Tajuk
Atasi Wabah PMK pada Ternak
Pemerintah harus bisa menjamin ketersediaan hewan ternak yang sehat pada Idul Adha.
Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak masih belum reda. Bahkan, gejala kasusnya terus naik.
Di Cirebon, Jawa Barat, misalnya, saat ini wabah PMK terus meluas, dan sudah lebih dari 15 kecamatan telah melaporkan adanya ternak yang terjangkit PMK. Tercatat, sudah ada 899 ekor ternak yang terdiri atas 819 sapi dan 80 ekor kerbau, tertular PMK. Dari jumlah tersebut, ternak yang sudah sembuh berjumlah 45 ekor, sedangkan 22 ekor dipaksa dipotong, ada juga yang mati, dan sisanya masih dilakukan penanganan.
Di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, telah ditemukan pula 973 hewan suspek PMK karena mempunyai gejala terinfeksi virus yang menyerang mulut dan kaki ternak itu. Bupati Bantul Abdul Halim Muslih mengatakan, kasus PMK pada hewan ternak sudah menjadi pandemi karena sebarannya telah meluas dan ditemukan di banyak daerah.
Di daerah lain banyak juga kasus serupa terjadi dengan skala yang berbeda. Penanganannya pun berbeda-beda.
Wabah PMK ini tentu meresahkan. Bukan hanya pada pemilik ternak, melainkan juga masyarakat yang akan mengonsumsi ternak.
Untuk menahan laju PMK pada ternak, Kementerian Pertanian mulai kemarin melakukan vaksinasi secara nasional. Kegiatan itu dimulai dari Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kementan mendatangkan secara bertahap total 3 juta dosis vaksin PMK dari Prancis. Tahap pertama sebanyak 800 ribu dosis didistribusikan pada Selasa (14/6).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah mengatakan, vaksinasi massal secara nasional merupakan salah satu tindakan yang dilakukan permanen dan upaya serius pemerintah dalam rangka pencegahan dan pengendalian PMK, melalui pengebalan hewan yang rentan PMK.
Vaksin tahap pertama ini akan diprioritaskan untuk ternak yang sehat dan berada di zona merah dan kuning. Karena jumlah vaksin kita saat ini masih terbatas, hanya ternak terpilih yang akan divaksin.
Wabah PMK ini tentu meresahkan. Bukan hanya pada pemilik ternak, melainkan juga masyarakat yang akan mengonsumsi ternak.
Ditambah lagi, Idul Adha semakin dekat, kurang dari sebulan. Kebutuhan hewan kurban pada Idul Adha sangat tinggi. Tentu hewan ternak yang sehat. Ternak yang terjangkit PMK berat, menurut fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) tak layak dijadikan hewan kurban.
Karena itu, kita berharap, penanganan wabah PMK ini ditangani secara serius. Selain vaksinasi massal secara nasional, perlu ada langkah-langkah penanggulangan lain yang efektif mengadang wabah.
Proram vaksinasi tentu terbatas. Rencana pengadaan 2 juta dosisn vaksin PMK jika seluruhnya bisa didatangkan juga tak sebanding dengan jumlah ternak yang ada. Jadi, mengandalkan wabah PMK pada program vaksinasi saja tidak cukup.
Penanganan wabah PMK juga berkejaran dengan waktu. Karena pada saat yang bersamaan, kebutuhan ternak yang sehat meningkat menjelang Idul Adha. Pemerintah harus bisa menjamin ketersediaan hewan ternak yang sehat pada Idul Adha.
Pemerintah harus bisa menjamin ketersediaan hewan ternak yang sehat pada Idul Adha.
Kita berharap, pemerintah bisa mendapatkan solusi yang tepat untuk menangani wabah PMK. Juga mempunyai solusi untuk penyediaan ternak yang sehat saat Idul Adha.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kemenkeu Naikkan Target Rasio Pajak
Penerimaan negara tahun ini diperkirakan tumbuh 15,3 persen.
SELENGKAPNYATawa Mega di Sarinah
Mega mengucap syukur melihat relief Sarinah telah dipugar kembali oleh Kementerian BUMN.
SELENGKAPNYA'Investasi Telkomsel ke GoTo tak Langgar Kode Etik'
Tak ada catatan kerugian dari nilai investasi Telkomsel di GoTo jika mengacu pada harga saham.
SELENGKAPNYA