Internasional
India Hancurkan Rumah Pengunjuk Rasa
Yogi berjanji akan mengambil langkah berdasarkan National Security Act (NSA).
NEW DELHI -- Pihak berwenang di Negara Bagian Uttar Pradesh, India telah menghancurkan rumah beberapa orang yang dituduh terlibat dalam bentrokan. Selama akhir pekan, Kepala Menteri Negara Bagian Uttar Pradesh, Yogi Adityanath, memerintahkan para pejabat untuk menghancurkan tempat-tempat yang diklaim ilegal dan rumah orang-orang yang dituduh terlibat kerusuhan.
"Ketegasan akan ditegakkan untuk melawan elemen kerusuhan yang mencoba menghancurkan atmosfer negeri ini. Orang tak bersalah tidak akan diusik, orang yang bersalah tidak akan lolos," kata Yogi yang dikutip the Hindustan Times, edisi Ahad.
The Hindustan Times juga menyebutkan, Yogi mengatakan akan ada "tindakan hukum" terhadap orang yang disebutnya "pembuat onar" dalam masyarakat beradab. Ia juga menyatakan akan mengambil langkah berdasarkan National Security Act (NSA) atau Undang-Undang Keamanan Nasional.
Salah satu rumah yang dihancurkan pada Ahad (12/6) adalah milik orang tua dari aktivis hak-hak Muslim perempuan. Sang pemilik rumah dituding pemerintah sebagai dalang kerusuhan.
Kediaman dua orang lainnya yang dituduh melempar batu setelah shalat Jumat juga dihancurkan. Penasihat komunikasi Yogi, Mrityunjay Kumar, mencicit foto buldoser yang menghancurkan sebuah bangunan. Para pemimpin oposisi menuding pemerintahan Yogi sedang mengejar metode yang tidak konstitusional untuk membungkam pengunjuk rasa.
Kerusuhan ini dipicu oleh pernyataan politisi partai nasionalis Bharatiya Janata Party (BJP) pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi. BJP mengaku telah menangguhkan juru bicaranya, Nupur Sharma, dan memecat politisi Naveen Kumar Jindal. Keduanya melontarkan komentar yang menghina Nabi Muhammad, sehingga menyebabkan pertikaian diplomatik dengan beberapa negara Muslim.
Di dalam India, Muslim telah turun ke jalan dalam beberapa pekan terakhir. Kelompok-kelompok Muslim menuntut penangkapan terhadap Sharma dan Jindal. Sementara beberapa kelompok Hindu garis keras mencap mereka sebagai politisi pemberani dan nasionalis.
Polisi di Uttar Pradesh menangkap lebih dari 300 orang sehubungan dengan kerusuhan tersebut. Beberapa komunitas Muslim minoritas India melihat komentar tersebut sebagai contoh terbaru dari tekanan dan penghinaan di bawah aturan BJP tentang berbagai isu anti-Islam, mulai dari kebebasan beribadah hingga pemakaian jilbab.
Pada Ahad, Jindal mengatakan keluarganya menghadapi ancaman terus menerus. Beberapa pengikut Jindal mengatakan sebuah bom dijinakkan di dekat kediamannya di Ibu Kota New Delhi. Sejauh inj Perdana Menteri Modi belum mengomentari kerusuhan komunal tersebut.
Di Negara Bagian West Bengal, pihak berwenang memberlakukan undang-undang darurat yang melarang pertemuan publik di distrik industri Howrah hingga 16 Juni. Sedangkan pemimpin BJP di West Bengal, Sukanta Majumdar, menuduh negara tetangga Bangladesh menghasut kekerasan di negara bagian tersebut.
Pernyataan anti-Islam oleh dua politisi BJP telah membuat sejumlah negara Muslim geram. Qatar, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Oman, Iran yang merupakan mitra dagang utama India, mengajukan protes diplomatik untuk menuntut permintaan maaf dari pemerintah Modi atas komentar tersebut.
Bahas Islamofobia
Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) Hissein Brahim Taha melakukan pembicaraan via telepon dengan Menteri Luar Negeri Pakistan Bilawal Bhutto Zardari, Ahad (12/6). Mereka membahas tentang meningkatnya Islamofobia di India, termasuk isu baru-baru ini, yakni penghinaan terhadap Nabi Muhammad oleh dua juru bicara Bharatiya Janata Party (BJP), partai yang sedang berkuasa di negara tersebut.
Saat berbicara dengan Zardari, Taha mengaku prihatin atas kesengsaraan tak berujung yang dihadapi umat Muslim di India. “OKI sensitif terhadap tren Islamofobia yang berkembang dan kebutuhan untuk menganbil tindakan kolektif guna memeranginya,” ujar Taha, menurut pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri Pakistan, dikutip laman Yeni Safak.
Sementara itu Zardari menilai, penghinaan yang dilakukan dua juru bicara BJP terhadap Nabi Muhammad telah sangat melukai sentiment umat Islam di seluruh dunia. “Upaya klarifikasi BJP dan tindakan ‘disiplin’ yang terlambat serta asal-asalan terhadap individu yang bertanggung jawab tidak dapat meredakan rasa sakit serta penderitaan yang mereka sebabkan ke dunia Muslim,” ucapnya.
Zardari pun mengutuk aksi kekerasan yang dilakukan kepolisian India saat umat Islam di sana menggelar aksi protes terhadap BJP setelah menunaikan salat Jumat pekan lalu. Dia kemudian menyerukan OKI untuk segera mencari tahu faktor-faktor yang memperparah Islamofobia di India.
Selain itu, Zardari turut mendesak OKI dan negara anggotanya untuk meningkatkan upaya guna melindungi kehidupan, martabat, properti, budaya, warisan, dan kebebasan beragama Muslim di India. Awal bulan ini, dua juru bicara BJP, yakni Nupur Sharma dan Naveen Kumar Jindal, membuat pernyataan yang menghina Nabi Muhammad. Komentar mereka segera memicu gelombang kecaman, tak hanya di internal India, tapi juga dari negara-negara Muslim.
Pemerintah India mengatakan, pernyataan mereka tidak mencerminkan pandangan resmi mereka. New Delhi mengklaim, sudah ada “badan terkait” yang mengambil tindakan tegas terhadap kedua politisi BJP tersebut.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Antisipasi Ancaman Krisis Pangan Global
Diversifikasi ke pangan lokal menjadi salah satu solusi ancaman krisis pangan bagi Indonesia.
SELENGKAPNYAJamaah Haji Bergerak ke Makkah
Sebanyak 753 jamaah haji RI gelombang satu mulai diberangkatkan ke Makkah.
SELENGKAPNYABerburu Raudhah
Jika tidak diatur, agak ngeri membayangkan padatnya Raudhah pada musim haji ini.
SELENGKAPNYA