Internasional
AS Desak India Hormati HAM
Para kritikus menyebut tindakan kebijakan penghancuran sebagai
WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS), Kamis (16/6), mengecam komentar ofensif oleh dua petinggi partai berkuasa di India, Bharatiya Janata Party (BJP). Hal ini mengacu pada komentar tentang Nabi Muhammad SAW dan istrinya oleh dua petinggi BJP, Nupur Sharma dan Naveen Jindal, yang memicu protes dan kecaman.
"Kami mengecam komentar ofensif yang dilontarkan dua petinggi BJP dan kami gembira karena partai tersebut juga mengecam secara terbuka atas komentar tersebut," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price dalam briefing rutin, Kamis.
"Kami secara rutin berhubungan dengan petinggi Pemerintah India terkait keprihatinan soal hak asasi manusia (HAM), termasuk kebebasan beragama dan kepercayaan, dan kami mendesak India untuk terus meningkatkan penghormatan terhadap HAM," kata Price menambahkan.
Pada 26 Mei, pernyataan yang kontroversial disampaikan Sharma di televisi saat berdebat tentang status Masjid Gyanvapi. Jindal mengunggah serta memuji komentar itu di Twitter. Pernyataan itu kemudian mengundang protes dari sekurangnya 16 negara, termasuk Indonesia.
Baru pada 9 Juni, polisi di New Delhi menyatakan, akan melakukan investigasi terhadap Sharma dan sejumlah orang lain. Investigasi, menurut polisi yang dikutip //BBC//, "Berdasarkan analisis media sosial terhadap mereka yang ingin mengusik ketenangan publik dan menghasut orang yang berbeda pandangan."
Pada 12 Juni, BJP men-skorsing Sharma dari partai. Sedangkan Jindal dikeluarkan dari partai. Hingga kini, belum ada pernyataan yang keluar dari pemimpin BJP, Perdana Menteri India Narendra Modi.
Pernyataan Sharma dan Jindal memicu reaksi dari dalam India dan sejumlah negara. Aksi protes yang menyeruak di India berujung pada bentrokan dengan aparat di Ranchi pekan lalu. Polisi melepaskan tembakan dan dua pengunjuk rasa, Mudasir (14 tahun) dan Sahil Ansari (19), tewas.
Kemudian, penahanan dilakukan terhadap sekitar 300 pengunjuk rasa di Negara Bagian Uttar Pradesh, yang dipimpin pendeta garis keras BJP, Yogi Adityanath. Rumah sejumlah orang yang ditahan atau orang yang diidentifikasi sebagai pengunjuk rasa kemudian dibuldoser.
Salah satu dari tiga rumah yang dibuldoser adalah milik aktivis Muslimah, Afreen Fatima dan ayahnya, Javed Ahmad. Aparat beralasan, rumah tersebut dihancurkan karena ilegal. Alasan ini ditampik Fatima. Javed sendiri ditangkap dengan tuduhan sebagai penghasut aksi.
Peradilan 'buldoser'
Pada Kamis, aksi unjuk rasa digelar di sejumlah kota, untuk memprotes "kebijakan buldoser", yang dilakukan aparat India terhadap rumah dan bisnis milik Muslim. Para kritikus menyebut tindakan itu sebagai "peradilan buldoser". Pola ini dinilai terus berkembang yang ditujukan untuk menghukum para aktivis dari kelompok minoritas.
Pada April, pihak berwenang di New Delhi menggunakan buldoser untuk menghancurkan toko-toko milik Muslim. Ini terjadi beberapa hari setelah kekerasan komunal dengan puluhan orang ditangkap. Insiden serupa telah dilaporkan di negara bagian lain.
“Pembongkaran tersebut merupakan pelanggaran berat terhadap norma dan etika konstitusional,” ujar Nilanjan Mukhopadhyay, spesialis politik nasionalis Hindu dan penulis biografi Modi.
“Kalau pembangunannya ilegal, mengapa tidak ada tindakan lebih awal? Mengapa pemerintah menunggu sampai kerusuhan terjadi?” tanya Shaukat Ali dari All India Majlis-e-Ittehadul Muslimeen, sebuah partai politik.
Sebelumnya, enam mantan hakim Mahkamah Agung dan Pengadilan Tinggi serta enam pengacara mengirim surat kepada hakim agung India pada Selasa (14/6). Mereka mendesaknya untuk mengadakan sidang tentang pembongkaran karena tindakan itu ilegal.
"Suatu bentuk hukuman di luar hukum kolektif," ujar pernyataan bersama itu yang menegaskan, Pemerintah Uttar Pradesh menekan perbedaan pendapat dengan menggunakan kekerasan terhadap pengunjuk rasa.
Video Mengejutkan
Sebuah video, yang menunjukkan polisi India memukuli sekelompok Muslim yang ditahan, telah ditonton jutaan orang. Menurut BBC edisi Jumat (17/6), video itu dibagikan di media sosial oleh seorang anggota BJP yang memuji tindakan polisi sebagai "anugerah". Sejauh ini, tidak ada tindakan terhadap para pemukul itu.
"Ini adik saya, mereka memukulinya, dia berteriak begitu keras," kata Zeba kepada BBC. Tangis pun pecah, tangannya bergetar, sementara tangannya memegang telepon seluler, yang menampilkan video pemukulan adiknya, Saif (24 tahun).
Polisi terlihat memukuli sekelompok pria tersebut dengan tongkat. Bunyi sabetan dan gemeretak terdengar diselingi jeritan kesakitan. "Sakit, sakit! Jangan!" kata seseorang di antara mereka, sambil merapat ke dinding.
Saif termasuk dari ratusan pengunjuk rasa yang ditahan polisi India, pekan lalu. Sekurangnya 300 orang ditahan usai bentrokan antara aparat dan pengunjuk rasa yang memprotes komentar kontroversial dua petinggi partai berkuasa, Bharatiya Janata Party (BJP) tentang Nabi Muhammad SAW dan istrinya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Salam untuk Rasulullah
Sejumlah riwayat menyebutkan, barang siapa rajin berziarah ke makam Muhammad SAW pasti akan mendapat syafaatnya.
SELENGKAPNYAJokowi Penentu Pemimpin 2024
Jokowi menginginkan kontinuitas program yang tak bergantung pada figur semata.
SELENGKAPNYAAnies, Ganjar, Andika Jadi Bakal Capres Nasdem
Tiga nama bakal capres usulan Nasdem adalah Anies Baswedan, Andika Perkasa, Ganjar Pranowo.
SELENGKAPNYA