Kabar Utama
Tiga Besar Tercapai
Peringkat tiga besar SEA Games dicapai dengan kontingen yang lebih ramping.
JAKARTA -- Perhelatan SEA Games XXXI/2021 Vietnam telah usai. Kontingen Indonesia menutup pesta olahraga terakbar di kawasan Asia Tenggara dengan finis di tiga besar perolehan medali. Capaian ini sesuai dengan target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo.
Indonesia membawa pulang 251 medali dari Vietnam, terdiri atas 69 emas, 92 perak, dan 90 perunggu. Sementara, tuan rumah Vietnam dengan torehan 206 emas, 124 perak dan 113 perunggu. Adapun posisi kedua ditempati Thailand yang mengoleksi 92 emas, 101 perak, dan 135 perunggu.
Peringkat yang dicapai pada SEA Games 2021 Vietnam merupakan capaian terbaik Indonesia dalam lima edisi terakhir SEA Games, setelah menjadi juara umum saat menjadi tuan rumah pada 2011. Pemerintah tidak secara tegas menyebut target jumlah medali pada SEA Games Vietnam, tapi beberapa kali mengungkapkan ingin menyamai atau mendekati torehan SEA Games 2019. Kala itu, tim Merah Putih meraih 72 emas, 84 perak, dan 111 perunggu.
Jumlah medali yang diraih memang masih di bawah torehan SEA Games 2019. Namun, prestasi di SEA Games Vietnam bisa dibilang lebih baik dan efisien karena jumlah atlet yang dikirim hanya sekitar 60 persen dari jumlah saat SEA Games 2019.
Jumlah atlet yang dikirim Indonesia di SEA Games kali ini menjadi yang terkecil, yakni 499 atlet yang berkompetisi di 32 cabang olahraga. Pada SEA Games 2013 di Nay Pyi Taw, Myanmar, Kontingen Indonesia berkekuatan 621 atlet dan berakhir di peringkat 4.
Selanjutnya, SEA Games 2015 Singapura (peringkat 5-525 atlet), SEA Games 2017 Kuala Lumpur (peringkat 4-535 atlet), dan SEA Games 2019 Manila (peringkat 4-837 atlet).
Chef de Mission Indonesia untuk SEA Games ke-31, Ferry J Kono, bangga Indonesia bisa finis di tiga besar, meskipun jumlah atlet yang dikirim lebih sedikit dibandingkan SEA Games sebelumnya. "Dengan tim kecil ini, kita dapat menunjukkan bahwa kita bisa di posisi tiga besar klasemen akhir,” kata Ferry dalam keterangan tertulis yang diterima Republika, Senin (23/05).
Menurut Ferry, Indonesia sebenarnya tidak mematok target peringkat di SEA Games Vietnam. Sebab, partisipasi di SEA Games kali ini merupakan solidaritas kepada Vietnam sebagai negara di kawasan ASEAN yang sudah lama tidak menyelenggarakan multievent sejak 2003.
Namun, Ferry menegaskan hal tersebut bukan berarti membuat atlet-atlet Indonesia tidak berjuang dengan keras. Ini terbukti dengan penampilan dan torehan prestasi tim Indonesia pada hari terakhir pertandingan SEA Games, di antaranya kejutan medali emas angkat berat dari Muhammad Zul Ilmi yang sebelumnya tidak diunggulkan. Selain itu, Indonesia sukses mengukir sejarah dengan menjadi juara bola basket setelah merobohkan dominiasi Filipina melalui skor ketat 85-81.
Medali emas tersebut merupakan emas pertama Indonesia di cabor basket sepanjang perhelatan SEA Games. “Ini sejarah besar bagi kita, tak hanya di basket, tetapi juga bagi bangsa kita, Indonesia,” kata Ferry.
Sebelum memberangkatkan kontingen, pemerintah melalui Tim Review Peningkatan Prestasi Olahraga Nasional Kementerian Pemuda dan Olahraga menyeleksi secara ketat. Seleksi dilakukan dengan mempertimbangkan prestasi yang merujuk kepada Desain Besar Olahraga Nasional (DBON). Pola pembinaan baru ini dibuat agar Merah Putih dapat berorientasi pada acuan prestasi yang lebih tinggi, yakni Asian Games dan Olimpiade.
Berdasarkan data dari Panitia Penyelenggara SEA Games Vietnam (Viesgoc), jumlah kontingen yang dikirimkan Indonesia berada di peringkat lima dari semua negara ASEAN yang berpartisipasi di SEA Games kali ini.
Menurut Ferry, paradigma baru ini harus dipahami bersama. Jumlah atlet dan ofisial dibawa tidak banyak, bahkan jauh di bawah Thailand, Filipina, dan Malaysia. "Saya rasa mengamankan posisi ketiga dengan kontingen yang ramping merupakan prestasi luar biasa," kata dia.
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali bersyukur paradigma baru olahraga Indonesia dapat memberi awal yang menjanjikan. Hal ini diyakini dapat menjadi langkah positif bagi Indonesia.
Menpora menyatakan akan tetap melakukan evaluasi atas capaian cabor di SEA Games 2021 Vietnam, meskipun SEA Games bukan target utama. "Kita tetap akan melakukan evaluasi. Khususnya cabor yang masuk dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON)," katanya.
Zainudin menambahkan, sistem promosi dan degradasi untuk cabor DBON juga akan terus diterapkan. "Karena ini adalah cermin perubahan paradigma baru olahraga Indonesia untuk menjadi lebih baik," katanya.
Ketua DPR Puan Maharani mengapresiasi capaian kontingen Indonesia di SEA Games Vietnam. Apalagi, Indonesia untuk pertama kali berhasil mendapatkan emas untuk cabang olahraga basket.
“Di SEA Games kali ini, kita berhasil mencatatkan sejarah karena untuk pertama kalinya sejak mengikuti SEA Games pada 1977, tim basket Indonesia bisa mendapatkan medali emas. Kini, timnas basket putra Indonesia sudah diperhitungkan di Asia Tenggara,” katanya.
Timnas Basket Fokus FIBA Asia Cup
Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) fokus menyiapkan tim nasional mengikuti Kejuaraan Bola Basket Asia (FIBA Asia Cup) setelah meraih medali emas SEA Games Vietnam 2021. Sekretaris Jenderal Pengurus Pusat Perbasi, Nirmala Dewi mengatakan, Indonesia membidik delapan besar basket putra Asia untuk mendapatkan tiket Kejuaraan Dunia Bola Basket (FIBA World Cup) 2023.
Indonesia akan menjadi tuan rumah FIBA Asia Cup pada 12-24 Juli 2022. Nirmala mengatakan, PP Perbasi sejak awal menjadikan ajang FIBA Asia Cup sebagai target utama tahun ini, sementara SEA Games sebagai target antara untuk uji coba. "Dan terbukti, kami di sini dapat emas," kata Nirmala di Hanoi, Vietnam, Senin (23/5).
Tim basket putra Indonesia mencetak sejarah dengan menjuarai SEA Games Vietnam 2021, setelah memetik enam kali menang dari total tujuh peserta dalam sistem setengah kompetisi. Pada laga penentuan, Indonesia menghadapi Filipina yang sama-sama berbekal lima kemenangan di Thanh Try Gymnasium, Hanoi, Ahad (22/5).
Indonesia sukses merobohkan dominasi Filipina di basket putra SEA Games dengan skor ketat 85-81. Filipina yang menjadi juara bola basket sejak 1989 sampai 2019 serta hanya melepas gelar kepada Malaysia pada 1979 dan 1989, akhirnya harus mengakui keunggulan Indonesia sebagai juara baru bola basket Asia Tenggara.
Nirmala mengatakan, timnas basket dibangun PP Perbasi sejak Indonesia diputuskan menjadi tuan rumah FIBA World Cup 2023 sekitar dua tahun lalu. Perbasi menyadari bahwa untuk mendapatkan tiket kompetisi elite bola basket tersebut tak mudah, sehingga bidikan beralih ke FIBA Asia Cup.
"Walau demikian, kami tak berani bidik emas (FIBA Asia Cup) karena di sana ada Cina dan negara-negara kuat lain di basket. Tapi untuk delapan besar, bisa dikatakan cukup realistis," kata dia.
Setelah membulatkan tekad mencapai target tersebut, PP Perbasi mulai merekrut sejumlah pemain naturalisasi dan mengoptimalkan potensi pebasket Indonesia yang berkiprah di luar negeri, seperti Derrick Michel dan Brandon Jawato. "Bukan hanya di tim putra, di tim putri juga. Mereka yang sekolah di luar negeri, untuk SEA Games dipanggil semua," kata dia.
Anggota Central Board FIBA (International Basketball Federation) Erick Thohir sebelumnya mengatakan, prestasi di SEA Games Vietnam menjadi momentum bagus bagi timnas basket yang akan menjadi tuan rumah FIBA Asia Cup 2022 pada Juli. Mantan ketua umum Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi) itu yakin, semangat dan kemampuan penggawa timnas basket bisa membawa Indonesia menggapai prestasi yang lebih tinggi lagi.
"Ini momen kebangkitan dan saya mengapresiasi kerja keras seluruh pemain, pelatih, dan pengurus yang punya motivasi tinggi dan rasa percaya diri besar untuk terus mendorong prestasi bola basket Indonesia di level yang lebih tinggi," ujar mantan presiden Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara (SEABA) itu.
Erick berterima kasih kepada seluruh masyarakat Indonesia yang terus mendukung dan mendorong agar basket Indonesia berprestasi di kancah internasional.
Di cabor lainnya, Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PB PABSI) akan mulai memfokuskan para atlet untuk mengikuti kualifikasi Olimpiade Paris 2024 pada Desember. Kabid Binpres PB PABSI Hadi Wihardja mengatakan, SEA Games ke-31 menjadi evaluasi penting untuk mengikuti ajang olahraga tingkat dunia itu, termasuk dalam hal pemilihan atlet untuk mengikuti nomor yang dilombakan.
"Kualifikasi Olimpiade dimulai Desember, kita lihat dia pakai perhitungan apa, kalau B poin berarti per kelas. Kelas yang kita tuju kita targetkan minimal masuk the big ten, itu yang minimal kita siapkan," ujar Hadi.
Hadi mengatakan, SEA Games kali ini melombakan nomor-nomor baru, salah satunya kelas atas yang tidak terlalu dikuasai tim Merah Putih sehingga fokus ke kelas baru menjadi kunci. Hal itu sudah dilakukan pada Rizki Juniansyah yang biasanya turun di kelas 73 kg, harus berlomba di kelas 81 kg.
Rizki naik ke kelas 81 kg karena ada aturan bahwa setiap negara hanya boleh mengirimkan satu lifter di setiap kelas perlombaan. Di kelas 73 kg, Indonesia sudah menurunkan lifter lainnya, yaitu Rahmat Erwin Abdullah.
Meski begitu, Rizki dapat membawa pulang medali perak dalam penampilan debutnya pada SEA Games. Atlet berusia 19 tahun itu mampu mengimbangi lawannya dari Thailand yang sudah senior. Pada SEA Games Vietnam kontingen cabang olahraga angkat besi menyumbang tiga emas, tiga perak, dan empat perunggu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Sejarah Emas Basket
Torehan prestasi tersebut menjadi momentum menatap FIBA Asia Cup dan FIBA World Cup.
SELENGKAPNYABiden Luncurkan Rencana Ekonomi Indo-Pasifik
Biden meluncurkan rencana keterlibatan ekonomi AS yang lebih besar dengan Indo-Pasifik.
SELENGKAPNYAHotel untuk Jamaah Bagus dan Dekat Masjid Nabawi
Menag diketahui melakukan kunjungan kerja ke Saudi sejak Rabu (18/5) untuk memastikan kesiapan layanan bagi calhaj Indonesia.
SELENGKAPNYA