Kabar Utama
Vaksinasi Ternak Lambat, PMK Meluas
Baru 1.571 ekor ternak yang telah divaksinasi PMK dalam kurun sepekan.
JAKARTA – Penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) terus meluas di Tanah Air. Per Selasa (21/6), total sudah 208 kabupten/kota dari 19 provinsi telah ditemukan adanya ternak terinfeksi. Di sisi lain, capaian vaksinasi PMK terhadap ternak berkuku dua yang sudah dimulai Selasa (14/6) pekan lalu masih sangat rendah atau lambat.
Dalam catatan Kementerian Pertanian (Kementan), ternak yang telah divaksinasi dalam sepekan terakhir tercatat sebanyak 1.571 ekor. Sementara penambahan ternak yang terinfeksi dalam dua hari terakhir saja mencapai 4.510 ekor. Total yang terkena PMK per Selasa (21/6) sudah mencapai 214.991 ekor ternak, 1.242 ekor di antaranya mati.
Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta distribusi vaksin dan vaksinasi bagi hewan ternak dipercepat. Dalam rakor pembahasan penanganan PMK, Muhadjir meminta agar percepatan distribusi vaksin mengutamakan daerah prioritas yang terkena wabah cukup parah.
“Sebaiknya percepatan pengadaan vaksin harus segera dilakukan, sebagaimana pemerintah kita menangani Covid-19, dan prioritaskan kepada daerah yang sudah terpapar PMK. Kita harus berburu vaksin, karena kita tidak bisa menunggu terlalu lama untuk mencegah penyebarannya,” kata Muhadjir, Selasa (21/6).
Pada Jumat (17/6) pekan lalu atau sehari setelah 800 ribu dosis vaksin PMK tiba di Tanah Air, Presiden Jokowi meminta vaksin PMK segera disuntikkan kepada hewan ternak berkuku dua agar tak terinfeksi. “Ini yang juga cepet harus segera, kayak Covid-19 lagi, suntikkan cepet, cepet, cepet, supaya bisa lindungi sapi-sapi yang lain,” kata Jokowi.
Pemerintah diketahui telah mempersiapkan pengadaan tiga juta dosis vaksin PMK darurat. Pengadaan tahap pertama vaksin darurat sebanyak 800 ribu dosis dan tahap selanjutnya 2,2 juta dosis. Sebagian vaksin tahap pertama telah tiba pada Ahad (12/6) sebanyak 10 ribu dosis. Pengiriman vaksin berikutnya dari tahap pertama dengan total 800 ribu dosis tiba kembali di Indonesia pada Kamis (16/6).
Menurut Muhadjir, jumlah ini masih kurang untuk mengejar kekebalan kelompok. Setidaknya butuh 12,6 juta dosis vaksin untuk mencapainya. Jumlah tersebut dihitung dari 70 persen populasi ternak, khususnya sapi yang paling banyak terinfeksi PMK. “Populasi sapi di Indonesia saat ini sekitar 18 juta ekor. Maka, untuk mengejar herd immunity, paling tidak 70 persen sapi dari populasi harus sudah divaksin,” kata dia.
View this post on Instagram
Muhadjir Effendy juga meminta agar para peternak yang merugi akibat penyebaran PMK untuk didata. Pendataan itu diperlukan untuk diberikan kompensasi, baik berupa bansos maupun yang lain.
Ia telah mengusulkan hal tersebut dalam rapat koordinasi dengan para menteri terkait belum lama ini. Ia khawatir kerugian peternak akibat PMK akan menambah angka kemiskinan ekstrem. Selain karena ternaknya mati, para peternak juga dirugikan karena tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk menangani PMK.
“Terutama para peternak kecil yang kehilangan ternaknya. Kalau sudah kemiskinan ekstrem, bukannya menanggulangi, tapi malah menambah karena adanya PMK. Ini yang harus diwaspadai,” katanya.
Kalau memang dianggap belum bisa di seluruh Indonesia, mungkin status KLB terbatas bisa untuk provinsi tertentu yang butuh percepatan dulu.
Oleh karena itu, Muhadjir meminta pemerintah agar segera mengeluarkan pernyataan kedaruratan atau Kejadian Luar Biasa (KLB) terhadap penanganan PMK. Dengan harapan, penggunaan anggaran bisa direlaksasi dan aturan yang sangat ketat bisa dipermudah.
“Kalau memang dianggap belum bisa di seluruh Indonesia, mungkin status KLB terbatas bisa untuk provinsi tertentu yang butuh percepatan dulu,” kata Muhadjir.
Pemprov Jawa Barat telah mulai melaksanakan vaksinasi PMK pada Senin (20/6). Pelaksanaan vaksinasi itu salah satunya dilakukan di Kabupaten Garut. Jabar diketahui menjadi provinsi terbanyak kelima dalam penyebaran PMK. Dari sekitar 1.500 dosis vaksin PMK yang diterima Pemprov Jabar, Kabupaten Garut mendapat alokasi sebanyak 200 dosis.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Garut, Sofyan Yani, mengatakan, vaksin yang diterima Kabupaten Garut merupakan produk dari luar negeri dengan nama Aftopor. Vaksin itu langsung disuntikkan kepada hewam ternak di sentra sapi perah, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut.
“Sudah divaksin kemarin, sudah langsung habis. Ini soalnya para peternak juga sudah pada minta. Intinya, ketika ada vaksin, kami pasti akan lakukan vaksinasi,” kata dia.
Di Kabupaten Tasikmalaya, Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan, Heri Kusdiana, mengaku belum mendapat vaksin PMK. “Masih dalam proses pendistribusian. Kebetulan yang Sumedang jadi pilot project,” kata dia.
Ratusan sapi di empat kabupaten di Provinsi Lampung dinyatakan terinfeksi PMK. Namun sampai saat ini, Provinsi Lampung belum mendapat prioritas vaksin PMK. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Lampung Lili Mawarti mengatakan, sebanyak 229 sapi terserang PMK. “Empat sapi mati, 14 sapi dipotong paksa, dan 168 sapi dinyatakan sembuh,” kata Lili Mawarti.
Lili mengaku, Pemprov Lampung belum menerima vaksin PMK dari Kementan. Dia menyebut Lampung belum masuk zona merah PMK, sehingga belum menjadi prioritas daerah penerima vaksin PMK. Namun, Pemprov Lampung telah mengusulkan vaksin PMK segera dikirimkan ke Lampung, untuk mencegah penyebaran PMK lebih luas.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Bandung Gin Gin Ginanjar menyebut jumlah hewan ternak yang terpapar PMK terus bertambah. Sedangkan vaksinasi untuk hewan ternak yang diharapkan masih belum diterima. Vaksinasi untuk hewan ternak di Kota Bandung belum dapat dilaksanakan sebab masih menunggu kuota vaksin. Total 1.500 dosis vaksin yang dibagikan ke Jawa Barat sementara ini hanya untuk wilayah yang memiliki sentra sapi perah.
Gubernur Jabar Ridwan Kamil meminta masyarakat tidak khawatir terhadap PMK pada hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah/2022 Masehi. Ridwan Kamil atau Kang Emil memastikan penanganan terhadap infeksi virus PMK di Jabar dilakukan dengan maksimal, salah satunya dengan mempercepat vaksinasi.
“Masyarakat Jabar tetap tenang, penanganan PMK hewan di Jabar tertangani dengan baik menjelang Idul Adha bulan depan, jangan khawatir,” kata Kang Emil.
Bangkai Ternak Dibuang ke Sungai
Warga Dusun Pamotan, Desa/ Kecamatan Susukan, Kabupaten Semarang, dibuat geger dengan temuan bangkai ternak di aliran Sungai Serang di lingkungan mereka pada Selasa (21/6) pagi. Ada sekitar 50 ekor bangkai ternak yang dibuang di sungai tersebut. Belakangan, bangkai hewan ternak tersebut terindikasi terkena penyakit mulut dan kaki (PMK).
Kepala Desa (Kades) Susukan, Joni Anwar mengatakan, puluhan bangkai hewan ternak tersebut diketahui pertama kali oleh warga pada pukul 05.30 WIB. "Berdasarkan laporan dari kepala dusun setempat, jumlahnya mencapai sekitar 50-an ekor," kata dia, Selasa (21/6).
Temuan puluhan bangkai hewan ternak di sungai yang bermuara di Waduk Kedungombo tersebut langsung dilaporkannya kepada aparat Polsek Susukan ataupun Gugus Tugas Penanganan dan Pencegahan PMK Kecamatan Susukan. Gugus tugas PMK juga langsung mengirim tim ke lokasi temuan bangkai hewan ternak tersebut.
Dinas Peternakan Perikanan dan Pangan (Dispertanikap) Kabupaten Semarang memastikan puluhan bangkai hewan ternak, yang dibuang di aliran Sungai Serang merupakan bangkai hewan ternak yang terindikasi PMK. Hal ini dipastikan dari pemeriksaan secara sampling beberapa bangkai hewan ternak, yang dilakukan oleh petugas tim kesehatan hewan Dispertanikap Kabupaten Semarang di lokasi penemuan.
“Hasil pemeriksaan tim kami menunjukkan bangkai hewan ternak yang dibuang di Sungai Serang ini terindikasi PMK,” kata Kepala Dispertanikap Kabupaten Semarang, Wigati Sunu, yang dikonfirmasi di lokasi penemuan, Selasa (21/6). Selain hasil pemeriksaan, kesimpulan tersebut juga dapat dilihat dari ciri- ciri fisik yang ada pada puluhan bangkai hewan ternak. Ada luka pada mulut dan kuku-kuku yang sudah terkelupas.
Kondisi bangkai hewan ternak sudah menggelembung dan menimbulkan bau busuk menyengat, sehingga diperkirakan sudah mati beberapa hari sebelumnya. “Kemungkinan hewan- hewan ternak ini sudah mati satu hingga dua hari sebelum dibuang di Sungai Serang, wilayah Desa Susukan ini,” katanya menegaskan.
Wigati menyampaikan, hewan ternak yang sudah mati dan dibuang di sungai seluruhnya merupakan kambing. Untuk mengantisipasi agar puluhan bangkai ini tidak meracuni atau bahkan menularkan melalui air sungai, Dispertanikap Kabupaten Semarang telah berkoordinasi dengan Polres Semarang, Kecamatan Susukan, dan pemerintah desa setempat untuk melakukan penanganan.
View this post on Instagram
Bangkai hewan ternak yang tersangkut pada batuan diangkat dari badan sungai, disemprot dengan cairan disinfektan dan kemudian dikubur sesuai dengan SOP penanganan PMK. Sebab, jika tidak diambil, akan bisa menyebarkan virusnya melalui air sungai yang mengalir. Apalagi, air sungai juga dimanfaatkan oleh warga lain untuk ternak- ternak mereka, selain untuk irigasi pertanian.
Kapolres Semarang, AKBP Yovan Fatika HA menegaskan, jajaran Polres Semarang akan mengungkap siapa oknum atau pihak yang tidak bertanggung jawab dan telah membuang hewan ternak terindikasi PMK ke Sungai Serang. Dari hasil pemeriksaan sementara, puluhan kambing tersebut diduga dibuang dari atas jembatan Sungai Serang, di wilayah Dusun Pamotan dengan kendaraan angkut sejenis truk.
Indikasi ini terlihat dengan ditemukannya sisa-sisa jerami yang bercampur kotoran hewan ternak dan masih tercecer di badan jalan, tepat di atas jembatan tersebut.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
PKS-Nasdem Bahas Kandidat
PKS menetapkan kriteria kandidat capres yang berpeluang besar menang.
SELENGKAPNYAMengawal Penerapan Pajak Karbon
Beban pajak karbon akhirnya diteruskan produsen ke konsumen.
SELENGKAPNYADaerah Minta Distribusi Vaksin PMK Dipercepat
Daerah seperti Cirebon bahkan mengalami kekurangan obat PMK.
SELENGKAPNYA