Kabar Utama
Fasilitas di Arafah Sudah Siap
Petugas kesehatan, obat, dan alat kesehatan siap digeser ke Armuzna.
OLEH A SYALABY ICHSAN dan ALI YUSUF dari Makkah
MAKKAH – Puncak ibadah haji tahun ini tinggal dua hari lagi. Semua fasilitas untuk jamaah haji saat wukuf di Arafah pada Jumat (8/7) telah siap. Pemerintah Indonesia memastikan layanan terus difinalisasi dan dimaksimalkan dengan prioritas tujuan untuk memberukan kenyamanan bagi jamaah sehingga menambah kekhusyukan beribadah.
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas meninjau langsung fasilitas tenda di Arafah yang akan digunakan jamaah haji Indonesia untuk beristirahat saat melakukan wukuf pada 9 Dzulhijjah 1443 Hijriyah. Ikut dalam pengecekan ini, delegasi Amirul Hajj dan Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH). Saat melakukan tinjauan, Menag meminta agar fasilitas AC ditambah dengan kipas untuk menambah kenyamanan.
“AC diusahakan lebih dingin, apakah ditambahi kipas angin besar atau bagaimana, agar jamaah nyaman. Yang penting orientasinya adalah jamaah nyaman. Masih ada waktu dua hari (buat memperbaiki),” ujar Menag di Makkah, Selasa (5/7).
Menag Yaqut juga sempat mencoba kasur busa untuk jamaah saat wukuf. Menurutnya, layanan tahun ini jauh lebih baik dibandingkan musim haji sebelumnya. Hanya saja, dia meminta agar jamaah tak membandingkan fasilitas di Arafah dengan layanan hotel. Terlebih, tenda-tenda tersebut cuma dimanfaatkan untuk sekadar beristirahat bukan menginap. “Jangan bandingkan dengan layanan di hotel karena jelas tidak apple to apple,” kata dia.
Layanan lainnya adalah toilet. Menag melihat itu juga sudah disiapkan lebih banyak, termasuk sejumlah toilet portabel. Ini menurutnya penting agar jamaah tidak lama mengantre, baik saat akan mandi, bersuci, maupun buang hajat. “Saya berharap, toilet portabel juga bisa ditambah untuk jamaah perempuan. Sebab, jumlah jamaahnya lebih banyak dan butuh waktu lebih lama di toilet,” ujar dia.
Selama di Arafah, jamaah akan mendapat layanan katering sebanyak lima kali. Layanan katering juga diberikan 10 kali saat di Mina, dan satu paket snack di Muzdalifah. Katering akan disiapkan dengan menu Nusantara agar jamaah bisa menikmatinya.
“Kami berusaha memberikan layanan terbaik kepada jamaah agar mereka bisa menjalani rangkaian ibadah puncak haji ini secara nyaman, khidmat, dan khusyuk,” ujar Menag.
Di sisi lain, sekitar dua ratus armada bus shalawat yang biasa mengantar jamaah haji Indonesia ke Masjidil Haram dihentikan sejak Senin (4/7) berdasarkan kebijakan Pemerintah Arab Saudi. Armada bus tersebut kini dipindahkan ke Muzdalifah. Kepala Seksi Transportasi Daker Makkah PPIH Arab Saudi Asep Subhan mengatakan, pihaknya bersama otoritas Arab Saudi sudah membuat skema layanan transportasi untuk melayani jamaah saat Armuzna (Arafah, Muzdalifah, Mina).
“Mobil berangsur-angsur dipindahkan dari pool Muzdalifah dan secara otomatis, angkutan bus shalawat dihentikan sementara sampai nanti tanggal 13 Dzulhijjah,” kata dia.
Subhan menjelaskan, pergerakan jamaah saat puncak Arafah mulai 8 Dzulhijjah sudah masuk dalam skenario PPIH Arab Saudi. Jamaah akan bergerak dari Makkah menuju Arafah. Kemudian, mereka kembali dengan rute Muzdalifah. Setelah mabit sebentar, jamaah diantar ke Mina untuk melontar jamarat dan kemudian pulang ke Makkah.
Armada bus pun disiapkan untuk mengantar pergerakan jamaah tersebut. Jamaah diperkirakan mulai berangkat dari Makkah menuju Arafah pada pukul 07.00 pagi hingga pukul 17.00 Waktu Arab Saudi (WAS). Jadwal tersebut, ujar dia, sudah diatur oleh pihak muassasah sebagai penanggung jawab layanan masyair untuk transportasi. “Pergerakan dari Makkah menuju Arafah ada tiga trip perjalanan, ada tiga trip pagi, siang, dan sore,” kata dia.
Menurut Subhan, pihak muasassah akan menyiapkan 16 bus untuk setiap maktab. Jamaah bisa mengetahui peruntukan bus setiap maktab lewat nomor maktab yang sudah dipasang. Untuk mengetahui lokasi dan jadwal pemberangkatan, jamaah diharapkan berkoordinasi dengan ketua kloter masing-masing.
Sebanyak 480 tenaga kesehatan haji (TKH) telah selesai mengikuti apel siaga persiapan Armuzna di Kantor Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah selama dua hari, Senin (4/7) dan Selasa (4/7). Apel ini gelar untuk memastikan kesiapan TKH mengawal jamaah haji di masyair untuk menjalankan ibadah haji di Armuzna.
Kepala Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan Budi Sylvana mengatakan, secara teknis tim kesehatan sudah siap diberangkatkan Armuzna. Petugas kesehatan, obat, dan alat kesehatan serta perbekalan kesehatan (perbekkes) sudah siap digeser ke masyair lokasi Armuzna, Rabu (6/7) malam WAS. “Insya Allah besok sudah ada petugas yang berangkat termasuk obat, alkes, dan perbekkes,” kata Budi.
Ada tiga pesan yang harus dijalankan para TKH sebagai pedoman untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian jamaah haji tahun ini. Yakni pemantauan ketat 30 jamaah haji risiko tinggi (risti), pengetatan skrining kesehatan untuk menentukan safari wukuf, serta melaksanakan gerakan minum bersama dan makan kurma bersama.
“Saya tidak banyak permintaan, hanya tiga hal yang perlu diperhatikan teman-teman di kloter dalam mengawal jamaah di Armuzna,” ujarnya.
Angka kematian jamaah haji menurun
Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi bidang kesehatan mencatat, sejauh ini sudah ada 21 jamaah asal Indonesia yang meninggal dunia pada musim ibadah haji tahun ini. Jumlah kematian ini menurun jika dibandingkan pelaksanaan ibadah haji pada tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Pusat Kesehatan Haji, Budi Sylvana, saat apel siaga dengan tenaga kesehatan haji (TKH) mengatakan, jika melihat data statistik jumlah angka kematian pada jamaah haji, trennya positif. Artinya, kematian jamaah haji sudah dapat dikendalikan sehingga ada penurunan dibandingkan pelaksanaan haji tahun-tahun sebelumnya.
“Sebanyak 21 jamaah haji yang meninggal itu kalau kita lihat secara statistik trennya positif, bahkan tren penurunan kematiannya 300-400 persen dibanding pada tahun-tahun sebelumnya,” kata dia di Makkah, Selasa (5/7).
Budi berharap, ikhtiar semua petugas kesehatan mampu menurunkan angka kesakitan dan kematian jamaah pada ibadah haji tahun ini. Dengan begitu, angka kematian jumlahnya tidak bertambah sampai selesai penyelenggaraan ibadah haji. “Mudah-mudahan bisa konstan, bisa stabil sampai prosesi haji selesai,” katanya.
Dia mengingatkan, semua petugas harus memiliki tujuan yang sama, yakni menurunkan angka kematian di bawah satu per seribu jamaah. Jika semua petugas satu tujuan, tujuan menurunkan angka kematian dapat tercapai. “Saya ingatkan lagi bahwa misi kita angka kematian harus di bawah satu per mil (seribu). Saya tidak akan gunakan angka absolut, kurang dari satu per mil,” katanya.
Budi mengatakan, tahun ini jamaah haji Indonesia memang tidak banyak seperti pada penyelenggaraan ibadah haji tahun lalu. Begitu juga, dengan petugas kesehatan haji yang juga jumlahnya dikurangi.
Dia menambahkan, kedisiplinan para petugas kesehatan dalam menghadapi Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) sangat berpengaruh positif pada kesehatan dan keselamatan jamaah haji. Untuk itu, petugas kesehatan harus terus mengawal kesehatan jamaah haji, agar angka kematian tidak bertambah.
Menurut dia, naik atau turunnya angka kematian pada jamaah haji menjadi indikator sejauh mana ikhtiar para petugas kesehatan mengawal kesehatan jamaah haji. Indikator kesehatan selalu ditunjukkan dengan angka kematian. Untuk itu, semua petugas kesehatan haji harus terus mengawal kesehatan jamaah haji sehingga angka kematiannya bisa terkontrol dengan baik.
“Angka kematian mencerminkan ikhtiar yang kita lakukan. Semakin tinggi kematian jamaah, semakin kurang ikhtiar kita,” katanya.
Kepala Seksi Kesehatan Daker Makkah, Imran S Hamdani mengatakan, ada beberapa yang perlu diperhatikan tenaga kesehatan haji (TKH) sebelum Armuzna, di antaranya mengingatkan jamaah haji untuk beristirahat minimal tiga hari mulai 5 Juli. Sebelum berangkat ke Arafah pada 7 Juli, petugas harus memeriksa kesehatan jamaah haji risiko tinggi (risti) dan cek kelengkapan obat bawaan jamaah risti.
Selain itu, yang perlu dipersiapkan TKH sebelum Armuzna adalah memastikan jamaah dibekali oralit secukupnya, payung, semprotan wajah, masker, dan kacamata. Selain itu, membawa obat kloter untuk kebutuhan Armuzna di KKHI Makkah, terutama obat antihipertensi, antidiabetes, dan cairan termasuk oralit.
Imran mengatakan, jika jamaah sudah sampai Arafah, yang harus dilakukan adalah mengelompokkan 30 jamaah haji paling risti dalam satu tenda agar memudahkan pengawasan. Selanjutnya, memastikan jamaah haji risti minum obat tepat waktu, dan melakukan gerakan minum air bersama satu gelas air atau 200 mililiter setiap jam.
TKH juga diminta memastikan jamaah berada dalam tenda agar terhindar dari sengatan dan hawa udara panas. Jika ada jamaah yang keluar pondokan untuk ke toilet, harus diingatkan untuk menggunakan payung agar mengurangi paparan sengatan matahari. “Lansia harus ditemani ketika ke toilet agar tidak nyasar, yang menyebabkan dehidrasi,” katanya.
Imran mengatakan, jika ada masalah yang terjadi pada jamaah haji, seperti mual, pusing, dan lemas, jangan segan untuk melakukan rehidrasi dengan melakukan infus. Jika memerlukan pertolongan lebih lanjut, jamaah harus segera dievakuasi ke Pos Kesehatan Arafah atau Pos kesehatan satelit Emergency Medical Team (EMT) terdekat.
Sebelum ke Muzdalifah, TKH juga harus tetap mendata 30 jamaah haji paling risti dalam satu bus agar memudahkan pengawasan. Jamaah haji risti harus dipastikan minum obat tepat waktu. Jamaah juga harus dipastikan, membawa air minum dalam kemasan minimal tiga botol ukuran 330 mililiter dan makanan ringan, seperti roti, kurma, dan biskuit.
Hal yang sama juga perlu dilakukan saat jamaah tiba di Mina. Jamaah haji risti yang kelelahan atau sakit agar dibadalkan lontar jumrah Aqabah. Begitu juga, lontar jamarat pada hari tasyrik lainnya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.