Kabar Utama
Puluhan Ribu Warga Mengungsi Akibat Banjir Rob
Ribuan warga telah dievakuasi dan kini sudah menempati beberapa titik pengungsian di sekitar wilayah Desa Sriwulan
JAKARTA — Bencana banjir rob melanda sejumlah daerah pesisir di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Musibah ini mengakibatkan puluhan ribu warga mengungsi, merusak perahu nelayan, hingga membuat objek pariwisata ditutup sementara.
Di Jawa Tengah, banjir rob akibat pasang air laut tidak hanya dirasakan warga di pesisir utara Kota Semarang. Masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Demak juga terdampak banjir pasang. Di wilayah Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, misalnya, ada ribuan rumah terdampak banjir rob parah setelah dua titik tanggul Sungai Miyong jebol.
Sebanyak 2.000 rumah yang tercatat tergenang banjir rob di Desa Sriwulan, Kecamatan Sayung. Salah satu dampak terparah akibat jebolnya tanggul Sungai Miyong terpantau di permukiman Perumahan Pondok Raden Patah. “Dua tanggul yang jebol tersebut terjadi pada Senin (23/5) malam,” kata Kepala Desa Sriwulan, Zamroni, saat dikonfirmasi, Selasa (24/5).
Menurut Zamroni, sekitar 10 ribu jiwa harus mengungsi karena genangan air mencapai ketinggian 1 meter hingga 1,5 meter. “Selain memanfaatkan tempat atau lokasi yang relatif tinggi dan aman dari genangan, warga juga mengungsi di sejumlah tempat ibadah,” katanya.
Untuk penanganan terhadap warga yang mengungsi, lanjutnya, Pemerintah Desa (Pemdes) Sriwulan telah menggelar penanganan darurat bencana banjir rob. Upaya evakuasi juga dilakukan untuk membawa warga dari lokasi genangan yang cukup parah.
Langkah penanganan darurat ini dilakukan untuk meminimalkan jatuhnya korban jiwa. Untuk membantu pemenuhan kebutuhan para pengungsi, dapur umum telah didirikan di sejumlah titik. “Dapur umum telah kami siapkan dan petugas untuk mendistribusikan makanan kepada para pengungsi dan warga yang terdampak banjir rob di wilayah desa kami,” ujarnya.
Zamroni mengatakan, warga berharap tanggul yang jebol segera diperbaiki. Limpasan air yang masuk ke kawasan permukiman juga diharapkan bisa segera dipompa ke badan sungai. “Hingga saat ini, ribuan warga telah dievakuasi dan kini sudah menempati beberapa titik pengungsian di sekitar wilayah Desa Sriwulan,” ungkapnya.
View this post on Instagram
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melalui Pusat Meteorologi Maritim menyatakan, fenomena pasang air laut dipengaruhi oleh fase bulan purnama dan kondisi yang disebut perige (jarak terdekat bulan ke bumi). Hal itu menyebabkan banjir di pesisir.
Kepala Pusat Meteorologi Maritim Eko Prasetyo MT mengatakan, potensi banjir pesisir, termasuk di pesisir Jawa Tengah, masih berpotensi terjadi pada Rabu (25/5). Banjir rob berpotensi terjadi di wilayah, antara lain, pesisir Pantai Tegal, Wonokerto-Pekalongan, Pantai Sari- Pekalongan, Pantai Batang, Pantai Tawang (Kendal), Pelabuhan Tanjung Emas (Semarang), Jalan Raya Genuk (Semarang-Demak), Pantai Karang Tengah (Demak), dan Pantai Rembang.
Selain faktor curah hujan di beberapa wilayah, lanjut Eko, terjadinya gelombang tinggi di Laut Jawa yang mencapai 1,25-2,5 meter juga memberikan dampak terhadap peningkatan banjir rob di wilayah pesisir Jawa Tengah tersebut. Ketinggian banjir pesisir berbeda di tiap wilayah.
Secara umum, kondisi tersebut dapat mengganggu aktivitas keseharian masyarakat di sekitar pelabuhan dan pesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di permukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk menyiapkan upaya mitigasi dan adaptasi untuk mengantisipasi dampak dari banjir pesisir tersebut serta memperhatikan perkembangan informasi cuaca maritim dari BMKG.
Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi mengatakan, sebanyak 8.000 kepala keluarga (KK) yang tersebar di enam lingkungan rukun warga (RW) di Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang, terdampak banjir rob. Berbagai penanganan terhadap warga terdampak terus dilakukan, termasuk dukungan penanganan dari Satuan Kerja (Satker) Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Pemali-Juwana di kawasan permukiman warga yang masih terdampak.
“Khususnya di dua titik yang ditengarai tanggulnya mengalami jebol, yakni di kawasan Lamicitra dan ujung wilayah RW 01, Kelurahan Tanjung Mas," kata Wali Kota Semarang Hendrar Prihadi, Senin (23/5) malam.
Untuk penanganan darurat, pemkot akan segera memasang tanggul darurat dari karung berisi pasir guna menahan limpasan air pasang. Karung-karung tersebut hingga malam hari kemarin terus didistribusikan sebanyak mungkin.
Di Provinsi Jawa Barat, banjir rob melanda pesisir di Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon, dan Kabupaten Indramayu, Senin (23/5) sore hingga malam. Kondisi itu membuat ratusan rumah warga dan objek wisata terendam.
Di Kabupaten Cirebon, banjir rob menerjang Blok Karang Glinding, RT 03 dan RT 04, RW 06, Desa Mundu Pesisir, Kecamatan Mundu, Kabupaten Cirebon. Ketinggian banjir rob yang merendam rumah warga berkisar antara 20-40 sentimeter.
“Banjir rob mulai terjadi (Senin) pukul tiga sore (15.00 WIB) dan surut pukul 19.30 WIB,” ujar Iswandi, ketua RT setempat.
Iswandi mengatakan, sebanyak 150 unit rumah warga terendam banjir rob. Jumlah warga yang terdampak tercatat sebanyak 1.035 jiwa atau 250 kepala keluarga.
Selain di pesisir Kabupaten Cirebon, banjir rob juga menerjang pesisir Kota Cirebon di waktu yang hampir bersamaan. Di Kota Cirebon, rob menerjang lima RW di tiga kelurahan. “Banjir rob sekitar pukul 14.00 WIB dan surut sekitar pukul 18.40 WIB,” kata Kepala Pelaksana BPBD Kota Cirebon Khaerul Bahtiar.
Khaerul menyebutkan, ketinggian genangan banjir bervariasi antara 10-40 sentimeter. Selain menggenangi rumah warga, banjir rob juga merendam jalan dan masjid.
Untuk warga yang terdampak, di RW 07 ada 120 KK atau 480 jiwa, di RW 10 ada 162 KK atau 648 jiwa, di RW 09 ada 125 KK atau 500 jiwa, di RW 08 ada 105 KK atau 420 jiwa, dan RW 03 ada 10 KK atau 40 jiwa.
Sementara itu, di Kabupaten Indramayu, rob menerjang pesisir Pantai Karangsong. Air naik sekitar pukul 15.00 WIB dan langsung meninggi hingga menggenangi objek wisata Pantai Karangsong, jalan raya, dan permukiman warga.
Direktur CV Pancora Jaya, Muhammad Royani, selaku pengelola objek wisata Pantai Karangsong, mengatakan, banjir rob yang parah sebelumnya pernah terjadi pada 2018 dan 2020. “Rob yang sekarang lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya,” kata Royani, Selasa (24/5).
Royani mengatakan, pada Selasa, banjir rob kembali terjadi. Namun, ketinggian rob tidak separah pada Senin (23/5) sore.
Gelombang tinggi air laut juga membuat puluhan perahu nelayan yang ditambatkan di Pantai Minajaya, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, rusak berat dan hilang. Akibatnya, mayoritas nelayan setempat tidak bisa melaut.
"Dari data sementara, jumlah perahu yang berada di Pantai Minajaya, Desa Pasiripis, Kecamatan Surade, rusak berat, karam, maupun hilang mencapai 71 unit. Untuk perinciannya yakni hilang sebanyak 36 unit dan rusak berat sekitar 35 unit dan kemungkinan jumlahnya masih akan terus bertambah," kata salah seorang pemilik perahu yang beroperasi di Pantai Minajaya, Ambari, di Sukabumi, Selasa.
Akibat gelombang tinggi, dirinya harus kehilangan empat perahu. Gelombang tinggi di laut selatan Kabupaten Sukabumi mulai terjadi pada Selasa sekitar pukul 03.00 WIB.
Saat kejadian, di Pantai Minajaya banyak perahu yang ditambatkan dan mayoritas nelayan serta pemilik perahu terlelap tidur. Para nelayan yang baru saja bangun dari tidurnya langsung dikejutkan dengan kondisi perahu mereka yang sudah hancur lebur karena diterjang gelombang tinggi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Memperkuat Dewan HAM
Sejak dibentuk, efektivitas Dewan HAM belum signifikan. Namun, cukup menjanjikan untuk mendorong pelaksanaan HAM lebih baik.
SELENGKAPNYAMitigasi Krisis Pangan
Beberapa negara berpotensi menghadapi kelaparan panjang jika ekspor Ukraina tak seperti semula.
SELENGKAPNYA