Opini
Guru Jantung Pendidikan
Persoalan penting lainnya, peningkatan kesejahteraan guru. Perbaikan kesejahteraan diharapkan mendongkrak kinerja guru.
BIYANTO, Guru Besar UIN Sunan Ampel dan Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Jawa Timur
Tidak berlebihan jika dikatakan guru ujung tombak pendidikan. Sebaik apa pun program Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dirancang, implementasinya sangat bergantung pada guru.
Untuk itu, semua pihak penting memosisikan guru sebagai jantung pendidikan. Sejak awal menjabat Mendikbudristek, Nadiem Makarim menggelorakan spirit “Merdeka Belajar” atau “Kampus Merdeka”, tetapi kebijakan ini belum disertai naskah akademik komprehensif.
Mendikbudristek juga belum utuh memaparkan urgensi pergantian kurikulum dari Kurikulum 2013 ke Kurikulum Merdeka.
Sebagai ujung tombak implementasi kebijakan, guru perlu memahami filosofi kurikulum baru serta strategi implementasinya.
Padahal, kurikulum merupakan seperangkat pengaturan dan rencana mengenai tujuan, isi, dan materi pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan pendidikan (UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 1, butir 19).
Apalagi mulai tahun ini, Kemendikbudristek mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di sejumlah satuan pendidikan sasaran uji coba. Penjelasan utuh urgensi pergantian kurikulum penting agar guru tidak berpikiran apatis seraya mengatakan: “Ganti menteri, ganti kurikulum".
Sebagai ujung tombak implementasi kebijakan, guru perlu memahami filosofi kurikulum baru serta strategi implementasinya. Jika tidak, bayang-bayang kegagalan kebijakan kurikulum baru menjadi kenyataan.
h mencanangkan cetak biru generasi emas 2045. Saat itu, negeri tercinta diprediksi mengalami bonus demografi. Pada konteks ini stakeholders pendidikan penting memuliakan profesi guru.
Konsekuensinya, pendidik harus menjadikan guru bukan sekadar profesi. Menjadi guru harus sebagai panggilan hati. Seseorang tidak dapat menjadi guru hanya bermodal kemauan dan kepintaran. Profesi ini mengharuskan seseorang tampil seutuhnya sebagai pendidik.
Tugas guru tidak sekadar mengajarkan seperangkat ilmu pengetahuan, lebih dari itu harus menjadi teladan dalam kehidupan. Rasanya yang hilang dari pendidikan kita adalah keteladanan.
Tugas guru tidak sekadar mengajarkan seperangkat ilmu pengetahuan, lebih dari itu harus menjadi teladan dalam kehidupan. Rasanya yang hilang dari pendidikan kita adalah keteladanan.
Peserta didik kehilangan keteladanan jika terus disuguhi pemberitaan tentang perilaku elite negeri yang koruptif dan hedonis. Kondisi ini membutuhkan sinergi dari tripusat pendidikan, yakni keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Bahkan ditekankan, keluarga sejatinya tempat pendidikan utama. Hal itu sejalan dengan pernyataan al-bayt madrasah al-ula atau rumah/keluarga merupakan madrasah pertama. Namun, realitas masih menunjukkan sinergi tripusat pendidikan belum optimal.
Masyarakat menjadikan sekolah tumpuan pendidikan. Pada konteks itulah, guru harus menjadikan sekolah sebagai rumah kedua yang menyenangkan bagi anak-anak. Dalam kaitan ini, Kemendikbudristek perlu menggelorakan tagline “Senang belajar di rumah kedua”.
Spirit menjadikan sekolah sebagai rumah kedua setelah keluarga pasti membutuhkan komitmen guru. Di samping membutuhkan guru yang mencintai profesi, fasilitas pendidikan juga harus diperbaiki agar sekolah menjadi tempat nyaman dan ramah bagi anak-anak.
Fakta yang juga penting jadi refleksi adalah prestasi pendidikan nasional di pentas dunia.
Ini penting karena sering terjadi insiden kekerasan di dunia pendidikan. Anak-anak yang semestinya nyaman selama di sekolah justru mengalami berbagai kekerasan, baik fisik, nonfisik, maupun seksual. Ironisnya, sebagian pelakunya justru teman sebaya atau guru.
Fakta yang juga penting jadi refleksi adalah prestasi pendidikan nasional di pentas dunia. Dalam beberapa hasil survei internasional, prestasi pendidikan nasional belum membanggakan. Berarti, pemerintah mesti membuat peta jalan untuk memperbaiki mutu pendidikan nasional.
Paling mendesak, memperbaiki mutu guru. Kapasitas guru harus ditingkatkan melalui program pendidikan dan pelatihan karena hasil uji kompetensi guru masih mengkhawatirkan. Persoalan penting lainnya, peningkatan kesejahteraan guru.
Perbaikan kesejahteraan diharapkan mendongkrak kinerja guru. Peningkatan mutu dan kesejahteraan guru harus diperhitungkan dengan cermat. Karena untuk memperbaiki mutu dan kesejahteraan guru dibutuhkan dana besar.
Pemerintah pasti tak mampu bekerja sendiri, mesti mengajak sebanyak mungkin kelompok di berbagai board of education untuk memperbaiki mutu guru.
Menurut data Kemendikbudristek, saat ini jumlah guru negeri dan swasta secara nasional sekitar 3,8 juta. Pemerintah pasti tak mampu bekerja sendiri, mesti mengajak sebanyak mungkin kelompok di berbagai board of education untuk memperbaiki mutu guru.
Targetnya, peningkatan mutu pendidikan nasional di level dunia. Untuk mewujudkannya, semua pihak harus menyadari pentingnya guru sebagai ujung tombak pendidikan. Tom Parkins (2006) mengingatkan, “recovery begins with teachers”.
Ini penting menjadi refleksi Hari Pendidikan Nasional (2 Mei 2022). Dengan demikian, terjadi sinergi untuk memuliakan guru demi pendidikan berkualitas.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Tiga Pasien Meninggal tak Punya Riwayat Hepatitis
Didorong upaya masif pelacakan hepatitis akut bergejala berat di setiap daerah.
SELENGKAPNYAMenghadapi Kelangkaan Minyak Goreng
Produksi minyak kelapa, teknologinya mudah dan setiap orang dapat melakukan di rumah dengan peralatan sederhana.
SELENGKAPNYAWHO: Ada Dua Subvarian Baru Omikron
Menteri Luar Negeri AS dinyatakan positif Covid-19 dengan gejala ringan.
SELENGKAPNYA