Ekonomi
Wabah PMK Tahan Lonjakan Harga Daging
Harga sapi kurban melonjak karena terdapat kebutuhan ternak yang sehat.
JAKARTA -- Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) menuturkan, harga penjualan daging sapi di pasar tradisional tidak mengalami lonjakan tinggi meskipun di momen Idul Adha. Tertahannya harga daging dinilai akibat wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menekan minat konsumsi masyarakat.
"Daging saat ini tidak naik signifikan, tapi memang sudah mahal sejak awal tahun di sekitar Rp 140 ribu per kg. Ini sudah lebih tinggi dari harga normal Rp 115 ribu per kg," kata Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan kepada Republika, Ahad (10/7).
Di tengah harga daging sapi yang tertahan, Ikappi mendorong pemerintah untuk segera berupaya menurunkan harga daging sapi ke level normal. Menurut Reynaldi, kendala yang terjadi pada komoditas daging sapi ada pada sistem tata niaga.
#SobatTernak berikut disampaikan panduan penanganan daging agar daging hewan kurban tetap aman dan higienis untuk dikonsumsi#DitjenPKH pic.twitter.com/VrklgYdosn — Ditjen Peternakan dan Keswan (ditjen_pkh) July 9, 2022
Di sisi lain, pihaknya menilai kerja sama antarkementerian dan lembaga belum harmonis sehingga harga daging sapi stabil di level tinggi sejak awal tahun ini. "Kementan, Kemendag, dan Badan Pangan Nasional harus berkolaborasi. Tata niaga ini harus secara serius ditangani," ujar dia.
Reynaldi menyampaikan, daging sapi justru tidak menjadi pilihan utama masyarakat dalam merayakan Lebaran Haji kali ini. Menurut dia, masyarakat justru memperbanyak konsumsi daging ayam. Peningkatan permintaan itu juga tecermin dari harga daging ayam yang melonjak tinggi, bahkan menembus level Rp 45 ribu per kg.
"Justru kami melihat PMK ini membuat masyarakat menghindari mengonsumsi daging karena ada ketakutan dan beralih ke ayam," kata dia.
Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau (PPSKI) Nanang Subendro mengatakan, harga sapi kurban saat ini melonjak karena terdapat kebutuhan ternak yang sehat di tengah wabah PMK. Meski begitu, dia menyampaikan, sapi yang digunakan untuk pemotongan nonkurban tidak ikut mengalami kenaikan harga.
"Harga daging sapi di pasar tradisional seharusnya tetap stabil seperti sebelumnya di kisaran Rp 130 ribu-Rp 140 ribu per kg," katanya.
Nanang menyebut, justru kenaikan harga daging sapi di pasar tradisional akan terjadi setelah Idul Adha. Menurut dia, akan terjadi pengurangan pasokan sapi-sapi gemuk yang siap potong karena telah diserap untuk kegiatan kurban.
Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) mendorong upaya peningkatan produktivitas sapi nasional. Langkah peningkatan produktivitas menjadi keharusan saat ini demi meminimalisasi dampak negatif dari wabah PMK.
Peneliti CIPS Aditya Alta mengatakan, terdapat beberapa faktor yang menghambat produksi sapi lokal. Hal itu antara lain rantai distribusi yang panjang serta transportasi dan logistik berbiaya tinggi karena karakteristik negara kepulauan yang besar.
Aditya menjelaskan, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sapi nasional. Pemerintah, kata dia, dapat memfasilitasi akses peternak kepada teknologi.
Kurangnya informasi pasar telah menghalangi peternak untuk melihat peluang melakukan negosiasi harga yang lebih baik. Pemerintah juga harus memastikan industri peternakan yang kompetitif dengan menghilangkan hambatan perdagangan dan investasi, seperti persyaratan modal minimum untuk investasi baru untuk mengundang lebih banyak investor ke pasar.
#Sobatani sebentar lagi kita akan menjalankan ibadah kurban. Berikut Mintani akan share tips mengolah daging agar tetap aman dikonsumsi selama wabah PMK.
Yuk simak informasinya berikut ini ya. pic.twitter.com/8WYq1C0tYT — Kementerian Pertanian RI (kementan) July 9, 2022
"Dengan lebih banyak perusahaan pengolahan sebagai pembeli potensial, peternak dapat menegosiasikan harga yang lebih baik," ujarnya.
Berikutnya adalah mendorong transfer teknologi melalui kemitraan antara peternak dan perusahaan. Kemitraan dapat membuka akses peternak kepada pasar dan meningkatkan kualitas karena adanya kewajiban untuk menghasilkan daging, susu, atau produk turunannya sesuai standar. Pemerintah juga perlu memastikan ketersediaan pakan sapi berkualitas yang dapat diakses dengan harga terjangkau oleh peternak.
Aditya menyampaikan, walaupun ada surplus pada jumlah hewan kurban, harga sapi kurban tetap naik sebesar 20-40 persen. Kenaikan harga itu karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan peternak untuk pemeriksaan kesehatan, transportasi, dan biaya pakan selama karantina hewan.
Kenaikan harga ditambah dengan kekhawatiran akibat virus PMK. Hal itu juga menyebabkan penurunan permintaan hewan kurban sebesar 30-40 persen di beberapa daerah seperti Aceh, Jawa Tengah, dan Sumatra Utara.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Menjauhi Sifat Pelit
Langkah awal menyembuhkan pelit adalah menyadari sifat itu menjerumuskan diri pada kehinaan.
SELENGKAPNYAPelit, Mabuk Harta, dan Cinta Dunia
Sebab pelit adalah kecintaan pada harta yang berlebihan.
SELENGKAPNYAAncaman Krisis Makin Nyata
Beberapa negara mengalami krisis parah sehingga tak mampu membayar utangnya.
SELENGKAPNYA