid mengatakan, harga aneka cabai di tingkat petani masih stabil tinggi pada kisaran Rp 65 ribu per kilogram (kg) hingga Rp 80 ribu per kg. "Mungkin dua hingga tiga pekan lagi harga akan turun, mudah-mudahan. Tapi ini masih ada hujan, jadi mungkin waktu panen juga bisa bergeser sedikit," kata Abdul kepada Republika, Selasa (12/7).
Abdul menuturkan, dengan tingkat harga di petani saat ini, harga eceran cabai seharusnya tidak melonjak hingga Rp 150 ribu per kg seperti yang dikabarkan. Harga normal cabai saat ini idealnya berada di kisaran Rp 90 ribu per kg.
Menurut dia, lonjakan harga yang terjadi karena banyak pedagang yang masih dalam suasana libur Idul Adha, sehingga pasokan di pasar menjadi terbatas. Hal ini secara langsung akan menghambat pengiriman pasokan dari wilayah sentra.
"Saya juga kaget mendengar harga cabai sampai Rp 150 ribu. Pasokan di petani itu banyak, tapi tidak ada distribusinya. Harga memang stabil tinggi," ujarnya.
Kenaikan harga cabai yang terjadi sekarang pun tak lepas dari kenaikan biaya-biaya komponen penunjang produksi, seperti bibit hingga pupuk. Abdul menuturkan, dengan kenaikan biaya produksi cabai saat ini, harga jual cabai dari petani dalam situasi normal diperkirakan, berkisar Rp 25 ribu-Rp 30 ribu per kg sehingga harga di pasar sekitar Rp 40 ribu-Rp 60 ribu per kg.
Harga komoditas aneka cabai di dalam negeri masih terus mengalami kenaikan. Kendati demikian, pemerintah meyakini harga akan mulai dalam tren penurunan pada akhir bulan ini, seiring dengan masuknya musim panen di beberapa daerah sentra produksi.
Prediksi mengenai penurunan harga cabai juga telah disampaikan Kementerian Perdagangan. Direktur Bahan Pokok dan Penting Kemendag Isy Karim saat dihubungi Republika pada Senin (11/7) mengatakan, rata-rata harga cabai rawit merah hingga Jumat (8/7) naik 20,20 persen dari bulan lalu menjadi Rp 95.200 per kg.
Kenaikan harga cabai juga mulai diikuti oleh varietas lain. Cabai merah keriting tercatat melonjak 41,7 persen menjadi Rp 82 ribu per kg, sedangkan cabai merah besar naik 39,62 persen menjadi Rp 80.700 per kg.
Isy mengatakan, kenaikan harga cabai yang masih terjadi karena berkurangnya pasokan. Penyebabnya adalah curah hujan yang tinggi, serangan hama penyakit antrakosa, hingga pengalihan fungsi lahan ke komoditas lain.
Menurut dia, terjadi perubahan pola dan jadwal tanam dari para petani cabai. Hal lain yang mengerek kenaikan harga, yakni akibat mahalnya sarana produksi hingga pestisida di sejumlah wilayah.
"Harga diprediksi berangsur turun seiring dengan panen di sentra produksi Jawa Timur. Khususnya, di Kediri dan Blitar yang akan memasuki masa panen pada akhir Juli," katanya.
Adapun kenaikan harga bawang merah yang terjadi disinyalir akibat masa panen di sentra produksi Jawa, seperti Nganjuk, Demak, dan Probolinggo telah berakhir. Ketiga sentra itu kini memasuki masa tanam. "Pasokan diperkirakan kembali normal pada masa panen raya Juli-September," kata dia.
Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Ikhwan Arif mengatakan, wilayah sentra di Brebes, Nganjuk, dan Bima akan memasuki masa panen akhir bulan ini. Ia menuturkan, harga di tingkat grosir sebetulnya sudah sempat turun menjadi sekitar Rp 47 ribu per kg, tapi belakangan kembali mengalami kenaikan hingga Rp 50 ribu per kg. Ia mencatat, harga terendah bawang merah di tingkat grosir sekitar Rp 37 ribu pe rkg.
Meski begitu, Ikhwan tak bisa memastikan seberapa besar penurunan harga bawang. Sebab, sekalipun produksi melimpah, tapi permintaan ikut naik, harga bisa tetap meningkat.
Apalagi, saat ini merupakan musim haji yang mana seusai jamaah pulang ke Tanah Air, akan banyak acara yang digelar masyarakat. "Dan itu bakal meningkatkan permintaan bawang merah. Saya tidak bisa prediksi harga karena berkaitan dengan permintaan," katanya.
Di Kota Bogor, Jawa Barat, data Perumda Pasar Pakuan Jaya (PPJ) mencatat harga cabai berbagai jenis melambung pada pekan ini. Peningkatan harga cabai melambung di seluruh pasar se-Kota Bogor. “Iya harga cabai mulai melambung tinggi, mulai hari ini,” kata Staf Humas Perumda PPJ, Fachrenza Ardieansyah, kemarin.
Ia menyebutkan, harga cabai merah keriting berada di angka Rp 140 ribu per kg, cabai merah besar Rp 130 ribu, cabai rawit merah Rp 140 ribu, cabai rawit hijau Rp 120 ribu, dan cabai hijau besar Rp 45 ribu. Sedangkan sebelumnya, menurut Fachrenza, cabai merah keriting dihargai Rp 110 ribu per kg, cabai merah besar Rp 110 ribu per kg, cabai rawit merah Rp 100 ribu per kg, dan cabai rawit hijau Rp 80 ribu per kg.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kemenparekraf Bantu Kerja Sama Pendanaan Syariah
Indonesia telah menjadi pasar konsumen halal terbesar di dunia.
SELENGKAPNYAHarga Cabai dan Bawang Terus Naik
Persoalan penawaran dan permintaan yang tak seimbang belum mendapatkan solusi.
SELENGKAPNYA