Nusantara
Wabah PMK Buat Masyarakat Waswas Konsumsi Daging
Wabah PMK mulai menimbulkan dampak dalam perdagangan daging akibat kekhawatiran konsumen.
JAKARTA -- Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) mulai menimbulkan dampak dalam perdagangan daging akibat kekhawatiran konsumen. Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) menilai pembeli merasa was-was.
"Pembeli merasa waswas dan takut untuk konsumsi daging karena adanya PMK yang menyerang ternak di Jawa Timur dan Aceh," kata Ketua Umum APDI, Achyat, kepada Republika, Kamis (12/5).
Sedianya PMK bukan merupakan penyakit zoonosis sehingga tidak menular kepada manusia. Kementerian Pertanian juga telah menegaskan, daging dari sapi yang terjangkit PMK tetap aman untuk dikonsumsi. Kecuali untuk bagian yang terdampak virus seperti mulut dan kaki.
Pemerintah dan asosiasi peternak pun turut mengantisipasi dan mengimbau agar tidak ada panic selling dengan membanting harga jual murah akibat sebaran PMK yang cukup cepat. Achyat mengatakan, hal itu belum terjadi karena harga dari peternakan masih cenderung stabil. "Tapi harga di pasar sudah menurun karena daya beli yang sudah menurun," kata Achyat.
Saat ini, harga daging sapi segar mencapai Rp 140 ribu dan tertinggi dijual Rp 160 ribu per kg. Harga itu sudah turun cukup jauh dari puncak kenaikan harga pada momen Lebaran yang mencapai Rp 180 ribu per kg. Menurut Achyat, selain penurunan permintaan akibat kekhawatiran PMK, turunnya harga juga didorong oleh telah berlalunya masa puncak Idul Fitri.
Dampak yang dirasakan dari adanya PMK yakni pengetatan lalu lintas ternak antar daerah. Achyat mengatakan, pemeriksaan ternak sebelum keluar daerah sudah mulai ketat dan wajib memenuhi persyaratan untuk bisa dikirim.
Asosiasi Pedagang Daging Indonesia (APDI) mendukung pengetatan itu demi menjaga keamanan lalu lintas ternak agar terhindar dari paparan PMK. "Sudah terasa dampak pengetatan itu, ternak yang belum memenuhi syarat tidak akan bisa dibawa ke Jakarta," katanya.
Wilayah dengan tingkat konsumsi daging tertinggi berada di Jabodetabek dan Bandung Raya. Sementara, sentra daging sapi di antara di Jawa Timur, Lampung, dan NTB.
Adapun hingga Rabu (11/5/2022), berdasarkan data Kementerian Pertanian, total ternak yang positif PMK di Aceh sebanyak 2.226 ekor dengan jumlah kematian satu ekor. Di Jawa Timur, terdapat 3.205 ekor positif PMK. Belum ada data resmi jumlah kematian di Jawa Timur, tapi Kementan mengatakan tingkat kematiannya hanya 1,5 persen.
Kementerian Pertanian membentuk Gugus Tugas Penanganan PMK untuk memitigasi penyebaran virus pada ternak. Pengarah Gugus Tugas diketuai langsung oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, dan Penanggung Jawab Gugus Tugas diketuai oleh Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nasrullah. Pendanaan gugus tugas dibebankan kepada APBN, APBD, serta sumber lain yang tidak mengikat sesuai peraturan perundang-undangan.
Warga Kabupaten Malang, Pipit Anggraini, mengaku sempat risau mengenai merebaknya wabah PMK setelah membaca beberapa berita. Apalagi kasus tersebut ditemukan di sejumlah wilayah di Jawa Timur. "Saya akui sempat waswas dan khawatir," kata Pipit kepada Republika, Kamis (12/5/2022).
Untuk menghilangkan rasa takut, Pipit pun mulai mencari data lain mengenai bahaya atau tidaknya mengonsumsi daging atau susu dari hewan yang terpapar PMK. Hasilnya, dia menemukan keterangan dari pakar kesehatan hewan Universitas Brawijaya (UB).
Pakar tersebut meminta masyarakat tak terlalu khawatir dengan PMK. "Terus, pakar dari beberapa aku googling juga menyebutkan kalau penyakitnya tidak menular ke manusia," kata perempuan berhijab ini.
Meskipun sudah menemukan banyak data, Pipit tak menampik masih merasa agak waswas. Dia khawatir jika hendak mengonsumsi daging sapi di luar rumah. Sebab itu, Pipit lebih menyukai mengonsumsi daging di rumah karena proses memasaknya bisa diamati dengan baik. Virus yang menyebabkan PMK bisa mati di suhu tertentu sehingga aman dikonsumsi.
Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya, Dyah Ayu Oktavianie menegaskan, masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan. Masyarakat tetap bisa mengonsumsi daging dan susu sapi. Semua olahan tersebut bisa dikonsumsi selama proses memasaknya sempurna.
"Ini yang harus dipahami masyarakat bahwa tidak perlu takut mengonsumsi daging dan susu," ucap Dyah di Kota Malang. Pernyataan ini senada dengan Kementan yang sudah lebih menyebut daging ternak PMK bisa dikonsumsi, kecuali bagian lidah, jeroan, dan kaki.
Indonesia sebenarnya sudah dinyatakan bebas dari PMK sejak 1990-an. Dyah menduga wabah saat ini berasal dari lalu lintas hewan ternak atau bahan pangan asal hewan yang berasal dari luar Indonesia.
Langkah-langkah untuk mengantisipasi ancaman penyebaran PMK juga dilakukan di wilayah Kabupaten Semarang, Jawa Tengah. Salah satunya dilakukan kelompok peternak dan petani di wilayah Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang. “Untuk antisipasi, kami telah menyiapkan kandang isolasi,” ungkap Kepala Desa Kalisidi, Dimas Kades Prayitno Putra, Kamis (12/5).
Di wilayah Desa Kalisidi, ada 400-an ekor lebih populasi sapi yang dipelihara oleh tujuh kelompok peternak dan kelompok petani, yang seluruhnya ditempatkan di kandang-kandang komunal milik desa.
Berdasarkan pemantauan serta penelusuran oleh petugas penyuluh peternakan di tingkat kecamatan, kasus PMK pada hewan ternak memang belum ditemukan di Desa Kalisidi. Namun karena penyakit ini disebabkan oleh virus dan penyebarannya sulit diprediksi, langkah untuk mengantisipasi harus diambil. “Kami di Desa Kalisidi tetap mewaspadai sejak dini,” tegasnya.
Termasuk, pengecekan kesehatan serta sosialisasi mengenai risiko penyebaran PMK juga sudah dilakukan kepada kelompok peternak maupun kelompak tani yang ada di wilayah desanya.
Pun demikian upaya pencegahan melalui kebersihan kandang komunal maupun kebersihan hewan ternak yang dipelihara. Sedangkan langkah untuk mengantisipasi jika ada hewan ternak yang terindikasi telah terpapar PMK telah disiapkan pula kandang isolasi terpisah.
Temuan
Dinas Perikanan dan Perternakan Kabupaten Garut melaporkan ratusan ternak terinfeksi penyakit mulut dan kuku (PMK). Berdasarkan data hingga Kamis (12/5), terdapat 381 ekor sapi dan 16 ekor domba yang terinfeksi PMK.
Kepala Dinas Perikanan dan Pertenakan Kabupaten Garut, Sofyan Yani, mengatakan, pihaknya menerima laporan awal terkait wabah PMK yang menyerang ternak pada 2 Mei 2022. Ketika itu, ada seorang petani yang melaporkan adanya sapi yang terindikasi terinfeksi PMK.
"Kami langsung turun melakukan pemeriksaan. Tanggal 6 dinyatakan yang terinfeksi ada 173 ekor ternak di empat kecamatan," kata dia
Namun, ia menyebutkan, saat ini jumlah ternak yang terinfeksi PMK meningkat. Dari populasi lokasi terdampak 530 ekor, ada 381 ekor sapi, terdiri dari 331 ekor sapi potong dan 50 ekor sapi perah, yang terinfeksi dilaporkan terinfeksi PMK. Selain itu, terdapat 16 ekor domba yang juga dilaporkan terinfeksi PMK.
Ratusan ekor ternak yang terinfeksi PMK itu tersebar di sejumlah kecamatan di Kabupaten Garut, yaitu Kecamatan Leles, Garut Kota, Cisurupan, Cikajang, Banyuresmi, Wanaraja, Karangpawitan, dan Cilawu.
"Itu semua sudah diuji laboratorium. Ciri-cirinya itu mulut berair liur dan kuku kakinya melepuh serta berdarah, sehingga sapi roboh. Putingnya juga berdarah," kata dia.
Sofyan menambahkan, adanya wabah PMK tentu membuat kerugian secara ekonomi. Sebab, produksi susu sapi perah yang terinfeksi menjadi turun. Sementara sapi potong yang terinfeksi PMK menjadi kurus karena tidak mau makan.
Sebanyak lima ekor sapi yang terinfeksi juga dilaporkan telah mati. Sapi itu langsung dikubur untuk mengantisipasi penyebaran. Sebagian lainnya terpaksa harus dipotong karena sudah tidak bisa berdiri.
"Kami merekomendasikan potong paksa itu dilakukan di RPH agar bisa dikendalikan sumber penyakitnya. Daging sapi itu soalnya masih bisa dikonsumsi, kecuali kepala, kaki, dan jeroan. Yang lain bisa dikonsumsi dengan ketentuan direbus dengan air panas atau dibekukan," kata Sofyan.
Ia mengatakan, Pemerintah Kabupaten Garut telah melakukan sejumlah langkah untuk mengantisipasi penyebaran PMK terus meluas.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kasus Positif PMK Ditemukan di Jateng dan Jabar
Belasan sapi positif PMK di Boyolali membaik setelah menerima pengobatan.
SELENGKAPNYACegah Penyakit Mulut Kaki, Pasar Hewan di Lamongan Ditutup
Daerah lain di Jawa Timur mewaspadai penularan penyakit mulut kaki pada hewan ternak.
SELENGKAPNYAMenkes: Penyakit Mulut dan Kuku Jarang Menular ke Manusia
Ribuan ternak di Jawa Timur terinfeksi penyakit mulut dan kuku.
SELENGKAPNYA