Kabar Utama
Minyak Goreng Hingga Bensin Kerek Inflasi
Tingginya angka inflasi pada April memberikan sentimen negatif terhadap kurs rupiah.
JAKARTA -- Laju inflasi nasional pada April 2022 mencapai 0,95 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Angka inflasi tersebut merupakan yang tertinggi sejak Januari 2017 yang sebesar 0,97 persen.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat harga minyak goreng (migor) hingga bensin menjadi penyebab utama inflasi melonjak. Selain karena faktor harga, inflasi April juga terdongkrak momen Ramadhan.
Kepala BPS Margo Yuwono menyampaikan, inflasi volatile foods atau harga bergejolak pada bulan April lalu menembus 2,30 persen serta menyumbang inflasi terhadap laju inflasi umum sebesar 0,39 persen. "Inflasi harga bergejolak berasal dari minyak goreng, daging ayam ras, dan telur ayam ras," kata Margo dalam konferensi pers, Senin (9/5).
Harga minyak goreng pada bulan lalu mengalami kenaikan signifikan setelah pemerintah mencabut aturan harga eceran tertinggi (HET) untuk mengatasi kelangkaan. Harga minyak goreng kemasan dari semula diatur maksimal Rp 14 ribu liter naik menjadi lebih dari Rp 24 ribu per liter.
Adapun rata-rata harga minyak goreng curah masih di atas Rp 17 ribu per liter dari harga yang ditargetkan pemerintah sebesar Rp 14 ribu per liter. Komoditas minyak goreng pada bulan lalu tercatat memberikan andil inflasi sebesar 0,19 persen.
Sementara itu, harga bensin berpengaruh pada inflasi administered prices atau harga yang diatur pemerintah. Komponen tersebut mengalami inflasi 1,83 persen dan memberikan andil sebesar 0,32 persen pada bulan lalu. Harga bensin memberikan andil inflasi sebesar 0,16 persen.
"Kalau dilihat, komponen ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga bensin Pertamax yang mana pada 1 April pemerintah menetapkan harga (naik) menjadi Rp 12.500 per liter," ujar dia.
Margo menambahkan, tingginya angka inflasi bulanan pada April lalu turut dipengaruhi momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri yang jatuh pada awal Mei. Di satu sisi, pemerintah juga telah memperbolehkan masyarakat untuk mudik sehingga aktivitas ekonomi mengalami kenaikan dan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasa.
Dengan laju inflasi 0,95 persen pada April, maka inflasi tahun kalender mencapai 2,15 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 3,47 persen. Adapun laju inflasi pada April 2022 juga lebih tinggi dari inflasi Maret yang masih sebesar 0,66 persen maupun April 2021 yang hanya 0,13 persen.
Margo menuturkan, dari 90 kota indeks harga konsumen (IHK), seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Tanjung Pandan, yakni mencapai 2,58 persen. Adapun inflasi terendah terdapat di Gunungsitoli sebesar 0,22 persen.
Dari 11 kelompok pengeluaran, kelompok yang paling besar mengalami inflasi yakni makanan, minuman, tembakau sebesar 1,76 persen dan andil 0,46 persen. Kelompok kedua yakni transportasi yang mengalami inflasi 2,42 persen dan memberikan andil inflasi 0,29 persen.Tarif angkutan udara juga memberikan andil inflasi 0,18 persen. Margo mengatakan, itu karena adanya kenaikan harga bahan bakar avtur seusai yang ditetapkan Kementerian Perhubungan.
Ekonom memperkirakan laju inflasi pada kuartal II 2022 akan makin tinggi. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal khawatir tingginya angka inflasi dapat menahan laju konsumsi rumah tangga. "Jika laju konsumsi tertahan, itu artinya laju pemulihan ekonomi domestik tertahan," kata Faisal kepada Republika, Senin (9/5).
Faisal mengatakan, faktor pendorong inflasi dari global juga harus mulai diwaspadai. Oleh karena itu, ia menilai pemerintah perlu menghindari berbagai kebijakan yang kontraproduktif dengan pertumbuhan ekonomi, terutama dari sisi konsumsi.
"Jangan makin mendorong inflasi yang mana sekarang sudah kelihatan kebijakan-kebijakan yang dilakukan saja banyak mendorong administered price, mulai dari (kenaikan) harga Pertamax, elpiji, listrik, dan lainnya," tuturnya.
Faisal mengatakan, kenaikan harga-harga tersebut akan menahan laju pemulihan ekonomi, terutama terhadap konsumsi rumah tangga. Jika harga-harga terus naik, pengeluaran masyarakat bisa makin berkurang. "Baru mau pulih, sudah diketatkan lagi kebijakan fiskalnya," ujar dia.
Rupiah melemah
Tingginya angka inflasi pada April memberikan sentimen negatif terhadap kurs rupiah. Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin (9/5) sore ditutup melemah. Selain karena inflasi, sentimen negatif juga disebabkan kenaikan suku bunga acuan bank sentral AS, Federal Reserve (Fed).
Rupiah ditutup melemah 93 poin atau 0,64 persen ke posisi Rp 14.573 per dolar AS dibandingkan dengan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya, Rp 14.480 per dolar AS. "Rupiah lebih cenderung tertekan oleh penguatan dolar AS pasca-FOMC minggu lalu," kata analis DCFX Futures, Lukman Leong, saat dihubungi di Jakarta, Senin.
Indeks dolar AS naik untuk pekan kelima berturut-turut dan menyentuh level tertinggi hampir 20 tahun setelah the Fed menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin pada pekan lalu. Data pekerjaan Negeri Paman Sam yang solid juga memperkuat spekulasi bahwa bank sentral akan melakukan kenaikan besar lebih lanjut.
Sementara itu, lanjut Lukman, kekhawatiran inflasi yang tinggi juga akan membebani ekonomi Indonesia setelah inflasi April mencapai 3,47 persen (yoy). "Harga ekspor komoditas dan produk domestik bruto (PDB) yang masih bertahan di atas 5 persen masih mendukung rupiah, tapi penguatan dolar AS oleh ekspektasi suku bunga dan kekhawatiran resesi AS serta pelemahan global menimbulkan sentimen risk off yang sangat besar dan menekan aset atau mata uang berisiko," ujar Lukman.
Rupiah pada Senin pagi dibuka melemah ke posisi Rp 14.505 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp 14.502 per dolar AS hingga Rp 14.595 per dolar AS. Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia pada Senin melemah ke posisi Rp 14.534 per dolar AS dari posisi hari sebelumnya di Rp 14.480 per dolar AS.
View this post on Instagram
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.