Perencanaan
Menjaring Nilai Manfaat Daring
Pembaruan dan transformasi digital diperlukan di berbagai bidang agar mendapatkan nilai lebih dari pemanfaatannya.
OLEH SHELBI ASRIANTI
Perbaikan perekonomian terjadi setelah pandemi Covid-19 melanda dalam beberapa tahun ini. Banyak hal yang mengalami perubahan, terutama dalam berbagai industri dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Perubahan itu terjadi demi menyesuaikan dengan situasi yang begitu dinamis selama pandemi. Bentuknya berupa strategi dengan cara pengembangan produk, inovasi dan penggalian kreativitas, serta kolaborasi berbagai pihak.
Dalam proses ini, teknologi digital menjadi hal yang tak dapat dimungkiri manfaatnya di masyarakat. Orang dari berbagai kalangan usia dan lintas generasi mengandalkan aplikasi dan perangkat digital di berbagai lini. Mereka menggunakannya untuk melamar pekerjaan, mencari informasi, mengakses hiburan, kegiatan belajar-mengajar, kesehatan, hingga berbelanja. Tidak sedikit pula tur wisata dan konser dihelat secara virtual.
Pakar pemasaran Yuswohady mencermati bahwa setelah pandemi mulai mereda, pemanfaatan berbagai kanal daring dan digital masih dilakukan. Meski begitu, banyak orang juga sudah kembali melaksanakan kegiatan secara luring seperti sebelum pandemi merebak. Artinya, pemanfaatan teknologi digital kini berdampingan dengan kegiatan fisik.
Dia mencontohkan, sekolah yang selama pandemi berlangsung daring kini mulai menjalani tatap muka. Namun, beberapa sesi kelas masih memanfaatkan pertemuan virtual. Lalu, pada bidang kesehatan, telemedisin saat pandemi juga kini tidak ditinggalkan. Begitu juga orang yang ingin menonton di bioskop, masih banyak yang tetap menggunakan layanan streaming.
Berbelanja pun semakin aktif lewat e-commerce walau sudah banyak masyarakat yang pergi ke mal atau restoran favorit. "Keduanya coexist, punya masing-masing kepentingan dan keunggulan. Konsumen pada akhirnya akan memilih berdasarkan value, mana yang memudahkan dan memberikan benefit lebih," kata Yuswohady kepada Republika, Senin (6/6).
Kelebihan dari pemanfaatan teknologi digital adalah memudahkan aktivitas sehari-hari. Praktis, cepat, memangkas biaya, dan efisiensi waktu. Rapat virtual, misalnya, bisa mempertemukan banyak orang tanpa mereka harus melewati kemacetan dan mengeluarkan biaya menuju lokasi tertentu.
Akan tetapi, Yuswohady menyoroti kelemahan mendasar dari teknologi digital. Alumnus Manajemen Keuangan Universitas Indonesia itu mengatakan bahwa pengalaman dari sesuatu yang dilakukan secara virtual tidak autentik.
Pria yang pernah menjadi sekretaris jenderal Indonesia Marketing Association (IMA) itu berpendapat, ada beberapa hal yang pengalamannya tidak bisa tergantikan oleh aktivitas daring. Contoh nyatanya adalah berwisata.
Pemasaran atau promosi suatu lokasi wisata bisa saja via digital, dengan gambar mendetail yang diambil menggunakan drone, bahkan memanfaatkan teknologi augmented reality. Namun, wisata virtual tak sama dengan wisata sesungguhnya. "Pengalamannya sama sekali berbeda, menurut saya, pariwisata tidak bisa di-online-kan. Pengalaman digital tidak merangsang seluruh pancaindra," ujar Yuswohady.
Bagaimanapun, tambah dia, kini seluruh aspek kehidupan manusia tidak bisa lepas dari digitalisasi. Contohnya, kondisi ini memicu berbagai inovasi, termasuk konsep metaverse, teknologi imersif, dan cara pemasaran produk. "Ini sudah menjadi keniscayaan, konsumen semakin digital dalam semua aspek sehingga marketer mau tidak mau mengarah ke tren tersebut."
Pembaruan pun dinilai perlu dilakukan di ranah pendidikan, termasuk perguruan tinggi. Dewan Pengarah Badan Riset Inovasi Nasional Marsudi Kisworo menilai transformasi digital sangat penting untuk meningkatkan kualitas kampus. "Kalau tidak beradaptasi, kampus sendiri akan terdisrupsi dan ditinggalkan," ungkap Marsudi saat menjadi pembicara di webinar SEVIMA.
Kiat transformasi digital ala Marsudi adalah memahami permasalahan di kampus guna memetakan solusi digital yang diperlukan. Lewat transformasi digital, mengelola kelas dan pelaporan justru semakin murah dan mudah.
Ketua Aliansi Pendidikan Vokasional Seluruh Indonesia (Apvokasi) itu menyarankan pula mengubah pola pikir. Akademisi harus siap dengan perubahan, menyederhanakan pekerjaan, mengubah kebiasaan menjadi lebih maju dan kompeten, serta menjaga keamanan di ekosistem digital.
Menurut Marsudi, keamanan menjadi poin penting agar tidak dimanfaatkan oleh pihak yang tak berkepentingan. Cara pengamanannya adalah setiap pengguna bertanggung jawab mengamankan masing-masing datanya. "Setiap sumber daya manusia harus mengubah mindset-nya. Transformasi budaya yang lebih maju dan kompeten dilakukan agar bisa melakukan manajemen informasi yang lebih baik," kata Marsudi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
BUM-Pes Topang Kemandirian Pesantren
BUM-Pes diyakini bisa berdampak besar terhadap kesejahteraan bangsa.
SELENGKAPNYAKomisi PBB: Israel tak Berniat Akhiri Pendudukan Palestina
Kemlu Israel memprotes laporan yang dirilis komisi penyelidikan Dewan HAM PBB.
SELENGKAPNYACina Resmi Danai Pembangunan Pangkalan Militer Kamboja
Menteri Pertahanan Kamboja menampik kekhawatiran Cina akan membangun pangkalan militer.
SELENGKAPNYA