Gambar diam yang diambil dari video selebaran yang disediakan oleh layanan pers Kementerian Pertahanan Rusia menunjukkan seorang prajurit Rusia menjaga pos pemeriksaan di wilayah Luhansk, Ukraina, 04 Maret 2022. | EPA-EFE/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY PRESS SE | EPA-EFE/RUSSIAN DEFENCE MINISTRY PRESS SERVIC

Tajuk

Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia

Dampak konflik dua negara di Eropa Timur itu telah meluas menjadi bencana di berbagai negara

Empat bulan sudah perang Ukraina-Rusia berlangsung. Namun, konflik bersenjata itu belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir. Militer Rusia masih terus gencar melakukan agresi. Kini, Rusia memfokuskan agresinya ke wilayah Donbas di Provinsi Luhansk dan daerah sekitarnya.

Perang Ukraina-Rusia tak hanya menewaskan personel militer dari kedua negara. Masyarakat sipil, terutama anak-anak juga menjadi korban akibat perang tersebut. Berdasarkan data Statista, sebanyak 4.113 orang masyarakat sipil, 264 di antaranya anak-anak, tewas akibat konflik tersebut per 30 Mei 2022. Jika tak segera diakhiri, jumlah korban jiwa tentu akan terus bertambah.

Dampak konflik dua negara di Eropa Timur itu telah meluas menjadi bencana di berbagai negara di dunia. Sejumlah negara mengalami krisis pangan dan energi akibat ulah dua negara itu. Bahkan, PBB dalam laporannya yang bertajuk  “Huner Hotspot” menyebut, perang Ukraina-Rusia berpotensi membuat jumlah warga dunia yang akan mengalami krisis pangan akut menjadi 47 juta jiwa.

 
Perang Ukraina-Rusia berpotensi membuat jumlah warga dunia yang akan mengalami krisis pangan akut menjadi 47 juta jiwa.
 
 

Selama ini, baik Ukraina maupun Rusia merupakan lumbung utama gandum dunia. Menurut International Food Policy Research Institute (IFPRI), gandum yang dihasilkan kedua negara itu mencapai sepertiga gandum yang diperdagangkan di pasar global dan sekitar seperempat gandum dunia. Tak heran bila negara-negara yang menjadikan gandum sebagai bahan makan utama tengah dilanda krisis pangan.

Harga minyak dunia pun mengalami gejolak akibat perang tersebut. Masyarakat di berbagai negara di dunia harus menelan pil pahit akibat meroketnya harga bahan bakar minyak (BBM). Kenaikan harga BBM pun telah mendorong terjadinya inflasi akibat beragam komoditas kebutuhan, terutama kebutuhan pokok yang naik tajam.

Warga dunia tentu berharap perang yang terjadi di Ukraina itu segera berakhir. Di tengah harapan besar warga dunia itu, Presiden Joko Widodo membuat kejutan. Akhir bulan ini, Jokowi berencana melakukan kunjungan ke Kiev, Ukraina, dan Moskow, Rusia, untuk bertemu Volodymyr Zelenskyy dan Vladimir Putin.

Menurut Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi, Jokowi akan menjadi pemimpin Asia pertama yang berkunjung ke dua negara yang tengah berseteru itu. Sebagai presidensi G-20 dan salah satu anggota Global Crisis Response Group yang dibentuk Sekjen PBB, kata Retno, Jokowi memilih untuk mencoba berkontribusi, tidak memilih untuk diam.

Mendamaikan Rusia dan Ukraina tentu bukan hal mudah, terlebih masalah yang memicu konflik terbilang kompleks. Namun, kunjungan Jokowi ke negara yang tengah dilanda konflik itu tentu memunculkan harapan akan terwujudnya perdamaian di antara kedua negara. Upaya Jokowi itu, disebut guru besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, sebagai inisiatif untuk menciptakan perdamaian dan menghentikan tragedi kemanusiaan di Ukraina.

 
Kunjungan Jokowi ke negara yang tengah dilanda konflik itu tentu memunculkan harapan akan terwujudnya perdamaian di antara kedua negara
 
 

Kunjungan Jokowi ke Kiev dan Moskow merupakan bentuk kewajiban pemerintah untuk melaksanakan amanat Pembukaan UUD 1945, yakni  ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Karenanya, keputusan Presiden untuk menemui dua kepala negara yang berseteru itu adalah langkah tepat yang patut diapresiasi.

Masyarakat dunia tentu berharap Jokowi sebagai kepala negara yang menganut politik luar negeri bebas dan aktif bisa berperan sebagai juru damai. Indonesia berada pada posisi netral, tak berpihak kepada salah satu negara yang tengah berkonflik. Karenanya, pada peristiwa yang akan dicatat dalam sejarah dunia itu, kita berharap, Jokowi mampu meyakinkan Zelenskyy dan Putin agar segera menghentikan perang.

Publik tentu berharap rencana kunjungan Presiden Jokowi ke wilayah yang dilanda konflik itu bisa berlangsung dengan aman dan lancar.  Keselamatan dan keamanan Presiden harus menjadi perhatian penting. Dan tentu saja, kunjungan tersebut diharapkan dapat membuahkan hasil, yakni terciptanya perdamaian dunia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Indonesia Bisa Jadi Penengah Rusia-Ukraina

Deeskalasi perang Ukraina-Rusia diperlukan sehingga kedua belah.

SELENGKAPNYA

Pemerintah Dinilai Inkonsisten Soal Moratorium DOB

Pemekaran daerah bukan hanya sebatas pembagian wilayah.

SELENGKAPNYA

Mengurai Benang Kusut Dokter Indonesia

Indonesia mengalami ketimpangan distribusi dokter atau maladistribusi.

SELENGKAPNYA