Kabar Utama
Muslim Indonesia Diajak Tahan Diri
OKI meminta India tegas menyelesaikan penghinaan terhadap Nabi Muhammad dan Islam.
JAKARTA – Gelombang protes terkait pernyataan politisi India dari partai penguasa Bharatiya Janata Party (BJP) yang menghina Nabi Muhammad semakin membesar. Meski semua umat Islam di dunia marah atas pernyataan tersebut, Muslim di Tanah Air diajak untuk menahan diri dan tidak terpancing melakukan pembalasan.
Sekretaris Dirjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) Muhammad Fuad Nasar mengecam dan menyayangkan komentar politisi sekelas juru bicara BJP India yang menghina Islam dan Nabi Muhammad SAW. Meski marah, ia meminta umat Islam dan umat beragama di Indonesia tetap menjaga harmoni dan toleransi agar tidak terprovokasi dengan perkataan itu.
“Kita mengapresiasi respons Kementerian Luar Negeri RI yang telah memanggil Duta Besar India untuk Indonesia berkenaan dengan isu tersebut. Toleransi dan kerukunan antarumat beragama di Indonesia wajib dijaga dengan ucapan dan tindakan yang tidak menyakiti umat beragama lain,” kata Fuad, Rabu (8/6).
Menurutnya, India adalah negara yang besar serta memiliki sejarah panjang terkait toleransi dan harmoni antarumat beragama, terutama antara umat Hindu dan Muslim. Politisi BJP Nupur Sharma diminta banyak belajar dari tokoh-tokoh besar di India yang dihormati dan disegani, terutama karena toleransi dan keteladanannya di mata dunia.
Grocery stores in Gulf Arab nations close off aisles with Indian products #BoycottIndianProducts #إلا_رسول_الله_يا_مودي #مقاطعة_المنتجات_الهندية pic.twitter.com/PXT9SD0BPG — Abdul Majeed (majeed_pk) June 5, 2022
“Belajarlah dari pemimpin utama India Mahatma Gandhi dan Sarojini Naidu, penyair terkenal India. Meski dia seorang Hindu yang taat, secara terbuka lewat pernyataan dan tulisannya mereka mengagumi kebesaran Nabi Muhammad,” ujar dia.
Pekan lalu BJP menangguhkan keanggotaan juru bicara Nupur Sharma dan memecat kepala jaringan media Naveen Kumar Jindal setelah negara-negara Muslim meminta Pemerintah India memohon maaf atas penistaan. Sejumlah negara mayoritas Muslim juga memanggil duta besar India sebagai bentuk protes atas pernyataan anti-Islam dalam acara debat.
Qatar, Arab Saudi, Oman, Uni Emirat Arab, Indonesia, Afghanistan, Pakistan, dan Iran merupakan negara-negara yang sudah menyampaikan protes resmi. Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang terdiri dari 57 negara anggota mengatakan penghinaan muncul dalam konteks meningkatnya atmosfir kebencian terhadap Islam dan pelecehan sistematis pada Muslim di India.
OKI juga mengangkat isu-isu lain, seperti pembongkaran properti Muslim India dan meningkatnya kekerasan yang mereka alami. OKI meminta pihak berwenang India untuk secara tegas menangani insiden pencemaran nama baik dan segala bentuk penghinaan terhadap Nabi Muhammad dan Islam.
“Bawa mereka yang menghasut dan melakukan kekerasan terhadap Muslim ke pengadilan dan meminta pertanggungjawaban yang berada di belakang mereka,” tulis pernyataan resmi OKI.
Juru bicara Kemenlu India Shri Arindam Bagchi menolak komentar Sekretariat OKI yang dinilai tidak beralasan dan berpikiran sempit. Bagchi menyebut pernyataan politisi BJP itu tidak mencerminkan pandangan Pemerintah India. Dia menuding Sekretariat OKI membuat komentar yang menyesatkan dan nakal.
“Ini hanya memperlihatkan agenda memecah belah yang dikejar atas perintah kepentingan pribadi. Kami akan mendesak Sekretariat OKI untuk berhenti mengejar pendekatan komunal dan menunjukkan rasa hormat kepada semua keyakinan dan agama,” ujar Bagchi.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian tiba di New Delhi pada Rabu (8/6) untuk pembicaraan bilateral dengan India. Kunjungan ini yang pertama bagi pejabat tinggi negara anggota OKI setelah penistaan terhadap Nabi Muhammad yang memicu amarah negara mayoritas Muslim. Iran secara resmi telah memanggil duta besar India di Teheran untuk menyampaikan protes atas pernyataan Sharma dan Jindal.
Kelompok Muslim India mengatakan, ini pertama kalinya tokoh-tokoh luar negeri yang berpengaruh berbicara melawan apa yang mereka sebut pelecehan terhadap masyarakat minoritas. “Suara kami akhirnya didengar, hanya para pemimpin dunia yang dapat mendorong pemerintah Modi (perdana menteri India) dan partainya untuk mengubah sikap mereka pada Muslim,” kata pengelola organisasi sipil masyarakat Muslim di Mumbai, Ali Asghar Mohammed.
Selama pemerintahan Modi, tekanan terhadap Muslim India semakin keras. Mereka bahkan mulai dilarang mengenakan hijab di luar kelas. Selain itu juga terdapat bentrokan Hindu-Islam setelah kerusuhan mematikan pada 2019 dan 2020.
Walaupun BJP membantah adanya peningkatkan ketegangan komunal selama rezim Modi, tapi partai penguasa memperkuat kelompok-kelompok Hindu garis keras dalam beberapa tahun terakhir dengan alasan membela keyakinan mereka sendiri. Hal tersebut menyebabkan sentimen anti-Islam meningkat tajam.
BJP yang memiliki 110 juta anggota merupakan partai politik terbesar di dunia. Sementara 13 persen dari 1,35 miliar penduduk India adalah Muslim. Petinggi BJP pun telah meminta anggotanya untuk berhati-hati saat berbicara tentang agama.
“Kami tidak ingin pejabat partai berbicara dalam cara yang melukai sentimen komunitas agama. Mereka harus memastikan doktrin partai disebarkan dengan cara yang elegan,” kata seorang petinggi BJP dan menteri federal di New Delhi, dikutip Aljazirah.
Dalam laporan tahunan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat mengenai kebebasan beragama di seluruh dunia disebutkan, sepanjang 2021 kekerasan terhadap anggota masyarakat minoritas termasuk penyerangan, pembunuhan, dan intimidasi terjadi di India. Pada Senin (6/6), Kementerian Luar Negeri India mengatakan pernyataan dan cicitan yang menghina tidak mencerminkan pandangan Pemerintah India.
“Kami tidak dilarang berbicara mengenai isu-isu agama yang sensitif, tapi kami tidak boleh menghina prinsip dasar agama apa pun,” kata juru bicara BJP Gopal Krishna Agarwal.
Boikot Produk India
Beragam cara dilakukan oleh umat Islam di berbagai negara sebagai buntut penghinaan terhadap Nabi Muhammad. Swalayan di Kuwait memboikot produk-produk India sebagai protes atas penghinaan terhadap Rasulullah oleh dua politikus partai penguasa, BJP.
Pekerja di toko Al Ardiya Co-Operative Society tampak menumpuk teh dari India dan produk lainnya ke dalam troli. Di swalayan di luar Kota Kuwait, karung beras dan rak rempah-rempah dan cabai ditutupi dengan lembaran plastik. Tanda-tanda tercetak dalam bahasa Arab tertulis, "Kami telah menghapus produk India".
“Kami, sebagai orang Muslim Kuwait, tidak menerima penghinaan terhadap Nabi (Muhammad),” kata Nasser al Mutairi, CEO toko tersebut seperti dikutip laman TRT World, Rabu (8/6).
Seorang pejabat di bidang rantai pasokan mengatakan, boikot seluruh perusahaan tengah dipertimbangkan. Arab Saudi, Qatar, dan negara-negara lain di kawasan itu serta Universitas Al Azhar yang berpengaruh di Kairo telah mengutuk pernyataan penghinaan terhadap Nabi dan istrinya, Aisyah, dalam debat TV oleh juru bicara BJP Nupur Sharma. Sejak itu ia dinonaktifkan dari jabatannya.
Juru bicara BJP lainnya dan kepala media Partai Delhi Naveen Kumal Jindal dikeluarkan dari partai sayap kanan atas komentar yang dia buat tentang Nabi Muhammad di Twitter. Uni Emirat Arab (UEA) menjadi negara terbaru yang menyuarakan kecaman atas pernyataan tersebut.
Pihak UEA mengatakan, pernyataan itu bertentangan dengan nilai dan prinsip moral dan kemanusiaan. Kementerian Luar Negeri UEA menggarisbawahi perlunya menghormati simbol-simbol agama dan melawan ujaran kebencian.
Dalam kritik lebih lanjut terhadap pejabat India, Dewan Kerja Sama Teluk, kelompok payung untuk enam negara Teluk, mengutuk, menolak, dan mencela komentar politisi India itu. Negara-negara Teluk adalah tujuan utama bagi pekerja luar negeri India. Terhitung 8,7 juta dari total 13,5 juta di seluruh dunia. Mereka juga importir besar produk dari India dan tempat lain. Kuwait mengimpor 95 persen makanannya, ungkap menteri perdagangan.
Selama bertahun-tahun, Muslim India sering menjadi sasaran dalam segala hal, mulai dari gaya makanan dan pakaian mereka hingga pernikahan antaragama. Kelompok hak asasi manusia, seperti Human Rights Watch dan Amnesty International, telah memperingatkan bahwa serangan dapat meningkat.
Ditangkap
Polisi di India utara menangkap seorang pemimpin pemuda dari BJP bernama Harshit Srivastava, Rabu (8/6). Dia ditangkap di Kota Kanpur, menyusul ketegangan komunal pekan lalu selama protes oleh umat Islam untuk mengecam komentar anti-Islam dan penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW.
“Kami menangkap politisi lokal karena membuat pernyataan menghasut terhadap Muslim,” kata pejabat polisi senior, Prashant Kumar.
Kumar menyatakan, setidaknya 50 orang ditahan, menyusul ketegangan di Kanpur. Kerusuhan sporadis dilaporkan di bagian lain negara itu setelah hinaan terhadap Nabi Muhammad oleh juru bicara BJP Nupur Sharma selama debat di televisi.
BJP menyatakan, Srivastava telah diskors dari partai. Sementara juru bicara lain, Naveen Kumar Jindal, dikeluarkan atas komentar tentang Islam di media sosial.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Energi Bersih Kepentingan Bersama Australia dan Indonesia
Wawancara khusus dengan Menteri Industri dan Sains Australia Ed Husic
SELENGKAPNYATantangan Besar pada Laga Perdana Skuad Garuda
Timnas Indonesia harus beradaptasi dengan cuaca panas Kuwait.
SELENGKAPNYASaudi Cabut Larangan Kunjungan ke Indonesia
Pencabutan larangan ini hasil pembicaraan sebelumnya antara Indonesia dan Arab Saudi.
SELENGKAPNYA