Khazanah
Alunan Istighfar dari Tempat Penebusan Dosa Lapas Indramayu
Dzikir bersama dan pengajian merupakan kegiatan Pesantren Ramadhan di Lapas Indramayu.
Suara lantunan istighfar menggema dari dalam Masjid At-Taqwa. Masjid yang terletak di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Indramayu, Jawa Barat, itu sedang menampung puluhan narapidana (napi).
Mereka yang mengenakan baju putih dan berpeci hitam tampak khusyuk bersila sambil melantunkan zikir untuk memohon ampunan kepada Allah SWT. Sehabis beristighfar, warga binaan itu melanjutkannya dengan melantunkan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
Setelah cukup lama, terdengar pengumuman dari pemimpin zikir agar mereka menuju kelompoknya masing-masing. Ada tiga kelompok yang dimaksud. Yakni, kelompok pembelajaran Iqra bagi mereka yang belum bisa membaca Alquran, kelompok tadarus bagi mereka yang sudah bisa membaca Alquran, dan kelompok pembelajaran menulis Alquran.
Dalam setiap kelompok, terdapat ustaz yang membimbing mereka. Untuk kelompok Iqra, mereka duduk dengan membentuk dua barisan memanjang. Sementara, kelompok tadarus duduk membentuk lingkaran. Begitu pula kelompok yang belajar menulis Alquran, duduk melingkar menghadap papan tulis. Setelah selesai, ketiga kelompok kembali bergabung untuk mengikuti kajian kitab kuning. Kegiatan tersebut berlangsung hingga menjelang azan Maghrib untuk selanjutnya berbuka puasa.
Kegiatan tersebut menjadi bagian dari pesantren kilat Ramadhan, yang digelar Lapas Indramayu. Ada 54 orang warga binaan yang mengikuti kegiatan yang dilakukan pagi dan sore hari ba’da Ashar itu. Selain pembelajaran Alquran, mereka belajar tata cara berwudhu dan shalat yang benar.
“Dalam kegiatan pesantren kilat Ramadhan ini, targetnya adalah, bagi yang belum bisa baca dan menulis Alquran, menjadi bisa. Dan bagi yang sudah bisa, semakin meningkat,” kata Kepala Lapas Kelas IIB Indramayu Beni Hidayat, Jumat (15/4).
Beni menyatakan, pihaknya memberikan kesempatan penuh kepada para warga binaan untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT. Para warga binaan itu pun mengikuti kegiatan tersebut dengan kesadaran mereka sendiri. Mereka termotivasi ingin hijrah dari masa lalu menuju kehidupan yang lebih baik.
Hal itu seperti yang diungkapkan salah seorang warga binaan yang mengikuti pesantren kilat, Andi Sofandi. Pria bertato itu mengaku termotivasi ikut pesantren kilat agar bisa menjalani hidup yang lebih baik lagi. Dia bertekad ingin meningkatkan kualitas hidupnya dari yang sebelumnya tidak tahu cara membaca Alquran, akhirnya menjadi tahu.
"Saya ingin hijrah. Sangat menyesal (dengan kesalahan yang pernah dilakukan pada masa lalu), tidak mau mengulangi lagi,” ujar warga binaan yang tersandung kasus trafficking itu.
Mungkin ini teguran dari Allah SWT. Saat di luar, saya tidak memedulikan ibadah, tapi di sini bisa merasakan manisnya ibadah.ANDI SOFANDI, warga binaan Lapas Indramayu.
Andi mengaku baru menjalani Ramadhan pertama divbalik penjara. Dia mengaku sedih karena harus jauh dari keluarga. “Tapi, mau tidak mau harus dijalani. Ini proses menjadi lebih baik,” kata warga asal Kecamatan Bongas, Kabupaten Indramayu itu.
Hal senada diungkapkan Juan. Pada usianya yang kini menginjak 37 tahun, warga binaan yang divonis tujuh tahun dalam kasus narkoba itu belum bisa membaca Alquran sama sekali.
Untuk itu, Juan mengikuti kelompok Iqra. Sejak pesantren kilat dimulai, dia semangat mempelajari huruf demi huruf hijaiyah hingga kini sudah bisa membaca potongan kata demi kata dalam buku pembelajaran Iqra. Tak hanya selama mengikuti kegiatan pesantren kilat, buku Iqra juga dibawanya ke dalam sel tahanan untuk dipelajarinya secara mandiri.
“Dari kecil saya belum pernah mengaji, tidak bisa sama sekali. Senang pada bulan Ramadhan ini setiap hari belajar mengaji,” kata Juan.
Juan mengaku awalnya susah untuk bisa membaca Alquran. Namun, dengan niatnya yang kuat dan kesabaran ustaz yang membimbingnya, dia kini mulai bisa membaca Alquran sedikit demi sedikit. “Alhamdulillah bisa. Rasanya tenang dan adem saat mengaji,” kata Juan.
Juan pun bertekad ingin hijrah dari masa lalunya. Dia mengaku tidak mau mengulangi lagi kesalahan yang pernah dilakukannya. Kehidupannya di balik tembok penjara menjadi kesempatan baginya untuk menjadi orang yang lebih baik.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Bulan Belajar Alquran
Ramadhan itu bulan pendidikan dan pelatihan. Termasuk di dalamnya untuk kembali belajar mendalami Alquran.
SELENGKAPNYAPemda Siapkan THR
Kemendagri meminta kepala daerah segera mengeluarkan peraturan terkait THR dan gaji ke-13.
SELENGKAPNYA