Nusantara
Subvarian Baru Diduga tak Picu Kenaikan Kasus Covid-19
Selain mampu menghindari sistem imun, BA.4 dan BA.5 mampu menurunkan kadar antibodi.
JAKARTA -- Subvarian virus korona omikron BA.4 dan BA.5 ternyata sudah masuk ke wilayah DKI Jakarta sejak 15 Mei 2022. Meski sudah hampir sebulan berselang, tapi belum ditemukan lonjakan kasus dengan subvarian tersebut.
Tenaga Ahli Menteri Kesehatan Andani Eka Putra mengatakan, sejauh ini sudah ada empat kasus positif BA.4 dan BA.5 di DKI Jakarta. Kasus pertama adalah positif BA.5 dari sampel pasien yang masuk pada 15 Mei.
Kasus kedua dan ketiga merupakan positif BA.5 dari sampel pasien pada tanggal 24 Mei. Kasus keempat adalah positif BA.4 dari sampel pasien pada 2 Juni.
"Jadi, BA.4 dan BA.5 sudah ditemukan di Jakarta sejak 15 Mei, walaupun baru dilaporkan pada 6 Juni karena hasil (uji WGS) baru keluar tanggal segitu," kata Andani, Ahad (12/6).
Andani mengatakan, jika dilihat dari posisi mutasi subvarian omikron, tampak bahwa BA.4 dan BA.5 mirip dengan BA.2. Adapun BA.2 sebelumnya tak memicu ledakan kasus di Indonesia. "Hal ini menunjukkan bahwa risiko ledakan kasus itu kecil karena dia mirip BA.2," ujar Andani.
Sejauh ini, kata dia, varian korona yang berhasil membuat ledakan kasus di Tanah Air adalah delta dan omikron asli. Lonjakan akibat delta terjadi pada periode usai Lebaran 2021, sedangkan omikron asli menjadi biang kerok kenaikan kasus pada periode pascalibur Nataru 2021.
"Saya tidak yakin apakah BA.4 dan BA.5 akan mampu menimbulkan peningkatan kasus seperti omikron di awal-awal dulu. Saya kurang terlalu yakin karena polanya mirip BA.2," kata kepala Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas itu.
Selain itu, Andani juga menyatakan bahwa peningkatan kasus dalam beberapa waktu terakhir tak ada kaitannya dengan omicron BA.4 dan BA.5.
Kasus baru Covid-19 di Tanah Air kembali ke angka di atas 500 per hari sejak 7 Juni hingga hari ini. Di sisi lain, tercatat sudah ada delapan kasus omicron BA.4 dan BA.5 di Bali dan Jakarta per 6 Juni, yang salah satu kasus di antaranya merupakan sampel dari pasien tanggal 15 Mei. "Kita belum melihat hubungan peningkatan kasus itu dengan penemuan BA.4 dan BA.5," ujarnya.
Meski begitu, kata Andani, pernyataannya barulah hipotesis awal. Untuk memastikan, dirinya harus melihat hasil tes WGS dua pekan ke depan terlebih dahulu. "Bisa saja saya salah. Hal ini akan dibuktikan lewat data dalam 1-2 pekan ke depan," ujarnya.
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr Erlina Burhan mengatakan, sebenarnya BA.4 dan BA.5 lebih menular. Berdasarkan hipotesis banyak peneliti dunia, diketahui BA.4 dan BA.5 lebih cepat menular karena kemampuannya menghindari sistem imun tubuh (escape immunity). "Kemungkinan lebih cepat dibandingkan omikron BA.1 dan BA.2," kata Erlina.
Selain mampu menghindari sistem imun, kata Erlina, BA.4 dan BA.5 ini mampu menurunkan kadar antibodi. Hal ini diketahui dari sebuah riset yang meneliti kadar antibodi pada pasien BA.4 dan BA.5 yang telah mendapat vaksinasi Astrazeneca dan Pfizer.
Penelitian itu, kata dia, juga menemukan bahwa BA.4 dan BA.5 bisa menginfeksi ulang orang yang sudah pernah terinfeksi virus korona. "Jadi memang salah satu keunggulan BA.4 dan BA.5 ini adalah menghindari sistem imun. Karena itu vaksin saja tidak cukup, harus disertai dengan protokol kesehatan," katanya.
Kenaikan kasus Covid-19 yang terjadi tiga pekan terakhir disebut Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama belum membahayakan. Namun, kenaikan kasus patut menjadi alarm kewaspadaan.
"Ini adalah alarm kewaspadaan, mudah-mudahan dengan penanganan yang tepat di hari-hari ini maka situasi akan dapat lebih terkendali. Kenaikan kasus ini juga menunjukkan bahwa masih cukup banyak unpredictibility dalam hal Covid-19 ini, di Indonesia dan di dunia," kata Tjandra, Sabtu (11/6).
Ia menyarankan pemerintah segera melakukan analisis untuk mengetahui penyebab kenaikan. Apakah karena BA.4 dan BA.5 atau masih merupakan dampak libur Lebaran yang sudah hampir dua bulan berlalu. "Atau ada sebab lain," tanya Tjandra.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Menyoal Komitmen Indo-Pasifik AS
Ini jelas membuktikan AS merupakan kekuatan ekonomi utama di Indo-Pasifik.
SELENGKAPNYAMelanjutkan Momentum Pemulihan
Laju pertumbuhan ekonomi pada 2022 bisa lebih kencang dibandingkan 2021.
SELENGKAPNYATahapan Pemilu 2024 Segera Dimulai
Pemilu 2024 menelan anggaran Rp 76 triliun, naik tiga kali lipat dibanding pemilu sebelumnya.
SELENGKAPNYA