Kabar Utama
Mendag Kaget Harga Bahan Pokok Naik
Zulkifli mengkaji kemungkinan pengemasan minyak goreng curah dengan kemasan sederhana.
JAKARTA -- Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan meninjau ketersediaan dan harga bahan pokok di Pasar Cibubur, Jakarta Timur pada hari pertamanya sebagai menteri, Kamis (16/6). Ia mengaku terkejut melihat para konsumen maupun pedagang yang mengeluhkan kenaikan harga-harga saat ini.
Dalam kesempatan itu, Zulkifli juga melontarkan wacana untuk membuat minyak goreng curah dalam bentuk kemasan. Sementara, para asosiasi pedagang mengaku menantikan langkah konkret mendag baru untuk menyelesaikan persoalan pasokan minyak goreng maupun bahan pokok lainnya.
"Terus terang saya syok. Terasa sekali beban hidup meningkat dan kita tadi lihat langsung harga kebutuhan pokok hampir semua naik, kecuali beras," kata Zulkifli kepada awak media.
Zulkifli melakukan peninjauan di Pasar Cibubur sekitar satu jam. Menurut catatan Zulkifli, harga cabai rawit merah yang paling banyak dikonsumsi masyarakat naik hingga menjadi Rp 110 ribu per kg. Begitu pula dengan cabai merah keriting yang melonjak hingga Rp 95 ribu per kg. "Cabai penyakitnya tiap tahun begitu, padahal sepajang tahun kita bisa tanam cabai," ujarnya.
Komoditas lainnya, yakni harga bawang merah naik sekitar 20 persen menjadi lebih dari Rp 50 ribu per kg. Telur ayam belakangan juga masih stabil tinggi sekitar Rp 29 ribu per kg jika dibandingkan harga rata-rata sebelumnya.
Situasi yang sama terjadi pada bahan pangan impor seperti kedelai dan tepung terigu yang mengalami kenaikan. Namun, khusus untuk kedelai, pemerintah telah sudah menyiapkan subsidi Rp 1.000 per kg untuk para perajin tahu dan tempe, sehingga diharapkan bisa meringankan beban para perajin.
"Tentu kita akan menyelesaikan bersama kementerian terkait. Saya kira juga tidak mudah, apalagi yang menyangkut pangan impor itu tidak mudah," katanya.
Terkait minyak goreng, Zulkifli mengaku mengkaji kemungkinan pengemasan minyak goreng curah dengan kemasan sederhana. Menurutnya, langkah itu akan lebih memudahkan proses distribusi sekaligus menjamin kesehatan masyarakat.
"Model distribusi minyak goreng curah dengan jeriken itu mudah bocor (tercecer) lalu dikemas dengan kantong plastik itu juga tidak sehat," kata Zulkifli.
Ia menuturkan, pendistribusian minyak goreng curah dengan dikemas secara sederhana dari pabrik akan lebih memudahkan dalam proses distribusinya. Hanya saja, ia mengaku untuk menerapkan kebijakan itu tidak mudah.
Harga minyak goreng curah saat ini dipatok sebesar Rp 14 ribu per liter atau Rp 15.500 per kg. Zulhas menuturkan, untung yang diterima pedagang dalam menjual minyak curah tak besar. Sementara, ia menyebut jika ingin mengubah curah dengan kemasan sederhana, terdapat tambahan biaya kemasan sekitar Rp 500 per per liter.
"Nah, dari mana (yang menanggung biaya kemasan) itu? Untung (pedagang) sudah kecil masa pedagang (yang menanggung). Nanti kita pikirkan, kita akan rapat," kata Zulkifli.
Zulkifli menilai pangkal masalah minyak goreng curah curah yang tak kunjung usai ada pada proses distribusi. Karena itu, perlu solusi untuk mengatasi masalah-masalah distribusi agar pasokan stabil dan harganya terjangkau.
Ia menegaskan, rencana mengemas minyak goreng curah dengan kemasan sederhana bukan berarti meniadakan minyak curah dengan harga Rp 14 ribu. "Jadi bukan dihapus, tapi kita mencoba usaha yang lebih bagus."
Persoalan pasokan pangan menjadi pekerjaan rumah utama yang diberikan Presiden Joko Widodo kepada Zukifli. Jokowi seusai melantik menteri dan wakil menteri baru pada Rabu (15/6) mengatakan, dibutuhkan sosok yang membutuhkan pengalaman di lapangan agar dapat melihat langsung persoalan yang berkaitan dengan kebutuhan pokok rakyat. Persoalan ini menjadi perhatian Jokowi karena ketidakpastian global terkait pangan.
Permintaan pedagang
Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) mendukung upaya Mendag Zulkifli Hasan dalam mengatasi persoalan minyak goreng di dalam negeri. Namun, para pedagang menilai langkah pertama yang harus dilakukan dan jadi fokus adalah memastikan ketersediaan minyak goreng.
"Kita setuju upaya yang ditempuh (untung minyak goreng) tapi sekali lagi, persoalan yang kita hadapi adalah pasokan distribusinya," kata Ketua Umum Ikappi Abdullah Mansuri kepada Republika, Kamis (16/6).
Mansuri meminta setiap kebijakan minyak goreng yang akan diambil harus melalui sosiasliasi, diskusi, dan uji komunikasi ke semua pihak. "Karena kalau saklek, kami kira ini juga bukan solusi. Seperti dulu minyak goreng kemasan ditetapkan harganya, tapi barang tidak ada," katanya.
Sekretaris Jenderal Ikappi Reynaldi Sarijowan menambahkan, segmentasi konsumen minyak goreng di pasar tradisional masih terpolarisasi. Kalangan menengah ke bawah masih lebih nyaman membeli minyak goreng curah.
Meski begitu, pihaknya tak memungkiri peredaran minyak goreng curah lambat laun akan berganti dengan model kemasan. "Masyarakat kita itu ada yang masih beli minyak goreng setengah atau seperempat liter. Jadi ini butuh waktu, pelan-pelan sih pasti bisa, yang penting banjiri saja dulu pasar," kata dia.
Ia lalu mengkritik sistem pembelian minyak goreng curah saat ini yang harus melalui pemindaian KTP konsumen. Reynaldi mendukung keinginan pemerintah yang ingin mencegah adanya panic buying atau bahkan penimbunan minyak goreng oleh konsumen. Namun, cara pemindaian KTP dinilainya masih sulit diterapkan di pasar.
"Seharusnya ya dibiarkan saja masyarakat bebas berbelanja, toh panic buying itu tidak akan terjadi di pasar kecuali di ritel modern," ujar dia.
Induk Koperasi Pasar (Inkoppas) mendukung adanya perubahan mekanisme penjualan minyak goreng dari curah menjadi kemasan sederhana. Langkah itu dinilai akan memudahkan sistem penjualan dan meringankan beban biaya yang harus dikeluarkan oleh pedagang.
"Itu adalah salah satu yang harus dilakukan oleh menteri perdagangan yang baru," kata Sekretaris Jenderal Inkoppas Ngadiran kepada Republika, Kamis (16/6). Ia menjelaskan, penjualan minyak goreng curah yang harganya dipatok Rp 14 ribu per liter saat ini hanya memberikan keuntungan yang kecil. Padahal, beban biaya yang harus dikeluarkan besar.
Di sisi lain, perdagangan minyak goreng curah rentan akan penyelundupan bahkan dipalsukan sebagai minyak kemasan yang berharga lebih tinggi. Faktor kesehatan dari minyak curah juga perlu menjadi perhatian bagi pemerintah. Meski demikian, Ngadiran menilai butuh keberanian dari pemerintah untuk melakukan langkah itu.
Pemerintah harus bersikap tegas terhadap kebijakan minyak goreng dan memastikan para pabrikan menyuplai pasar domestik terlebih dahulu. "Penentu kebijakan tidak boleh takut dengan oligarki dan rakyat yang dijadikan korban," katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.