Jurnal Haji
Keterbatasan Fisik Bukan Halangan Jamaah untuk Berhaji
Layanan khusus yang disiapkan Saudi bagi jamaah difabel memudahkan mereka untuk beribadah.
Allah SWT tidak memanggil yang mampu, melainkan memampukan yang dipanggil. Kalimat ini agaknya pas dengan yang terjadi kepada Sudirman, seorang jamaah haji asal Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Atas izin Allah SWT, pria difabel ini akhirnya mampu menginjakkan kaki di Tanah Suci. Postur tubuhnya yang kecil, tidak seperti kondisi fisik orang pada umumnya, bukan penghalang bagi Sudirman untuk memenuhi panggilan ke Baitullah.
Untuk bisa berhaji, Sudirman sudah menunggu selama 12 tahun. Dia rutin menabung Rp 20 ribu sehari dari pendapatannya menjual pulsa.
"Tidak pernah terbayang sebelumnya, apalagi langsung Shalat Jumat di Masjid Nabawi," kata Sudirman seperti dikutip dari Media Center Haji (MCH) di Madinah, akhir pekan lalu.
Ukuran tubuh yang "berbeda" tidak lantas membuat Sudirman ingin diperlakukan berbeda. Dia berangkat ke Tanah Suci bersama tantenya, sedangkan sang istri belum mendapatkan panggilan untuk berhaji.
Ukuran tubuh yang "berbeda" tidak lantas membuat Sudirman ingin diperlakukan berbeda. Dia berangkat ke Tanah Suci bersama tantenya, sedangkan sang istri belum mendapatkan panggilan untuk berhaji.
Dengan kondisinya yang terbatas, dia merasa sangat terbantu selama beribadah di Tanah Suci. Banyak petugas membantu dan memperlakukannya selayaknya keluarga.
"Di sini semua baik, makanan enak, seperti punya keluarga baru,” kata dia. Semangat Sudirman menyempurnakan rukun Islam tak lepas dari motivasi dari kedua orang tuanya. "Jangan patah semangat, pasti ada jalan ke sini," kata dia.
Selain Sudirman, ada juga Amin Jakfar, difabel netra asal Pamekasan, Madura, Jawa Timur. Dia bersyukur mendapat kesempatan berhaji. "Tahun 2011, ibu mendaftarkan tiga orang berhaji yakni saya, adik, dan ibu sendiri," ujarnya di Asrama Haji Embarkasi Surabaya.
Namun dari tiga orang terdaftar itu, hanya dua orang yang masuk daftar haji tahun ini, yaitu dirinya dengan sang adik perempuannya. Ibunya tidak masuk daftar karena telah berusia 66 tahun. Pemerintah Arab Saudi menerapkan aturan yang membatasi jamaah haji tahun ini berusia maksimal 65 tahun.
Layanan khusus dan fasilitas bagi jamaah difabel yang disiapkan Pemerintah Arab Saudi memudahkan mereka untuk beribadah.
Amin dan saudarinya sedih karena tidak bisa berangkat bersama sang ibu. “Tapi, ibu yang justru mendorong kami tetap berangkat berdua karena tak tahu apa yang terjadi tahun depan," kata pria berusia 42 tahun tersebut. Amin tergabung dalam kelompok terbang (kloter) 23 Embarkasi Surabaya yang berangkat ke Jeddah pada 20 Juni 2022.
Layanan khusus dan fasilitas bagi jamaah difabel yang disiapkan Pemerintah Arab Saudi memudahkan mereka untuk beribadah. "Untuk jamaah difabel, kami mmelihat banyak sekali fasilitas yang disiapkan oleh Pemerintah Arab Saudi," kata Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi Arsad Hidayat.
Fasilitas-fasilitas yang tersedia di Masjidil Haram di antaranya skuter matik dan kursi roda yang memudahkan jamaah penyandang difabel untuk melakukan tawaf dan sai. Jamaah haji penyandang difabel bisa mempergunakan skuter matik maupun kursi roda yang ditempatkan di lantai dua dan tiga.
"Sehingga jamaah penyandang difabel tanpa harus kumpul dengan jamaah normal bisa tetap melaksanakan sai," ujarnya.
Pemerintah juga menyiapkan layanan safari wukuf bagi jamaah yang tidak memungkinkan mengikuti proses puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna).
Pemerintah juga menyiapkan layanan safari wukuf bagi jamaah yang tidak memungkinkan mengikuti proses puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Wukuf di Arafah merupakan rukun haji yang paling penting, yang jika luput dilaksanakan maka ibadah haji seseorang tidak sah.
"Pemerintah selalu hadir dan bertanggung jawab mensafariwukufkan seluruh jamaah sakit yang dapat dibawa ke Arafah," kata juru bicara PPIH Kementerian Agama, Akhmad Fauzin.
Layanan safari wukuf disediakan untuk jamaah yang sedang sakit dan masih dapat dibawa ke Arafah menggunakan kendaraan.
Anggota jamaah yang sakit akan mendapat bantuan dan pendampingan dari petugas haji untuk bersuci serta melaksanakan prosesi ibadah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mengawal Penerapan Pajak Karbon
Beban pajak karbon akhirnya diteruskan produsen ke konsumen.
SELENGKAPNYAAneka Trik Berhemat Bensin di Seluruh Dunia
Harga bensin dan solar meroket, yang dipicu perang Rusia di Ukraina dan pandemi Covid-19
SELENGKAPNYAWira-wiri Petugas di Bir Ali
Jamaah laki-laki siap dengan dua lembar kain ihram masing-masing.
SELENGKAPNYA