Internasional
Unjuk Rasa Anti-Islam di Swedia Picu Kerusuhan
Situasi di Landskrona mulai mereda, tapi suasana masih menegangkan.
HELSINKI — Unjuk rasa anti-Islam di Swedia selatan menimbulkan kerusuhan. Hal ini tetap terjadi, meski polisi sudah memindahkan demonstrasi kelompok ekstrem kanan tersebut, ke lokasi lain sebagai langkah preventif. Rencananya, kelompok tersebut akan berunjuk rasa dengan membakar al-Quran dan hal-hal lainnya.
Hal ini, kemudian memicu terjadinya kerusuhan dan bentrokan di selatan Kota Landskrona. Polisi mengatakan, sekitar 100 pemuda melemparkan batu, membakar mobil, ban dan tong sampah serta memblokir jalan hingga menyebabkan kemacetan. Polisi menjelaskan, situasi di Landskrona mulai mereda pada Sabtu (16/4) malam, tapi suasana masih menegangkan.
Polisi juga memastikan, tidak ada laporan korban luka dalam peristiwa tersebut. Sebelumnya, pada Jumat (15/4) sore terjadi bentrokan antara pengunjuk rasa dan demonstran tandingan di pusat Kota Orebro tempat Stram Kurs berencana membakar al-Quran.
Kerusuhan itu menyebabkan 12 petugas terluka dan empat mobil polisi dibakar. Rekaman video dan foto yang diambil dari lokasi kejadian di Orebro memperlihatkan, mobil-mobil polisi dibakar dan pengunjuk rasa melempar batu dan benda-benda lain ke arah polisi yang mengenakan perlengkapan antihuru-hara.
Juru bicara kepolisian selatan Swedia, Kim Hild mengatakan, polisi tidak mencabut izin unjuk rasa di Landskrona. Karena ambang batas untuk berdemonstrasi, ditetapkan sangat tinggi di Swedia. Hal ini dilakukan demi menghormati asas kebebasan berbicara.
"Hak pengunjuk rasa untuk berdemonstrasi dan berbicara sangat berat, dan butuh sesuatu yang sangat besar untuk diabaikan," kata Hild pada kantor berita Swedia, TT.
Unjuk rasa Sabtu kemarin digelar di taman Kota Malmo, yang merupakan kota terbesar ketiga di Swedia. Pemimpin Stram Kurs, Rasmus Paludan, berpidato di hadapan sejumlah orang.
Seketika, beberapa orang pengunjuk rasa tandingan melempari mereka dengan batu. Polisi kemudian, membubarkan demonstran tandingan dengan semprotan merica.
Media Swedia melaporkan, Paludan dilaporkan terkena batu di kakinya. Namun, polisi memastikan tidak ada laporan luka serius.
Sejak Kamis (14/4) lalu bentrokan juga terjadi di Stockholm, Kota Linkoping dan Norrkoping. Stram Kurs juga berencana menggelar unjuk rasa di kota-kota tersebut.
Paludan merupakan pengacara Denmark yang memiliki kewarganegaraan Swedia. Ia mendirikan Stram Kurs yang artinya Garis Keras pada 2017 lalu.
Situs partai yang ia dirikan, mendorong gerakan anti-imigran dan anti-Islam. Kronologi kericuhan yang terjadi, bermula saat Paludan, dan partainya Stram Kurs membakar kitab suci umat Muslim tersebut di area terbuka di kota Linkoping, pantai timur Swedia pada Kamis (15/4).
Dikutip dari Anadolu, mayoritas penduduk wilayah tersebut menganut agama Islam. Ratusan orang pun sempat turun ke jalan untuk menentang tindakan ini, tapi Paludan tetap meneruskan aksinya.
"Suasana menjadi agresif dan ada serangan terhadap polisi di tempat kejadian," kata salah satu Juru Bicara Polisi Swedia, Asa Willsund, kepada penyiar SVT.
Paludan selama beberapa tahun terakhir, kerap menjadi sorotan karena berbagai tindakannya yang dianggap memecah persatuan. Pada November 2020 lalu, ia ditangkap di Prancis dan dideportasi.
Paludan juga pernah dipenjara akibat berbagai perbuatannya. Salah satunya pada Juni 2020, ketika ia dijatuhi hukuman penjara tiga bulan akibat mengekspresikan pandangan rasial.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.