Nasional
Dua Dugaan Penyebab Hepatitis Akut Anak
Penyebab hepatitis akut diduga ada dua, yaitu lewat oral seperti saluran cerna dan droplet.
JAKARTA -- Ketua Unit Kerja Koordinasi (UKK) Gatro-hepatologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Muzal Kadim meminta agar orangtua selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap penularan hepatitis akut yang masih misterius. Sejauh ini, penyebab hepatitis akut diduga ada dua, yaitu lewat oral seperti saluran cerna dan droplet.
Untuk mencegah risiko infeksi hepatitis akut misterius berdasarkan dugaan penyebaran, dr Muzal mengimbau orang tua meningkatkan kewaspadaan dan melalui tindakan pencegahan. Langkah pencegahan yang harus dilakukan seperti menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
"Kita harus mencegah semua penularan dari fekal oral. Seperti mencuci tangan, (menjaga) kebersihan makanan, air, dan jangan makan bersama atau menggunakan alat makan bersama," ujarnya dalam diskusi daring, Selasa (10/5).
Sementara untuk mencegah penularan melalui droplet, diimbau untuk tetap melakukan protokol kesehatan Covid-19 seperti memakai masker dan menjaga jarak. "Karena sifatnya akut, biasanya penularannya lewat saluran cerna atau saluran napas," terang dr Muzal.
Penyebaran virus melalui fekal oral yaitu melalui saluran pencernaan yang ditularkan melalui mulut. Sementara dugaan penularan melalui droplet, merujuk pada Adenovirus.
Muzal juga mengingatkan agar masyarakat tetap menerapkan pola hidup sehat, yaitu mengonsumsi makanan bergizi, minum yang cukup, istirahat, dan olahraga. “Kita tidak perlu khawatir, jaga kondisi kesehatan yang jelas dan tetap mematuhi aturan prosedur kesehatan Covid-19. Insya Allah dicegah dari masalah-masalah kesehatan, termasuk yang dihebohkan saat ini,” kata Muzal.
Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Piprim B Yanuarso mengatakan laporan hepatitis akut yang dialami pasien di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, dan Sumatra Barat belum dikriteriakan sebagai probable.
"Pada Senin (9/5), dari daerah belum banyak laporan, baru dari Tulungagung dan Sumatra Barat, tapi itu belum masuk kriteria probable karena belum memenuhi persyaratan. Masih diselidiki," kata Piprim B Yanuarso, Selasa (10/5).
Ivestigasi kasus tersebut dilakukan IDAI dan Kemenkes dengan melibatkan tim dari Laboratorium Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) untuk mengetahui kemungkinan infeksi virus lain seperti Hepatitis A, B, C, D, E atau lainnya.
Ia mengatakan, kasus hepatitis akut yang sudah menyebar di beberapa negara, termasuk Indonesia, belum diketahui penyebabnya. Masyarakat diimbau perlu mengenali gejala penyakit tersebut untuk deteksi dini.
Gejala hepatitis akut bisa berupa perubahan warna urin menjadi gelap dan atau fesesnya pucat. Pada tahap lebih lanjut bisa terdapat kuning pada mata dan kulitnya.
"Kemudian bisa terjadi gejala gatal, bisa disertai nyeri sendi, atau pegal-pegal, mual dan muntah atau nyeri perut. Kemudian anak merasa lesu, lelah lemah dan kehilangan nafsu makan," katanya. Bisa juga disertai gejala diare, serta gejala yang berat disertai dengan penurunan kesadaran dan juga kejang-kejang.
Investigasi
Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengatakan, dari 15 pasien yang diduga suspek hepatitis akut, 5 diantaranya meninggal dunia. Namun, hingga kini pihaknya masih melakukan investigasi sehingga 15 kasus tersebut masih dalam status suspek.
"(Hasil investigasi) masih ditunggu hasil labnya. Hanya empat yang bisa sebagai pending klasifikasi yang lain masih suspek karena masih menunggu hasil labnya," ujar Nadia kepada Republika, Selasa (10/5).
Nadia menambahkan, berdasarkan pemeriksaan PCR untuk Covid-19 yang dilakukan terhadap sembilan pasien mendapatkan hasil negatif. Kini, Kementeriam Kesehatan juga masih melakukan lima Penyelidikan Epidemiologis (PE). “Hasil PE sementara ini belum ketemu pola penularan penyakitnya,” ucap Nadia.
Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, sudah ada belasan suspek hepatitis akut di Indonesia. Pemerintah akan terus melakukan proses investigasi terkait hal ini. "Sampai sekarang di Indonesia ada 15 kasus (suspek). Di dunia paling besar di Inggris 115 kasus, Italia, Spanyol dan Amerika Serikat," kata Budi, Senin (9/5).
Budi mengungkapkan, tiga suspek hepatitis akut di Indonesia dilaporkan empat hari usai pengumuman Kejadian Luar Biasa (KLB) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 23 April 2022.
Kemudian, pada 27 April 2022, Indonesia menindaklanjuti pernyataan KLB dengan membuat surat edaran agar semua rumah sakit dan dinas kesehatan di setiap daerah melakukan survailens kasus tersebut. Pada 30 April 2022, Singapura juga mengumumkan kasus yang pertama.
Kemenkes pun telah berkoordinasi dengan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control/CDC) Amerika Serikat dan Inggris terkait situasi itu. Disimpulkan, belum bisa dipastikan virus apa yang 100 persen sebabkan hepatitis akut pada anak di bawah usia 16 tahun.
"Sekarang penelitian sedang dilakukan bersama oleh Indonesia dan WHO serta Amerika dan Inggris untuk deteksi cepat," katanya.
Kemungkinan virus yang diduga berkaitan dengan hepatitis akut adalah Adenovirus strain 41. "Tapi ada juga banyak kasus yang tidak ada kasus Adenovirus strain 41 ini," ujarnya.
Yang perlu diperhatikan masyarakat, kata Budi, hepatitis akut menginfeksi tubuh manusia via asupan makan melalui mulut sehingga perlu rajin mencuci tangan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
15 Kasus Suspek Hepatitis Akut Teridentifikasi di Indonesia
Bayi berusia 1 bulan 29 hari meninggal yang gejalanya mirip penyakit hepatitis di Sumatra Barat.
SELENGKAPNYADaerah Waspadai Kasus Hepatitis Akut Anak
Untuk menghindari hepatitis akut, anak harus dijaga kebersihan makanannya.
SELENGKAPNYA‘Hepatitis Akut Anak tak Terkait Long Covid-19’
Tiga anak yang terjangkit hepatitis akut di Indonesia negatif Covid-19.
SELENGKAPNYA