Khazanah
Mengukur Kekuatan Iman
Iman yang lemah ibarat pohon yang buruk, akarnya hanya merambat di permukaan bumi.
DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute
Redaksi ayat tentang Ramadhan dibuka dengan panggilan untuk hamba-hamba Allah yang beriman: “Yaa ayyuhalldaziina aamanuu” (QS al-Baqarah ayat 183). Ini isyarat bahwa Allah ingin agar hamba-hamba-Nya berjuang selama Ramadhan benar-benar membuktikan kekuatan imannya.
Karena itu, dalam beberapa hadis tentang amaliah Ramadhan, seperti puasa, shalat malam, dan shalat malam Lailatul Qadar, nabi selalu menegaskan dengan kata: “Iiamanan wah tisaaban” (dengan penuh keimanan dan harapan ridha-Nya). Ini tidak lain untuk mengajak agar para hamba-Nya memaksimalkan amal selama Ramadhan untuk mengetahui sejauh mana kekuatan iman yang telah diyakininya.
Dalam surah Ibrahim ayat 24-26, ada sebuah perumpamaan yang bisa diaplikasikan untuk iman. Bahwa iman yang kokoh ibarat pohon yang kokoh, akarnya menghunjam ke bumi, tangkainya menjulang ke langit, memberikan buah-buahan, dan rasa aman bagi yang berteduh di bawahnya: “Kasyaratin thayyibatin ashluhaa tsaabituw wa far’uhaa fis samaa’i tu’thii ukulaha kulaa hiinin biidzni rabbihaa”.
Sebaliknya, iman yang lemah ibarat pohon yang buruk, akarnya hanya merambat di permukaan bumi. Karenanya, ia tidak tumbuh dengan baik dan tidak bisa memberikan buah-buahan serta tidak memberikan rasa aman kepada yang berteduh di bawahnya:
“Kasyajaratin khabiitsah ujtutstsat min fauqil ardh maa lahaa min qarar”.
Beberapa indikator ibadah Ramadhan yang Allah tentukan untuk bisa seorang hamba berjuang membuktikan imannya adalah dengan berpuasa: “Kutiba ‘alaikumushs shiyaam”.
Dengan puasa seorang hamba benar-benar terbukti keikhlasannya. Sebab, puasa adalah ibadah yang paling rahasia maka bisa dipastikan ia tidak makan, tidak minum, dan tidak melakukan hubungan suami istri adalah karena menaati-Nya.
Selain itu, kesungguhan bersama Alquran selama Ramadhan, sebab Ramadhan adalah bulan diturunkannya Alquran: “Syahru ramadhaanalladzii unzila fiihil quran” (QS al-Baqarah ayat 185).
Nabi tidak pernah meninggalkan zikir dan doa kepada Allah SWT dalam setiap detik hidupnya, kecuali pada saat berada di tempat buang air.
Lebih dari itu, memperbanyak doa dan zikir kepada Allah SWT, seperti ditegaskan pada ayat al-Baqarah ayat 186. Sebab, dengan banyak berdoa menjadi jelas bahwa seorang hamba benar-benar menjadikan Allah SWT satu-satunya sebagai tempat bergantung.
Inilah sikap kehambaan yang sangat disukai Allah SWT. Nabi sendiri telah mencontohkan ini selama hidupnya. Dari kitab al-Azdakar yang ditulis Imam an-Nawawi tampak bahwa nabi selalu berdoa dalam setiap kesempatan yang dijalaninya.
Sampai-sampai para ulama sempat bertanya-tanya mengapa nabi memohon ampun dengan mengucapkan: “Ghufraanaka” seusai membuang air besar atau kecil.
Jawabannya adalah bahwa nabi tidak pernah meninggalkan zikir dan doa kepada Allah SWT dalam setiap detik hidupnya, kecuali pada saat berada di tempat buang air, ia merasa makruh melakukan zikir dan doa. Maka, setelah itu nabi segera memohon ampun dengan mengucapkan “Ghufraanaka”.
Subhanallah, betapa nabi adalah contoh terbaik dalam membuktikan iman seorang hamba.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Ketentuan tentang Zakat Saham
Ketentuan tentang zakat saham dibedakan sesuai dengan tujuan membeli saham.
SELENGKAPNYABank Syariah Mampu Topang Pemulihan Ekonomi
Bank syariah secara keseluruhan tumbuh dengan baik meski dengan dukungan berbagai kebijakan.
SELENGKAPNYAPemudik Sepeda Motor Ramaikan Pantura
Rata-rata pemudik yang mengendarai sepeda motor membawa barang bawaan yang cukup banyak.
SELENGKAPNYA