Hikmah
Ramadhan dan Pengokohan Ekonomi Umat
Puasa memiliki kekuatan transformatif membangun perilaku hemat dan membudayakan hidup sehat.
Oleh PROF MUHAMMAD BIN SAID
OLEH PROF MUHAMMAD BIN SAID
Puasa Ramadhan sebagai satu dari lima pilar Islam berfungsi strategis bagi peningkatan spiritual, kohesi sosial, dan recovery ekonomi umat. Selain instrumen penyucian jiwa (tazkiyat al nafs) dari sifat tamak dan rakus yang menutup tirai kebenaran, puasa juga menggeliatkan ekonomi umat yang terdampak pandemi Covid-19.
Menjelang Ramadhan, masyarakat merancang pemanfaatan Ramadhan untuk kualitas kehidupan lebih baik. Ekonomi yang berurusan dengan angka matematis jika dilakukan karena iman akan bernilai ibadah dan membebaskan dari azab pedih.
Prasyarat untuk pembebasan dimaksud, bisnis dibangun atas iman kepada Allah dan Rasul-Nya, menahan keinginan cinta dunia tak terbatas (tujahidu bi amwalikum), dan menepikan ego diri (tujahidu bi anfusikum) untuk kemaslahatan luas.
Aktivitas apa pun selain puasa dilakukan atas iman mengandung 10 sampai 700 kali lipat kebaikan. Puasa tidak ternilai karena Allah menilainya. Sangat beralasan jika umat Islam menanti Ramadhan dengan gembira karena iman sehingga jasad mereka terbebas dari api neraka.
Ramadhan membuka tirai kesadaran berperilaku ekonomi hemat, berbagi, dan murah. Maraknya produksi seperti takjil untuk dibagikan gratis dan sebagian dijual dengan harga murah didasari keajaiban memberi (miracle of giving), dan aplikasikan ekonomi berbagi (economy of sharing) untuk penguat ekonomi lemah.
Jatah merokok dari satu hingga dua bungkus per hari di luar Ramadhan berubah menjadi hitungan batang per hari selama puasa. Puasa memiliki kekuatan transformatif membangun perilaku hemat dan membudayakan hidup sehat.
Apabila fulan A menghabiskan Rp 20 ribu/bungkus/hari, maka selama puasa dia menghemat Rp 600 ribu selama 30 hari. Artinya, puasa mendidik perokok hemat dan membangun budaya hidup sehat dari kanker paru dan jantung akibat nikotin rokok serta pengokohan ekonomi umat.
Zakat juga sangat prospektif bagi pembiayaan sosial secara berkelanjutan, ditandai dengan potensi zakat terhimpun sebesar Rp 233,8 triliun dari berbagai objek zakat. Potensi itu masih dapat ditingkatkan melalui edukasi dan literasi masyarakat agar Ramadhan menjadi waktu investasi akhirat dan investasi bisnis menguntungkan dengan mitigasi risiko minim, bebas dari riba, gharar dan maysir, serta kehati-hatian.
Dengan demikian, potensi zakat akan menumbuhkan kemandirian dan mentransformasi status sosial ekonomi mustahik menjadi muzakki memiliki jiwa persaudaraan, tolong menolong sesuai nilai Iman dan Pancasila.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Kota Sehat, Bumi Sehat
Kesehatan manusia bergantung kesehatan ekosistem lingkungan kota.
SELENGKAPNYAPerilaku Flexing di Bulan Suci
Galibnya, ini dominan pada usia muda (milenial) yang sedang mencari identitas diri sehingga butuh pengakuan.
SELENGKAPNYA