Prof KH Nasaruddin Umar | Ilustrasi : Daan Yahya

Khazanah

Motif Migran Muslim ke AS

Kalangan peneliti AS memperkirakan sekitar 4.000 budak yang beragama Islam menyeberang ke AS.

 

OLEH PROF NASARUDDIN UMAR

Catatan Perjalanan Imam Besar Masjid Istiqlal di Amerika Serikat (14)

Dari masa ke masa umat Islam bermigrasi ke AS. Bahkan, sebelum terbentuk negara AS sudah ada komunitas Islam di kawasan Amerika. Migrasi Muslim pertama ke Amerika umumnya didominasi oleh orang-orang yang menginginkan kemerdekaan dari berbagai macam perbudakan.

Pada abad ke-15, pola hidup perbudakan masih terjadi di mana-mana. Di Timur Tengah dan Eropa masih marak terjadi perbudakan. Paruh pertama abad ke-15, Amerika tampil sebagai sebuah negara yang betul-betul membela dan memperjuangkan hak asasi manusia, sebagaimana dijelaskan dalam artikel terdahulu.

Kalangan peneliti AS memperkirakan sekitar 4.000 budak yang beragama Islam menyeberang ke AS. Bahkan, Allan D Austin sudah memperkirakan populasi Muslim di AS dalam tahun 1500-an sudah mencapai tiga juta orang untuk seluruh Amerika saat itu.

 
Pada abad ke-15, pola hidup perbudakan masih terjadi di mana-mana. Di Timur Tengah dan Eropa masih marak terjadi perbudakan.
 
 

Motif dan pola migrasi mereka berbeda-beda. Ada yang lebih menginginkan kemerdekaan dan sebagian lainnya lebih menginginkan kesejahteraan ekonomi. Pola migrasi mereka membawa keluarga menyeberang ke daratan Amerika, selanjutnya menyebar ke beberapa wilayah Amerika, terutama AS.

Sebagian di antara mereka setibanya di AS berpindah agama, tetapi sebagian besarnya masih tetap mempertahankan agama Islam walaupun dalam praktik dan pendalamannya tidak seperti di negeri asalnya. Mereka tidak lagi intensif mengikuti seremoni keagamaan dan mendapatkan pencerahan dari ulama atau guru-guru spiritual di negerinya.

Umumnya mereka dari kelas menengah-bawah yang tidak memiliki pemahaman agama yang mendalam. Meskipun demikian, ada inisiatif mereka untuk mendatangkan tokoh-tokoh Muslim dari negerinya secara bergantian untuk memberikan pembinaan terhadap generasi mudanya yang lahir di perantauan AS.

Komunitas Muslim dari Pakistan, Turki, dan Indonesia, misalnya, lebih memilih menghadirkan imam atau ulama dari negeri asal mereka untuk melakukan pembinaan keagamaan terhadap komunitasnya.

Lain halnya masyarakat Afrika Muslim yang kemudian menjadi cikal bakal American black Muslims, warga Muslim paling awal dan sudah merasa menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan AS. Mereka merasa ikut mendirikan AS dan memang betul-betul mencintai AS.

Disusul kemudian etnik cokelat, seperti keturunan Arab, Palestina, Yaman, Iran, Pakistan, India, Bangladesh, dan belakangan ras putih, seperti Cina, terutama dari Provinsi Xinjiang, Asia Tenggara, seperti Indonesia, Malaysia, Filipina, dan negara-negara Asia lainnya.

 
Mereka pada umumnya mencari tempat yang aman bersama keluarganya dari berbagai konflik internal di negerinya.
 
 

Mereka pada umumnya mencari tempat yang aman bersama keluarganya dari berbagai konflik internal di negerinya. Sebagian mereka masuk ke AS sebagai refuge, yaitu mereka meminta suaka dan perlindungan di AS karena jiwanya dan keluarganya terancam di negerinya.

Pelarian kelompok bertikai di Iran, Palestina, dan Cina paling awal menggunakan pola refuge untuk bertempat tinggal di AS. Selanjutnya, konflik internal di sejumlah negara Muslim pascakemerdekaan mereka banyak menyingkirkan tokoh-tokoh politik.

Motif lainnya ialah mereka mencari pola hidup yang lebih baik di AS. Lahan AS sangat subur dan menjanjikan, sementara tenaga kerja dan warga AS yang mau bekerja sebagai petani masih sangat tidak berimbang dengan luas tanah dan lahan subur AS.

Tidak heran, dalam tahun 1924, sekitar 700 petani dari Punjab, Pakistan, yang umumnya beragama Islam bermigrasi ke AS sebagai petani. Pasca-Perang Dunia II, penduduk beberapa wilayah kekuasaan Uni Soviet memilih bermigrasi ke AS dan di antara mereka banyak yang beragama Islam dan hingga kini masih mempertahankan agamanya.

 
Pada tahun 1924, sekitar 700 petani dari Punjab, Pakistan, yang umumnya beragama Islam bermigrasi ke AS sebagai petani.
 
 

Pola lain mengikuti kebijakan lotteries AS yang memberikan kesempatan orang luar menjadi warga negara AS melalui adu nasib untung-untungan melalui undian lotre. Cara ini banyak juga dimanfaatkan oleh umat Islam dari berbagai negara, termasuk dari Indonesia. Kebijakan ini pernah sangat gencar dilakukan Pemerintah AS guna mengefektifkan negerinya yang luas dengan tenaga kerja yang terbatas.

Belum lagi keinginan sejumlah warga Muslim memilih untuk memperbaiki pendidikan generasi barunya dengan bermigrasi ke AS. Mereka membeli properti dan kemudian hijrah menjadi warga negara AS.

Semula memang sebagai pemilik green card, tetapi lama-kelamaan khususnya generasi yang lahir di AS sudah memperoleh kewarganegaraan tetap.

Optimalisasi AI Berujung Akurasi

Pemanfaatan AI dapat memberikan layanan kesehatan yang holistik kepada pasien.

SELENGKAPNYA

Jalur Pedestrian Bawah Tanah Pertama Diresmikan

Jalur pedestrian bawah tanah pertama di Jakarta ini menunjukkan proses transformasi Ibu Kota.

SELENGKAPNYA

Haji dan Internalisasi Tauhid

Persaksian tauhid tersebut semakin jelas ketika para hamba berthawaf tujuh kali putaran.

SELENGKAPNYA