Internasional
WHO: Data Covid-19 dari Cina ‘Hilang’
Hilangnya data ini akan menambah keraguan kemungkinan menentukan asal-usul virus Covid-19.
JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (9/6) mengatakan, penyelidikan terbarunya tentang asal-usul Covid-19 tidak dapat disimpulkan, karena data dari Cina hilang. Ini menjadi pukulan bagi upaya WHO untuk menentukan bagaimana pandemi bermula.
Laporan dari panel ahli WHO mengatakan, semua data yang tersedia menunjukkan virus korona baru yang menyebabkan Covid-19 mungkin berasal dari kelelawar. Data yang hilang dari Cina terkait dengan kasus pertama yang dilaporkan pada Desember 2019. Dengan demikian, WHO tidak mungkin untuk mengidentifikasi secara pasti bagaimana virus pertama kali ditularkan ke manusia.
Hilangnya data ini akan menambah keraguan tentang kemungkinan untuk menentukan bagaimana dan di mana virus itu muncul. Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, mengirim surat kepada kepada Pemerintah Cina sebanyak dua kali pada Februari tahun ini, untuk mencari informasi lebih lanjut.
Asal mula pandemi, yang telah menewaskan sedikitnya 15 juta orang, tak kunjung ditemukan. Para ilmuwan mengatakan, penting untuk menetapkan asal-usul pandemi dan penyebaran virus korona sehingga dapat mencegah wabah serupa di masa depan.
Tim di panel yang dikenal sebagai Kelompok Penasihat Ilmiah untuk Asal-Usul Patogen Novel (SAGO) mengatakan, penyelidikan mengenai asal-usul virus korona tidak mungkin dilakukan karena kurangnya data. Mereka juga mengakui ada tantangan dalam menyelidiki asal-usul virus korona. Salah satunya rentang waktu yang cukup lama setelah wabah awal muncul, sehingga identifikasi semakin sulit. Meski demikian, SAGO akan terus melanjutkan penyelidikan.
"Semakin lama, semakin sulit jadinya. Kami berutang pada diri kami sendiri, kami berutang kepada jutaan orang yang meninggal dan miliaran orang yang terinfeksi," ujar pejabat senior WHO, Maria Van Kerkhove.
Kerkhove menambahkan, WHO akan mendukung semua upaya berkelanjutan untuk lebih memahami bagaimana pandemi dimulai. Laporan SAGO mengatakan, tidak ada informasi baru yang diberikan tentang kemungkinan bahwa SARS-CoV-2 diperkenalkan ke manusia melalui insiden kebocoran di laboratorium. Namun, SAGO mempertimbangkan semua data ilmiah yang masuk akal.
Perselisihan politik telah mengganggu penyusunan laporan bersama WHO-Cina yang diterbitkan pada Maret 2021. Termasuk catatan kaki yang menguraikan bagaimana anggota panel dari Brasil, Cina, dan Rusia tidak setuju dengan studi lebih lanjut terkait hipotesis kebocoran virus di laboratorium.
WHO mengatakan, membuat kerangka kesimpulan tentang asal-usul wabah di masa depan merupakan tujuan utama SAGO. "Monkeypox atau cacar monyet adalah ilustrasi betapa kita membutuhkan kerangka kerja global ini untuk mengetahui bagaimana patogen di masa depan muncul," ujar Co-chair SAGO, Jean-Claude Manuguerra.
Laporan SAGO juga mencakup daftar panjang rekomendasi untuk studi lebih lanjut yang dapat menjelaskan tentang asal-usul Covid-19. Di antaranya mencari informasi tentang kasus paling awal di Wuhan, Cina, serta studi lebih lanjut seputar pasar hewan di Wuhan yang sejak dini diidentifikasi sebagai lokasi potensial loncatan virus ke manusia.
Laporan 2021 menyebut kebocoran laboratorium "sangat tidak mungkin" dan menyarankan teori yang paling masuk akal adalah penularan virus dari hewan. Laporan intelijen Amerika Serikat (AS) mengatakan, kedua teori itu tetap masuk akal, meskipun terkesan terlalu diarahkan pada hal-hal alami.
Cina memprotes
Pada Jumat (10/6), Cina menentang teori dari WHO mengenai kemungkinan virus korona berasal dari kebocoran laboratorium di Cina. Mereka menuding teori tersebut didasari motif politis.
Juru bicara Kementerian Luar negeri Cina Zhao Lijian juga menolak tudingan bahwa Cina tidak bekerja sama penuh dalam investigasi asal-usul virus. Menurut dia, Cina menyambut penyelidikan yang berdasarkan sains, tapi menentang manipulasi yang bersifat politis.
Zhao bahkan mengulangi seruan agar ada investigasi terhadap “laboratorium yang amat mencurigakan, seperti di Fort Detrick dan University of North Carolina“ di AS. Namun, Zhao tidak menyebutkan bukti ketika ia menuding bahwa AS mengembangkan virus korona sebagai senjata biologis.
“Teori kebocoran sepenuhnya dusta yang disulut kekuatan anti-Cina demi kepentingan politis, yang tidak ada hubungannya dengan sains,” kata Zhao dalam briefing harian.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Covid-19 Masih Terkendali
Menkes membenarkan adanya empat kasus mutasi SARS-CoV-2 omikron baru dari subvarian BA.4 dan BA.5 di Indonesia.
SELENGKAPNYAInternalisasi Nilai-Nilai Kemabruran Haji
ibadah haji merupakan dambaan umat Islam yang selalu diinginkan.
SELENGKAPNYAPDIP tak Tergoda Manuver Elite Parpol
PDIP memilih fokus memperkuat internal partai lewat konsolidasi dan pelatihan.
SELENGKAPNYA