Pedagang melayani pembeli bawang merah di pasar tradisional Kota Lhokseumawe, Aceh, Rabu (8/6/2022). | ANTARA FOTO/Rahmad

Ekonomi

Produksi Bawang Turun Drastis

Terdapat fenomena alam yang tak biasa terjadi di sentra bawang merah wilayah pantai utara Jawa.

JAKARTA -- Cuaca ekstrem yang terjadi dalam beberapa waktu terakhir turut berdampak pada penurunan produksi bawang merah nasional. Dampak berupa lonjakan harga hingga ke level konsumen pun tidak terbendung.

Di sisi lain, permintaan bawang merah tengah mengalami kenaikan seiring pulihnya aktivitas ekonomi nasional. Sekretaris Jenderal Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Ikhwan Arif menuturkan, kondisi cuaca yang dirasakan pada pertengahan tahun ini jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

"Penurunan produksi di bulan April-Mei kemungkinan hampir 80 persen. Sedangkan permintaan masyarakat sedang meningkat hampir 60 persen. Jadi ini mengagetkan," kata Ikhwan kepada Republika, Jumat (10/6).

Menurut dia, terdapat fenomena alam yang tak biasa terjadi di sentra bawang merah wilayah pantai utara Jawa. Pada periode saat ini, biasanya terdapat siklus kecepatan angin dari arah barat yang cukup tinggi. Tahun ini, siklus itu tidak terjadi. 

"Dan, kalau orang laut (nelayan) bilang, itu menandakan akan terjadi banjir rob dan ikan akan melimpah. Itu kejadian, sentra bawang kebanjiran harga mahal, tapi harga ikan sekarang murah. Itu berdasarkan kejadian," kata Ikhwan.

photo
Petani membersihkan hasil panen bawang merah di Desa Salu Dewata, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, Sabtu (7/5/2022). - (ANTARA FOTO/Arnas Padda)

Harga bawang merah dari tingkat petani sudah naik lebih dari Rp 30 ribu per kilogram, lebih tinggi dari harga biasa di bawah Rp 20 ribu per kg. Petani terpaksa menaikkan harga agar bisa mempertahankan usahanya di tengah kegagalan produksi.

Terlepas dari fenomena alam yang terjadi, Ikhwan menyebut area pertanaman bawang merah terus mengalami kenaikan. Khusus sentra di Brebes, Jawa Tengah telah dilakukan penanaman seluas 15 ribu hektare. Luasan tanam itu diharapkan optimal dengan produktivitas normal sekitar 8 ton-10 ton per hektare.

Rata-rata produksi tahunan bawang merah nasional bisa mencapai 1,2 juta ton. Sedangkan, total permintaan setahun masih sekitar 800 ribu ton. Dengan kata lain, Indonesia saat ini sudah dalam posisi swasembada bawang merah.

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan Tommy Nugraha menuturkan, kendala yang dihadapi oleh komoditas bawang merah sama halnya seperti yang terjadi pada cabai. Komoditas pangan hortikultura sangat sensitif terhadap curah hujan yang tinggi karena secara langsung berdampak pada kualitas dan kuantitas hasil panen petani.

photo
Pedagang berjualan bawang merah di Pasar Remu, Kota Sorong, Papua Barat, Rabu (18/5/2022). Harga bawang merah di Kota Sorong mengalami kenaikan dari Rp 45 ribu menjadi Rp 100 ribu per kilogram akibat kelangkaan bawang merah di daerah tersebut karena keterlambatan muatan kapal laut dari daerah asal yaitu Makasar dan Surabaya. - (ANTARA FOTO/Olha Mulalinda/wsj.)

Tommy tidak bisa menjelaskan seberapa besar potensi penurunan produksi bulan ini sekaligus kemungkinan produksi yang dihasilkan. Meski demikian, ia memastikan Kementan terus melakukan pendampingan bagi para petani bawang merah di wilayah-wilayah sentra.

"Kita memberikan bantuan dengan gerakan pengendalian hama penyakit untuk mempercepat proses tanam untuk mengganti tanaman yang rusak," ujarnya.

Harga bawang merah di sejumlah daerah tembus hingga lebih dari Rp 50 ribu per kilogram. Adapun, mengacu pada Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, rata-rata harga nasional per Jumat (10/6) mencapai Rp 46.500 per kg, terus mengalami kenaikan dari hari-hari sebelumnya. "Faktor cuaca ekstrem sangat berpengaruh terhadap produksi," kata Tommy.

Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan mengatakan, bawang merah menjadi satu dari tiga komoditas pangan pokok yang sedang mengalami kenaikan harga. Kemendag mencatat, pasokan harian bawang merah di pasar-pasar yang dipantau Kemendag diperkirakan sebesar 581 ribu ton. Pasokan itu lebih rendah 3,92 persen dari rata-rata pasokan normal.

photo
Perkembangan Indeks Harga Konsumen Mei 2022 - (BPS)

Berdasarkan pantauan di beberapa sentra produksi seperti Nganjuk, Demak, dan Probolinggo, masa panen telah berakhir pada Mei dan saat ini tengah memasuki masa tanam. Alhasil, pasokan berkurang. "Pasokan diperkirakan kembali normal pada masa panen raya Juli-September," kata Oke dalam laporan harian Kemendag.

Pedagang di Pasar Besar Kota Malang mengeluhkan harga cabai dan bawang merah yang naik tajam. Menurut salah satu pedagang, Agus Salam, kenaikan ini mulai dirasakan sejak Lebaran 2022.

Agus mengatakan, semua jenis cabai mengalami kenaikan harga. Harga cabai rawit naik dari Rp 35 ribu sampai Rp 40 ribu menjadi Rp 90 ribu per kg. "Cabai besar sekarang harganya Rp 80 ribu dari harga Rp 25 ribu sampai Rp 30 ribu," ucap pria berusia 47 tahun ini kepada Republika di Pasar Besar Kota Malang, Kamis (9/6).

Harga bawang merah juga mengalami kenaikan. Komoditas ini semula dihargai Rp 40 ribu per kg, lalu naik menjadi Rp 50 ribu per kg. Harga bawang putih masih stabil di kisaran Rp 20 ribu per kg.

Berdasarkan laporan yang diterima, kenaikan cabai dan bawang ini diakibatkan cuaca. Cuaca yang tak menentu menyebabkan tanaman mudah rusak. Pengepul lebih memprioritaskan pasokan cabai dan bawang merah ke luar kota yang kebutuhannya cukup besar.

Akibat kondisi tersebut, pemasukan Agus dan para pedagang lainnya ikut terpengaruh. Penjualan cabai rawit yang biasanya habis 40 kg menjadi 30 kg per hari. Begitu pula dengan bawang merah yang semula acap terjual hingga satu kuintal menjadi 70 kg.

"Jadi menurun. Kayak orang-orang belanja juga terpaksa mengurangi. Biasanya langganan satu kilogram, jadi cuma setengah kilo atau tiga perempat," ucap pria asli Malang ini.

Agus berharap harga semua komoditas di pasar bisa kembali normal. Sebab, tidak hanya cabai dan bawang, tetapi harga sayuran juga ikut terdampak akibat cuaca. Hal ini diperparah dengan harga minyak goreng yang masih cukup tinggi.

Kenaikan harga sejumlah komoditas nyatanya memberikan dampak negatif bagi pedagang nasi bungkus lalapan di Lowokwaru, Kota Malang, Nyoman Idawati. Dia mengaku keberatan dengan adanya kenaikan harga pada cabai. Kondisi ini membuatnya mengurangi ukuran olahan dan tingkat kepedasan makanannya.

Sejak harga cabai naik, Nyoman juga tidak berani membeli komoditas tersebut dengan takaran besar. Saat ini, dia hanya bisa membeli cabai sekitar seperempat kg, bukan setengah kg seperti sebelumnya. "Ini jadinya omzet turun setelah ada kenaikan komoditas itu, turun 20 persenan. Tapi nggak ngitung berapa rupiahnya, yang jelas turun karena kan bebannya naik dari bahan pangannya," ucapnya. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

PBB: 1,6 Miliar Orang Terimbas Perang Rusia-Ukraina

Orang dengan rawan pangan dapat menembus angka 323 juta pada akhir 2022.

SELENGKAPNYA

Vaksin BUMN Mulai Uji Klinis Fase Ketiga

Vaksin BUMN menggunakan teknologi Subunit Protein Rekombinan.

SELENGKAPNYA

Faktor Malcolm X

Malcolm X betul-betul seorang figur pemersatu dari kelompok minoritas.

SELENGKAPNYA